Makan malam hening netta yang fokus makan, begitupun Albert, dan kedua orangtuanya, ia fokus dengan makanannya, ia masih kesal dengan sikap netta.
Netta selesai makan ia langsung membawa piring kotornya ke dapur. Padahal Sudah dilarang keras oleh semua orang termasuk Albert, untuk tidak repot-repot seperti itu. Tapi netta bersihkeras. Karena sudah menjadi kebiasaannya dirumahnya.
Selesai mencuci piringnya ia keluar rumah mengidao-ngidap, walaupun ia yakin, kalau di depan pintu utama ada penjaga. Oleh dua orang berbadan besar. Setidaknya ia sudah mencoba untuk kabut dari rumah ini.
Baru memegang gagang pintu, tangannya ditepis kasar sesorang. Netta membalikkan tubuhnya menghadap Albert. Ya. Dia Albert yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik netta.
"Mau berusaha kabur lagi?" Tanya Albert dingin.
Netta menggeleng keras "e-enggak, aku cuman mau ke teras rumah, emangnya enggak boleh juga?" Tanya netta sinis.
"Cuaca malam enggak baik, mending kamu di dalam rumah" suruh Albert.
Netta menatap sinis Albert "aku manusia, buk---"
"Nurut. Kunci utama untuk saya tidak kasar sama kamu" potong Albert.
Netta mengacak-acak rambutnya kesal. Sebelum ia beranjak dari sana ia memukul lengan Albert kencang. Menurut Albert pukulan netta tidak ada rasanya. "AWAS KAU" teriak netta menunjuk Albert, yang hanya diam sambil mengangkat kedua alisnya.
Netta menghampiri danu yang sedang mengetik laptop, ia duduk di samping danu, menopang dagu. "Om. Sibuk enggak?" Tanya netta.
Danu menoleh kaget menatap netta. "Astaga non!. Kenapa ada disini?" Tanya balik danu.
Netta menatap sebal danu, kenapa dia malah bertanya balik. "Om, sibuk enggak?" Ulang netta tanpa menjawab pertanyaan danu.
"Saya lagi kerja, non, kenapa emangnya? Butuh sesuatu?" Tanya danu melirik netta.
Netta tersenyum manis. "Om bantu saya kabur dong dari sin---"
"Enggak! Saya enggak mau" tolak danu mentah-mentah.
Netta cemberut "kenapa?" Tanya netta lirih.
"Jawabannya pasti non tau, saya masih sayang nyawa. Saya peringatkan sama non, jangan pernah kabur dari tuan Albert, karena dia bisa berbuat jahat sama siapapun, termasuk kedua orangtuanya non" ucap danu. Sedikit menakut-nakuti.
Netta sedikit takut, tapi sayangnya tekadnya untuk pergi dari sini tidak pernah goyah, sedikitpun. "Yasudah kalau tidak mau bantu" kesal netta.
Albert menghampiri mereka berdua. "Ngapain kamu nemenin danu kerja?" Tanya Albert kesal, dan cemburu.
Danu langsung berdiri, sedangkan netta masih dengan posisinya. "Maaf tuan. Non netta menghampiri saya, dia mengajak mengobrol" ucap danu tidak mau salah paham.
Albert hanya melirik danu, ia menatap netta. "Istirahat sudah malam" suruh Albert. Padahal masih jam tujuh malam.
Netta bangun ia menatap Albert. "Om, besok lusa saya ada acara kemping, saya boleh ikut kan?" Tanya netta penuh harap.
Albert menggeleng "enggak boleh. Kamu tidak boleh keluar rumah, kecuali sekolah, dan sama saya" ucap Albert.
Netta menatap tajam Albert. "Kau ini egois sekali, saya---"
"SAYA BILANG TIDAK BOLEH, BERARTI TIDAK BOLEH" bentak Albert.
Netta tersenyum sinis. "Kau menganggap saya boneka, yang bisa kau mainkan sesukamu, saya juga manusia, saya ingin seperti wanita pada umumnya" ucap netta ia langsung masuk ke lift.
Albert menyusul netta, karena tidak sabaran, Albert menggunakan tangga biasa, ia tidak mau netta marah lagi.
"Tunggu dulu!" Tahan Albert saat netta keluar lift."APA?" Sentak netta.
Albert menarik netta agar menghadapnya, menatap netta lekat. "Saya cuman tidak mau kamu pergi dari saya, tolong ngertiin perasaan saya, sayang, saya cinta sama kamu" ucap all.
Netta menatap lekat Albert. "Stop om! Kita tidak akan bisa bersama, aku dan om beda jauh, bahkan om itu pantasnya jadi abang aku" kesal netta.
Albert menggeleng tegas. "Enggak!. Umur hanya angkat, sayang, tol---"
"Aku enggak bisa sama om, aku udah punya pacar" lirih netta.
Deg
Albert menggenggam tangan netta. "Putuskan, kita nikah secara resmi besok" ucap Albert.
Mata netta melotot sempurna, ia menggeleng tegas "enak aja, aku enggak mau nikah sama om, udah deh, jangan berharap sama aku, om, kita beda jauh" kesal netta. Menepis tangan Albert kasar.
"Kamu enggak mau nikah sama aku?" Tanya Albert lirih.
Netta mengangguk "iya, aku enggak ma--"
"Walaupun ayah dan ibu kamu taruhan nyawanya?" Potong Albert. Ia tersenyum miring menatap netta syok. "Gimana?, Kamu masih sayang kedua orangtuamu, kan?" Tanya Albert.
"Jangan berani-beraninya kau sakiti ibu dan ayahku" bentak netta.
"Tergantung kamu, kalau kamu mau nikah sama saya baru saya tidak akan menyakiti mereka, karena. Mereka juga jadi bagian keluarga aku. Walaupun mereka sekarang ini sudah menjadi mertua aku, karena kita sudah menikah waktu kamu masih kecil" jelas Albert panjang lebar.
"KAU MEMANG GILA" marah netta.
Albert mencengkeram pipi netta. "saya akan benar-benar gila kalau kamu ninggalin saya, CAMKAN ITU" marah Albert.
Netta melepaskan cengkraman Albert, air matanya mengalir deras. "Hiks, kenapa sih nasib saya seperti ini, saya mau seperti dulu". Isak netta.
Albert yang kasihan ia memeluk tubuh netta, walaupun netta terus berontak minta dilepaskan. "Maaf, saya cuman tidak mau kamu ninggalin saya, cuman itu doang, saya mohon jangan tinggalkan saya" lirih Albert memeluk erat tubuh mungil netta.
Netta mendorong tubuh Albert, sampai terlepas pelukan. "ITU HAK SAYA, KAU BUKAN SIAPA-SIAPANYA SAYA. Kau tadi bilang kalau kita sudah menikah, Waktu saya kecil, kan?, Pernikahan itu tidak sah, karena, saya tidak ingat, dan saya masih dibawah umur" marah netta.
Albert menatap tajam netta. "Kalau gitu besok kita akan menikah!" Ucap Albert. Ia langsung masuk kamar membanting pintu kamar.
"GILA! SAYA TIDAK MAU MENIKAH DENGAN KAU" teriak netta.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.