Ucapan Albert benar, Hari ini netta dan Albert resmi menjadi suami-istri, netta sungguh tidak menyangka kalau dirinya akan menjadi seorang istri diusianya yang masih muda. Awalnya netta menolak mentah-mentah, bahkan ia sampai bersujud di kaki Albert, untuk tidak menikahinya. Tapi sayangnya, Albert tetap Albert. Pria egois yang harus dituruti.
Albert tidak segan-segan mengancam kedua orangtuanya netta, untuk Merestuinya menikah, bahkan netta sempat kabur supaya pernikahannya gagal. Lagi dan lagi, Albert mengetahuinya, Dan hari ini mereka resmi menikah.
Netta semakin membenci Albert, seperti sekarang ini Albert sedang berbincang-bincang dengan mamah dan papahnya. Sedangkan dirinya sibuk dengan pikirannya, ia sedang menyusun rencana untuk kabur dari Albert. Walaupun taruhannya nyawa.
Netta berdiri ia berlari kencang, membuat orang-orang ikut panik, termasuk Albert yang segera menyusul. "Mau ngapain ikut lari?" Tanya netta menatap sengit albert.
"Kau mau kabur lagi?" Tanya Albert dingin.
Netta memutar bola matanya malas. "Aku mau ke dapur, bulan mau kabur, lagian mana bisa kabur dari sini, penjaga rumah ini aja semakin banyak" jawab netta.
Benar. Semenjak ia berencana kabur Waktu itu, penjaga rumah Albert semakin banyak, bahkan setiap pintu, dan kaca rumah ada penjaganya. Membuat netta semakin kesulitan untuk kabur.
Albert mengangguk "bagus dong. Supaya kamu tidak bisa labur lagi. Terus kamu ngapain lari?" Heran albert.
"Mau ke kamar mandi, kenapa emangnya?, Mau ikut?" Sinis netta.
Albert tersenyum miring. "Boleh. Ayo kita ke---"
"MESUM" pekik netta. Memukul dada besar Albert, ia langsung berlari terbirit-birit. Sedangkan Albert ia tertawa lepas, melihat wajah kesal istrinya. Ia kembali ke ruang tengah menemui orangtuanya.
Omar menatap anaknya. "Kamu menikahi gadis yang umurnya seumuran sama adikmu. Jadi kamu harus ekstra sabar menghadapi sikap netta, seperti mamah dan papah menghadapi sikap donita" ucap Omar.
Albert mengangguk. "iya pah. Itu resiko al, menikah gadis seumuran Donita, tapi al, benar-benar mencintai netta, mah, pah" lirih Albert.
Tidak lama netta kembali duduk ia menatap suaminya, dan mertuanya. "Mah, pah, om, netta izin mau pulang ke rumah rumah netta, mau ambil handphone netta, soalnya minggu besok netta sudah masuk ujian akhir"
Albert menatap danu. "Peranan saya sudah kau belikan?" Tanya Albert.
Danu mengangguk ia mengambil tasnya. Dan mengeluarkan beberapa kotak persegi. "Ini tuan" ucap danu.
Albert menaruh empat kotak itu di meja, depan netta. "Kamu pilih warna apa yang kamu suka, karena saya tidak tau warna kesukaan kamu, jadi saya beli semua warna handphone." Ucap Albert santai.
Omar dan dania tidak kaget, mereka hanya geleng-geleng kepala. "Kebiasaan banget" ucap mereka.
Albert tidak merespon, ia terus mengamati wajah netta yang syok. "Kamu enggak suka?, Kita beli sekarang yang kamu suka" ajak Albert.
Netta menggeleng ia menatap wajah Albert. "Kenapa om belikan ponsel sebanyak ini?, Aku tidak perlu, dirum--"
"Sudahlah kamu pilih semua saja. Kamu pasti butuh laptop, kan, ada di ruang kerja saya, kita belajar sama-sama" ajak Albert.
Netta menatap mertuanya. "Mah pah--"
"Turuti, mamah pusing denger al, marah-marah" porong Dania.
Netta mengangguk. Mereka langsung masuk keruangan kerja Albert, yang sekarang menjadi ruang belajar netta.
"Luas banget" cicit netta. Menatap sekeliling ruangan yang sangat mewah, dan luas."Duduk disini" ajak Albert menepuk kursi disampaikannya. "Biar saya ajarin" ucapnya tersenyum manis.
Netta menggeleng. "Enggak usah. Ujian masih lama, aku mau istirahat aja, aku balik ke kamar dul---"
"Kamar kamu pindah ke kamar saya" potong Albert.
Netta menggeleng cepat. "Enggak, enak aja, aku mau tidur sendiri---"
"Enggak bisa! Kita sudah menikah" potong Albert lagi.
Netta menatap kesal Albert. "Hobi banget motong pembicaraan orang lain" kesal netta.
Albert tidak menyahut ia menarik netta masuk kamarnya. Lagi dan lagi kamar Albert sangat mewah, bedanya kamar suaminya ini sangat horor. Cat berwarna hitam, dipadu dengan warna putih.
"A-aku enggak mau, aku mau tidur di kamar aku aja" takut netta. Ia membalikkan tubuhnya, baru satu langkah sudah ditahan Albert.
"Tidak ada hantu. Mari kita tidur" ajak Albert ia tersenyum miring.
Tubuh netta bergetar ia menggeleng tegas. "A-aku e-enggak m-mau---arghh" teriak netta saat tubuhnya terhuyung ke belakang, jatuh di atas kasur empuk.
"Saya tidak akan berbuat lebih, kalau saya tidak khilaf, haha" kekeh Albert.
Netta memutar bola matanya malas. "Awas, ya, kalau om sentuh-sentuh saya" ancam netta, menarik selimut sampai dada.
Albert ikut merebahkan tubuhnya di kasur samping istrinya, tidak menyangka ia akan tidur berdua dengan istrinya, dengan perempuan yang selama ini ia cintai. Albert menoleh menatap netta yang masih melek. "Kenapa belum tidur?, Saya enggak akan sentuh kamu lebih" ucap Albert, tau isi pikiran netta.
Netta tidak menoleh ia terus menatap langit-langit kamar mewah ini. "Bukan itu" jawab netta lirih.
"Terus?, Kamu butuh sesuatu?, Biar saya ambilkan" ucap Albert. Ia tidak mau istrinya tidak nyaman dilamarnya.
"Enggak. Aku belum ngantuk" sahut netta.
Albert mengangguk ia menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan netta. "Abis lulus sekolah kita pindah dari Indonesia, kita pindah ke Italia" ucap Albert.
Netta menoleh ia menggeleng cepat. "Aku enggak mau, ini kota kelahiran aku, enak aja main bawa-bawa aku ke Italia" sewot netta.
Albert terkekeh kecil melihat wajah kesal netta, yang menurutnya sangat menggemaskan. "Mau tidak mau, setuju tidak setuju, kamu harus ikut saya, disana seru, negaranya sejuk, banyak wisata, makanannya enak-enak, walaupun disini juga enak-enak" bujuk Albert.
Netta menggeser tubuhnya menjauh dari Albert. "Kenapa sih, om, selalu paksa saya?, Apa om lupa saya juga manusia, saya juga butuh di ngertiin" lirih netta.
Albert mengusap rambut netta. "Saya tau saya egois. Bahkan pria yang paling egois di dunia ini cuman saya. Tapi percayalah, saya benar-benar mencintai kamu, saya terlalu takut kehilanganmu walaupun satu detik pun"
"Jangan bahas cinta terus, om, saya tidak mau ucapan saya menyakiti perasaan om lagi. Saya tidak mau jujur kalau saya tidak mencintai om, sampai kapanpun"
Albert terkekeh hambar. "Enggak mau jujur, tapi udah jujur duluan, haha" kekeh Albert.
"Abisnya mancing-mancing terus" sinis neeta.
Albert memejamkan matanya menikmati rasa sakit di dadanya, yang belum ia rasakan selama tiga puluh tahun ini. Tapi sekarang ia merasakan sakit oleh wanita yang ia cintai selama ini.
Netta memiringkan tubuhnya menghadap Albert, ia jadi merasa bersalah. "Om, aku enggak ada maksud kaya gitu ko. Maaf, ya, kalau aku bikin sakit hati om" cicit netta.
Albert mwmbuka matanya ia tersenyum tipis. "Enggak papa. Udah malam kita tidur" ajak Albert.
Netta mengangguk ia langsung tidur pulas. Sedangkan Albert ia masih enggan dengan posisinya, menatap lekat wajah netta. Jika sedang tidur kaya gini netta semakin bertambah cantik dan manis.
Albert mengelus pipi netta. "Saya rela tersakiti, asalkan rasa sakit itu muncul dari kamu, dari bibir kamu, dan dari marah kamu, asalkan kamu terus bersama saya. Karena, saya yakin kalau obat sakit itu ada di kamu" lirih Albert sebelum tidur memeluk tubuh mungil netta.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.