18. manja netta

11.4K 215 2
                                    

Netta duduk manis di ayunan yang berada di taman belakang rumah, entah kenapa ia terus memikirkan perempuan yang datang bersama ari, sungguh ia penasaran dengan perempuan itu, ia akui kalau perempuan itu cantik tidak seperti dirinya yang tidak ada apa-apanya.

Netta mengelus perutnya yang masih rata, di umur nya yang masih muda ia duduk menikah dan sebentar lagi ia mempunyai anak. netta menatap lurus depan, mulai hari ini ia lebih sulit untuk bebas dari rumah ini, dari albert suaminya.

"Sayang, kamu ngelamunin apa, hm?" Tanya albert menghampiri istrinya.

Netta menoleh ia menggeser duduknya lebih jauh dari albert. "Ngapain kesini?" Tanya netta dingin.

"Bawain stroberi buat kamu" ucap albert menyodorkan mangkuk yang berisi stroberi yang ia bawa, khusus untuk istri tercintanya yang sedang hamil muda.

Netta mengambil stoberi dari tangan suaminya, melahapnya satu-persatu. "Manis, aku suka" ucap netta tersenyum manis menatap stoberi yang ia makan.

Albert tersenyum manis ia menggeser duduknya lebih dekat dengan netta. rasanya ia tidak bisa jauh-jauh dari istrinya. "Kalau suka nanti aku beli kebun stroberinya, supaya kamu bisa makan sepuasnya"

Netta menoleh kaget ia menatap suaminya dengan tatapan datar. "Boros banget, mentang-mentang banyak uang" sinis netta.

Albert mencium singkat bibir netta, membuat sang empu melotot kesal. "Enggak papa boros buat membahagiakan istri sendiri, daripada boros untuk membahagiakan perempuan lain"

Netta menelan lebih dulu kunyahan stoberinya. "Terserah deh. bicara sama om enggak ada untung-untungnya" ucap netta pasrah.

Albert mengangkat tubuh mungil istrinya ke pangkuannya, menatap netta dengan tatapan lembut. "Kata dokter kamu harus banyak makan-makanan yang sehat, sayuran, ikan, dan buah-buahan, jangan makan yang tidak ada gizinya, bahaya buat kamu dan calon anak kita" posesif albert.

Netta mendorong wajah albert yang hendak menciumnya. "Aku tidak peduli dengan janin ini, aku tidak mengharapkan anak ini tumbuh" ucap netta dengan tatapan datarnya.

Albert menatap tajam netta, rahangnya mengeras. "Jaga ucapan kamu, apa kamu tidak mempunyai otak untuk berpikir kalau ucapan kamu itu tidak baik, apa kamu kurang dalam belajar, hah?" Marah albert.

Netta turun dari pangkuan albert, ia duduk lesehan di rumput kecil-kecil. "Kenapa om masih memperlihatkan hal itu, sudah tahu kalau aku tidak ingin hamil anak om---"

"DEWASALAH KAMU, NETTA, APA KAU MASIH INGIN BERTINGKAH LAYAKNYA SEORANG ANAK KECIL" bentak albert.

Netta menghendikan bahunya, ia terus melahap stoberi yang tinggal tersisa setengah mangkuk. "Beritahu aku caranya seperti apa?, aku memang orang miskin, aku tidak manja, tapi aku mempunyai harga diri yang tinggi, aku ti---"

"KAU MEMBICARAKAN HAL LAIN"

Netta berdiri ia menatap wajah Albert yang merah, menahan marah. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis, ia memajukan wajahnya mendekati wajah albert yang masih menatapnya tajam.

Cup

Netta menempelkan bibirnya dengan bibir albert. "Kau gampang emosi dalam mengurusku, tuan albert Aleksander yang terhormat, kau tidak bisa mengurus bayi nakal ini dengan emosional kau" ucap netta, ia langsung menjauhkan wajahnya dengan wajah albert.

Albert melotot kaget, apa-apaan ini maksudnya, kenapa ia mendapat serangan mendadak, yang awalnya wajahnya merah menahan emosi, seketika langsung berubah menjadi biasa saja. "Apa maksudnya?, jangan pernah bermain teka-teki dengan saya"

Netta terkekeh mendengar ucapan suaminya. "Haha, aku tidak jaga berteka-teki, aku hanya ingin melihat emosional yang kau miliki, itu saja"

Albert paham maksud istrinya, menarik pinggang netta menatap netta dengan senyuman miringnya. "Kau sudah membangunkan junior ku, sekarang kau harus bertanggung jawab" setelah mengatakan itu ia langsung membopong tubuh netta membawanya masuk kedalam rumah.

"Turunkan aku, om, aku enggak mau" teriak netta memberontak.

Albert merebahkan tubuh netta di kasur, ia menutup jendela kamarnya dengan remote. menyalakan AC kamarnya agar lebih dingin. Ia langsung mencium bibir netta rakus, netta lama-kelamaan ia hanyut dalam buaian suaminya.

Mereka melakukannya dua jam di siang hari. albert hendak turun dari atas tubuh istrinya yang langsung netta tahan. "Kenapa?" Tanya albert.

"Aku enggak mau udahan" rengek netta.

Albert melotot kaget, ini bukan seperti istrinya, ini bukan netta yang selalu menolak sentuhannya. "K-kamu siapa?" Tanya albert menatap wajah istrinya.

Netta langsung menatap datar albert. "Setan" sewot netta. Mendorong tubuh suaminya sampai ke sampingnya. "Dikira setan kali, ya" kesal netta.

Albert menghela nafas. "Saya kira kamu bukan net----"

"Diam! Aku tidak mau bicara dengan kamu" sentak netta.

Albert mengerutkan keningnya kenapa sikap netta gampang sekali berubah-ubah. "Kam---"

"Aku mau peluk" rengek netta langsung memeluk tubuh suaminya, membuat albert semakin keheranan dan sedikit was-was. "Om pasti heran sama sikap aku yang berubah-ubah, aku juga enggak tahu, mungkin ini karena aku sedang hamil" lirih netta.

Albert tersenyum manis. "Kalau gitu saya hamilin kamu, terus menerus supaya kamu bisa manja-manja gini" ucap albert santai.

Netta mendongak ia menatap wajah albert, tatapnya jatuh pada leher albert. "Aku mau cium boleh?" Izin netta.

Albert meneguk ludahnya susah payah, ia mengangguk pelan, kenapa perubahan istrinya sangat mengagetkan dirinya. albert mengeram tertahan, ia ingin mengeluarkan suara yang sangat Arghhhh.!!!

"S-sudah" tahan albert. bisa-bisa ia kebablasan untuk melakukan hubungan lagi, tidak baik untuk janin netta yang masih kecil.

***

Netta menemani suaminya kerja di ruangan kerja di rumah mereka, akhir-akhir ini netta mudah kepekaan. "Om, aku pengen es krim" pinta netta tanpa menoleh kearah suaminya.

Albert tidak menjawab ia langsung menelpon pelayan untuk membawakan permintaan istrinya. "Kenapa?" Tanya albert menatap istrinya yang cemberut.

Netta tidak menjawab ia duduk dipangkuan albert, mengalungkan tangannya di leher suaminya. "Jangan kerja dong, aku pengen manja-manja sama om" kesal netta.

Albert mengangguk ia menutup laptopnya. "Pengen apa, hm?" Tanya albert mengelus pipi netta.

Netta menyenderkan kepalanya di dada bidang besar suaminya. "Aku rindu kedua orangtuaku, aku ingin melihat mereka, aku ingin memeluk mereka" cicit netta.

Albert mencium puncak kepala netta. "Nanti kita ke sana" ucap albert.

Netta menatap wajah albert dengan tatapan bahagia. "Sekarang saja, aku siap-siap, ya" ajak netta tidak sabar.

Albert menggeleng. "Cuaca di luar mendung, sebentar lagi turun hujan besok saja" tolak albert.

"Kita menggunakan mobil bukan motor, jadi ti---"

"Jalanan licin, sayang, besok saja, saya janji" potong albert.

Netta mengangguk pelan. "Yasudah, tapi om harus janji besok kita ke rumah kedua orangtuaku, aku mau peluk mereka, aku rindu mereka berdua, aku mau habiskan waktu aku dengan mereka." Ucap netta.

Albert tersenyum miring. "Kedua orangtuamu tidak ada di sana, sayang" batin albert.

***

obsession devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang