20. surat?

8.2K 165 1
                                    

Albert sudah membaik setelah dirawat di rumah sakit selama tiga hari, hari ini ia diperbolehkan untuk pulang sebenarnya dokter menyarankan untuk dirawat beberapa hari di rumah sakit, tapi albert marah-marah ia enggan dirawat di rumah sakit, tempat yang sangat ia benci.

Sesampainya di rumah ia langsung disuguhi pemandangan yang sangat indah, ialah istrinya yang sedang mengobrol dengan donita, senyumnya lenyap saat melihat netta sedang memuji-muji ketampanan pria lain, rahangnya mengeras tangannya mengepal kuat, otot-ototnya menonjol. Ia tidak suka orang yang ia cintai memuji pria lain yang jelas-jelas tidak setampan ia, suaminya sendiri.

"Ini sih perfek, ganteng, orkay, cold, aku mau deh jadi istrinya, enggak papa yang kesekian juga, hehe" kekeh netta membayangkan ia menikah dengan pria yang donita tunjukkan di layar ponselnya.

"Ingat udah punya suami, mana suaminya galak lagi" ledek donita.

Mendengar itu netta menatap sinis adik iparnya. "Enggak seganteng ini, abang kamu ganteng cuman 10% sedangkan cowok 1000%, beda jauh, kan?"

"EHEM" dehem albert kencang membuat dua orang itu menoleh kaget. mata netta melotot kaget mendapati suaminya yang menatapnya dengan tatapan tajam, netta bisa melihat sendiri kalau albert marah, ia jadi takut.

"B-bang al" cicit donita kaget.

"O-om al" cicit netta membelalakkan matanya, menatap albert yang menatapnya tajam.

Albert berjalan angkuh menghampiri adik dan istrinya. "Apa maksud kalian berdua membeda-bedakan saya dengan pria lain?" Tanya albert. menatap kedua perempuan yang mundur takut.

Donita menatap abang dan kakak iparnya. "Gue masuk kamar dulu, mau ambil sesuatu" bohongnya yang langsung berlari terbirit-birit.

Netta hendak berlari menghampiri adik iparnya, dengan sigap albert menahan tangan netta membuat sang empu bergetar hebat. "O-om----"

"Jelaskan apa maksud kamu?" Ulang albert terus menatap netta.

Netta menggeleng cepat. "E-enggak, maksud aku.......HWAAAAA" tangis netta ketakutan, air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya.

Albert melotot kaget menatap istrinya yang menangis kencang, padahal ia hanya bertanya, walaupun nantinya ia akan menghukum istrinya. "Kamu kenapa nangis?" Tanya albert.

"Hiks, aku tidak bermaksud seperti itu, aku cuma bercanda, ko" elak netta.

Albert memeluk istrinya niat ingin marah dan menghukum tidak jadi, melihat istrinya yang menangis ia jadi tidak tega, ditambah istrinya sedang mengandung buah hatinya. "Iya-iya, lain kali jangan puji pria lain, saya tidak suka istri saya memuji orang lain."

Netta tersenyum miring dibalik pelukannya. "Yes, akhirnya drama aku bisa ngebuat si om tua bangka ini percaya haha" batin netta tertawa jahat.

***

Netta menemani suaminya yang sedang minum obat, bisa-bisanya albert minum obat sekali tegukan, apalagi obat yang albert minum cukup banyak, dan tentunya ukurannya besar. netta saja yang melihat itu bergidik ngeri. "Tidak pahit, om?" Tanya netta.

Albert menoleh, ia salah tingkah ditatap lekat istrinya, menetralkan raut wajahnya menjadi biasa saja. "Tidak. kenapa emangnya?" Tanya balik albert.

Netta menggeleng pelan. "Tidak." Jawab netta sambil makan apel yang sudah dikupas. "menurut aku, obat adalah musuh terbesarku, oh, ya, satu lagi, jarum suntikan juga musuh aku" jelas netta. "itu nomor sekian, musuh terbesarku suami aku sendiri, albert aleksander" lanjut netta dalam hati.

Albert mengangguk paham.

"Permisi tuan, non, ini ada kiriman buat non netta" ucap pelayan menyodorkan sebuah paper bag.

Netta mengerutkan keningnya, ia mengambil paper bag ragu-ragu. "Dari siapa?" Tanya netta penasaran.

Pelayan menggeleng, ia langsung beranjak dari sana meninggalkan majikannya yang terus menatap paper bag itu.

"Dari siapa?, atau jangan-jangan dari selingkuhan kamu, atau dari pac---"

"Bisa diam enggak sih!. aku juga bingung dari siapa" sentak netta kesal.

Albert mengangguk takut.

Netta langsung membuka paper bag itu ia mengambil surat yang ada di sana. "Surat apa ini" tanya netta pada dirinya sendiri.

Albert merebut surat dari tangan netta, ia langsung membacanya keras membuat netta melotot kaget, saat melihat tulisan tangan yang sangat ia kenali, tulisan yang sering ia dapatkan sebelum ia menikah.

Dear netta.
-
Aku sudah tahu semuanya kalau kamu sudah punya suami, jujur aku masih enggak nyangka kalau kamu sudah menikah. Awalnya aku enggak percaya dengan isu kalau kamu sudah menikah, aku kecewa banget sama kamu, netta, banyak yang ingin aku sampaikan tapi bukan dengan surat ini, aku ingin ketemu kamu.

Albert langsung menatap tajam netta, ia merobek-robek kertas itu sampai tidak terbentuk, melempar kue yang ada di paper bag sampai tumpah di lantai. "SIAPA DIA?. SELINGKUHAN KAMU?" marah albert.

Netta menggeleng cepat. "A-aku tidak tahu, om" cicit netta takut. Ia tidak bisa memberitahu kalau itu surat dari orang yang selalu membuat ia nyaman.

Albert menahan emosi ia mencengkram erat ponselnya, sampai retak di pinggirannya netta yang melihat itu ia syok, tubuhnya bergetar takut. "SUDAH SAYA BILANG KAMU JANGAN BERHUBUNGAN DENGAN PRIA LAIN, DAYA TIDAK SUKA"

Netta memeluk tubuh albert takut, ini caranya supaya albert tidak marah, nyatanya salah, albert mendorong netta membuat netta semakin takut. "hiks, jangan marah, aku takut" cicit netta.

"KENAPA KAMU SELALU BUAT SAYA KESAL, HAH?" bentak albert lagi.

"M-maaf, hiks" Isak netta.

Albert membopong tubuh netta membawanya ke kamar, sungguh ia butuh pelampiasan supaya ia tidak kesal, dan berakhir membunuh orang yang tidak bersalah. Ia melepas paksa pakaian netta walaupun sang empu terus memberontak minta dilepaskan, terus memohon ampun pada.

Albert seakan tuli ia langsung melakukannya, dengan sangat kasar membuat netta berteriak keras, albert menatap netta yang menangis tersedu-sedu. "Saya tidak suka, saya cemburu, saya takut" lirih albert menyembunyikan kepalanya di leher netta, menghirup aroma tubuh netta.

Netta tidak merespon ia hanya diam, tubuhnya seakan remuk, ia tidak bisa menjawab.

Albert tutun dari tubuh netta, memeluk netta. "M-maaf, saya tidak bermaksud seperti ini," lirih albert.

"Kau jahat, hiks, harusnya kau tidak melakukan ini, aku tidak tahu siapa pengirim surat itu, hiks, tubuh aku sakit" isak netta memukul-mukul dada albert. "Kak ari aku mencintaimu" batin netta.

***

obsession devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang