14

1K 84 5
                                    

Pagi-pagi Alva sudah turun ke dapur, lengkap dengan seragam yang melekat rapi di tubuhnya, Sania menggeleng melihat anak itu turun dari tangga, perasaan tadi masih pulas banget saat ia baru bangun tidur, Sania juga sengaja tidak membuka gorden kamarnya, agar Alva tidak terbangun, niatnya biar anak itu kesiangan, jadi tidak masuk sekolah.

"Istirahat di rumah aja .."

"Gak mau bunda!" Potong Alva

Sania mengalah, membiarkan putranya pergi ke sekolah. Di larang juga percuma, kalau anak itu sendiri mau, larangan dalam bentuk apapun tidak akan mempan.

Entah hari ini hari sial Sania atau bagaimana, ia bertemu mantan suaminya di kantor, parahnya lagi laki-laki itu rekan kerjanya, dan lebih parahnya lagi, laki-laki itu utusan atasannya sebagai wakil dari perusahaan tempatnya bekerja untuk di kirim ke Palembang bersamanya.

Sania mengesampingkan egonya, sebisa mungkin bersikap profesional, wanita itu menjelaskan kalimat-kalimat di layar dalam presentasinya.

Meeting itu akhirnya selesai, para anggotanya keluar mengerjakan pekerjaannya di ruangannya. Begitu juga Sania, wanita itu merapikan laptop dan kertas-kertas yang bertumpukan di mejanya, sang mantan suami hanya mengamati, tersenyum miring dan mendekatinya.

"Gimana kabar anak itu?" Tanya-nya

Sania menoleh, "Mengapa kau menanyakannya? Itu bukan urusanmu." Ujar Sania datar dan melangkah akan meninggalkan ruangan

"Aku hanya ingin tau bagaimana kabar anak hasil permainanmu dengan entah laki-laki mana .. Aku dengar dia penyakitan, hahaha .. Apa itu karma mu?" Ujar Devan

Tangan Sania mengepal di bawah, "Sepertinya percuma aku menjelaskan berulang kali, kau tetap terperangkap dalam kesalahpahaman itu." Ujar Sania

"Salah paham seperti apa maksudmu San? Jelas-jelas waktu itu aku keluar kota tiga bulan, pulang-pulang kau bilang hamil, aku bahkan belum pernah menyentuhmu selama pernikahan kita." Ujar Devan

"Di malam saat kau pulang mabuk? Kau tidak ingat itu?" Tanya Sania

(Flashback)

Devan yang pulang kerumahnya di sambut wajah ceria sang istri. Laki-laki itu memeluknya, mencium kening Sania singkat dan membawanya masuk kedalam.

"Anak-anak udah tidur, sayang?" Tanya Devan

Sania mengangguk, wanita itu tersenyum sumringah dari tadi, Devan menatapnya heran, "Kamu kenapa senyum-senyum terus dari tadi?"

"Aku ada kabar bahagia." Ujar Sania

"Kabar apa?" Tanya Devan duduk menghadap Sania dengan kedua tangannya yang saling bertautan dengan Sania

"Aku hamil, mas." Ujar Sania sumringah, raut wajahnya nampak bahagia sekali

Sedangkan Devan sebaliknya, wajahnya berubah datar dan rahangnya mengeras, tangannya melempar tangan Sania yang ada dalam genggamannya kasar. "Kau hamil anak siapa, San?" Tanya Devan lantang

Sania yang tersenyum senang melunturkan senyumannya, "Maksud kamu apa, mas?"

"Anak siapa yang ada di perutmu itu, San? Sania, aku bahkan belum pernah menyentuhmu, kau selingkuh? Hah?!" Teriak Devan keras

"Mas, kamu ini kenapa sih? Tentu saja anak kamu .."

"Anak aku? Kita bahkan tidak pernah melakukan itu!" Teriak Devan memotong ucapan Sania

Sania hendak mengelak, tapi Devan menepisnya. "Aku capek! Sekarang tidur di luar!" Ujar Devan menyeret tangan Sania dan mendorongnya keluar

Devan menutup pintu kayu itu, Sania menggedor-gedornya, "Mas, buka!"

SurrendersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang