Sudah satu Minggu Albert di Indonesia, tapi ia belum mendapatkan cara untuk membawa gadisnya pergi dari sini. Sebenarnya ia bisa saja membawa gadisnya pergi dari sini, secara paksa tapi ia tidak mau nantinya gadisnya memberontak.
Tadi malam Albert mengobrol dengan mamah dan papahnya, membicarakan ini semua, dan mereka pasrah saja, percuma. Albert tidak akan mendengarkan perkataannya.
Albert dan danu masuk mobil. Mereka akan pergi ke rumah gianetta. Menjemput sang pujaan hati, yang selama ini terpisah. Sesampainya di rumah yang sangat kecil. Mereka langsung turun.
Tok..tokk
Danu mengetuk pintu rapuh itu "permisi" salam Danu sopan.
Albert melirik tajam danu "terlalu lama, kau dobrak saja pintu ini" kesal danu tidak sabaran.
Danu geleng-geleng "jangan tuan. Nant----"
Ceklel..
Pintu dibuka oleh pemilik rumah. Danu dan Albert langsung menatap pria paruh baya yang menatap danu dan adrian kaget. Danu mundur mempersilahkan bos-nya maju.
"Kau masih ingat saya, tuan Adrian?" Tanya Albert dengan senyum miringnya.
Reflek Adrian hendak mendorong pintu, sayangnya dengan sigap Albert menahan pintu itu. Ia terkekeh kecil melihat reaksi Adrian yang panik. "Kenapa kau panik sekali?, Bukanya kita setuju dengan perjanjian dulu?, Saya akan membawa gadis saya pergi bersama saya, setelah usia dia 18 tahun." Ucap Albert.
Adrian mengangguk, membenarkan perkataan Albert. "i-iya. A-anak saya masih sekolah, dia belum lulus, saya tidak akan memberikan anak saya pada kau, sebelum dia lulus sekolah" ucap adrian takut.
Albert menatap tajam Adrian "saya tidak akan menyuruh gadisku putus kuliah, saya hanya ingin dia tinggal bersama saya" ucap Albert marah.
"Pak ada ap...adrian" kaget wanita paruh baya menatap Albert, yang tersenyum miring menatapnya. "Mau apa kau kesini?" Tanya yunia.
"Menjemput gadisku" jawab Albert samtai.
Yunia menggeleng keras "tidak. Kau tidak boleh membawa putriku, dia masih terlalu kecil, dan kau tidak boleh merebut dia dari kamu berdua" tegas yunia.
Albert maju semakin dekat dengan yunia. "Kau lupa dengan perjanjian kita dulu?, Atau kau ingin ku ingatkan kembali?" Tanya Albert menatap wanita paruh baya dihadapannya.
"Kau---"
"Ada apa ribut-ribut?" Tanya gadis cantik menatap ibu dan ayahnya.
Semua orang langsung menoleh termasuk Albert yang tersenyum manis, menatap gadisnya. Yunita langsung menarik tangan anaknya, menyembunyikannya di belakang punggungnya. "Sayang, kamu masuk kedalam---"
"Tidak! Kau apa-apaan, saya mau ambil hak saya" bentak Albert.
Adrian menatap Albert memohon. "Tolong jangan ambil anak saya, tuan, dia masih terlalu kecil untuk di nikahi" mohon adrian.
Mata bulat berwarna coklat muda itu, melotot kaget. "Maksudnya apa, yah?, Siapa yang ingin dinikahi?" Tanya netta.
"Kamu sayang. tapi ibu enggak setuju, kamu tidak boleh menikah dengan pria ini, dia pria jahat---"
"JAGA UCAPAN KAU. SAYA BISA TUNTUT KALIAN BERDUA KARENA TELAH MEMBOHONGI SAYA" potong Albert. Ia tidak mau gadisnya mengira ia jahat. Walaupun kenyataannya benar!.
Netta menatap Albert. "K-kau.. kau yang sering borong jualan aku?, Kenapa kau tau rumah aku?, Dan kenapa kau---"
"Ternyata kau cerewet juga, gadisku" potong Albert gemas.
Netta mengerutkan keningnya, menatap ibunya "bu, ini Maksudnya apa?, Netta enggak paham" tanya netta.
Adrian menatap anaknya "memaafkan kami, nak, dulu kami---"
"Kelamaan, kau sudah dijual, dan sekarang, saya ingin menjemput milik saya" potong Albert.
Mata netta membulat sempurna. "E-enggak mungkin, ini pasti enggak benar, mana mungkin aku dijual sama orang tua aku sendiri, om jangan asal bicara" marah netta.
Albert melirik anak buahnya, danu yang memang sudah paham ia mengangguk, mengambil amplop coklat. "Silahkan baca, sayang, kalau kamu tidak percaya" suruh Albert.
Perjanjian
Saya berjanji setelah anak kandung saya, netta allegra tubuh besar saya akan memberikannya pada tuan albert. Dan saya berjanji tidak akan ikut campur masalah atau hubungan antara netta anak saya, dengan Albert Aleksandar.
Adriana
Mata netta membulat sempurna "enggak mungkin, yah, bilang sama netta ini bohong, netta enggak mau pergi dari sini hiks" Isak netta menggenggam tangan ayahnya.
Adrian meneteskan air matanya "m-maaf sayang, ayah tidak bisa, ayah minta maaf sudah menjual kamu, dulu perusahaan ayah bangkrut jadi ayah terpaksa jual kamu. Tapi tenang saja ayah tidak pakai uang pemberian dari Albert, ayah simpan, ayah akan kembalikan sama dia, dan kita tetap berkum---"
"Tidak bisa!. Enak saja kau mengatur perjanjian ini, walaupun kau tidak memakan uang pemberian saya, tapi kau sudah tanda tangan, dan kau tidak bisa mengelak lagi jadi.....netta akan tetap saya bawa" marah Albert. Ia menarik tangan netta. "Kita pulang ke rumah kita" ajak Albert.
Netta berusaha melepaskan cekalan Albert, tapi sayangnya itu tidak bisa, Albert menganggapnya sangat kuat. "AKU TIDAK MAU! KAU PENJAHAT, LEPASKAN AKU OM" bentak netta takut.
"Saya mohon jangan bawa anak saya, dia masih seko---"
"Saya tau itu. Saya tidak akan menyuruh netta putus sekolah, saya akan membiayainya sampai dia lulus sarjana. Satu lagi, kalian berdua jangan pernah temui netta" potong Albert, menatap kedua mereka berdua.
"Lepas! Aku tidak mau" marah netta.
Albert menarik paksa tangan netta ia mendorong pelan netta untuk masuk mobil. "jangan berontak sayang, nanti kau capek baby" ucap Albert menahan tangan netta.
Netta menatap tajam Albert "KAU PENJAHAT, KAU TIDAK PUNYA HATI, TURUNKAN AKU---"
"KAU MAU KEDUA ORANGTUAMU CELAKA, HAH?" marah Albert. "Saya tidak sejahat itu, mengertilah" ucap Albert berubah jadi lembut.
Danu yang mendengar itu ia geleng-geleng kepala. "Kasihan sekali gadis ini, dia pasti ketakutan" batin danu.
***
Sesampainya di rumah mewah milik orangtuanya Albert langsung turun, ia menoleh menatap gadisnya yang ternyata sudah terlelap dalam tidur.
Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman manis, yang mampu membuat danu syok. Selama berkerja puluhan tahun bersama Albert. Danu belum Pernah melihat senyuman Albert. Yang ada hanya, marah dan emosi, itulah sikap Albert."Kau sangat menggemaskan, sayang" gumam Albert. Ia membopong tubuh mungil netta dekapannya.
Melewati mamah dan papahnya, yang menatapnya kaget. "Al, kam---"
"Jangan berisik, mah, al mau bawa gadis al masuk kamar dulu" potong Albert. Ia menekan tombol lift kelantai tiga. Ya. Rumah mereka memiliki lantai tiga. Lantai dua kamar mamah dan papahnya. Lantai tiga kamarnya, dan kamar netta.
Albert merebahkan tubuh mungil netta di kasur mewah, dan empuk, Kamar yang sangat luas. Memandang wajah dan mata sembab netta.
Cup
Albert mencium bibir netta singkat "kau milikku, jadi jangan berani-berani kau kabur dari rumah ini" bisik Albert. Ia langsung keluar kamar, menguncinya dari luar kamar.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.