Alva kembali menjalani pemeriksaan setelah ia sadar, kini ia berganti ke tahap CT scan.
Pakaiannya masih sama dengan kancing baju yang masih terbuka, Sania mengancingkan baju anaknya itu, Alva masih terlihat sedikit linglung dengan keadaan.
Brankarnya tiba - tiba di bawa ke ruangan lain, Alva hanya pasrah, ia tahu dirinya akan di pindai melalui mesin CT scan.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Alva keluar dari mesin CT scan. Dokter membaca hasil CT scan Alva dengan raut muka yang tidak bisa dijelaskan, Sania harap - harap cemas, raut wajah Dokter Rama seperti menemukan kejanggalan melihat komputer yang menampilkan tulang - tulang dan organ dalam Alva.
"Bunda?" Panggil Alva dengan nada lemas
Sania menoleh menatap anak itu yang berbaring kembali di brankar, tatapannya sendu menatap Alva, mata anak itu terlihat layu. "Kenapa hm?" Ujar Sania
"Pulang ..."
"Iyaa .. Tunggu Dokter Rama dulu ya? Habis ini pulang." Alva hanya mengangguk dengan apa yang dikatakan Sania
"Alva?" Panggil Dokter Rama berjalan ke arah Alva
"Kamu habis ngapain aja? Kinerja jantung kamu merosot drastis. Jangan terlalu memaksakan diri, lakukan aktivitas yang tidak berat, kalau berat tinggalkan, kesehatan itu penting. Kadar darah di jantung kamu tidak mengalir normal, kamu terlalu kecapekan, saya mohon banget jaga tenaga kamu, jangan dipaksa melakukan kegiatan - kegiatan berat, istirahatkan tubuh kamu, mengerti?" Ujar Dokter Rama, Alva hanya mengangguk
"Saya pastikan setelah ini Alva istirahat total. Mohon bantuannya Dok, untuk tetap menjaga kestabilan dan kesehatan Alva." Ujar Sania
"Pasti, ibu Sania."
"Dan bisakah anda ke ruangan saya sebentar? Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan." Ujar Dokter Rama
"Ahh, tentu Dokter."
Dokter Rama berjalan keluar ruangan khusus check up Alva, di ikuti Sania di belakangnya, sedangkan Alva ditemani oleh suster untuk sementara.
Di ruangannya, Dokter Rama menyerahkan selembar hasil CT scan Alva, Sania sebenarnya tidak paham dengan gambar - gambar itu, tapi dengan arahan Dokter Rama ia jadi mengerti tentang kondisi Alva.
"Disini, terjadi penyumbatan aliran darah Alva di arterinya, sehingga kadar darah Alva yang di bawa ke jantung menjadi terhambat." Ujar Dokter Rama sembari menunjuk aliran darah arteri dekat jantung di lembaran gambar itu
"Terlalu menguras energi menjadi penyebab utamanya, Alva terlalu memforsir dirinya, kekuatan otot jantungnya juga kurang dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Maaf saya katakan, Alva tidak boleh terlalu kecapekan, terlalu memaksakan diri melakukan hal - hal berat, aktivitas - aktivitas yang menyita waktu dan membuatnya kelelahan, jantung Alva tidak akan kuat kalau harus dipaksa bekerja berkali - kali lipat sewaktu - sewaktu. Melakukan pekerjaan berat terus - menerus seperti membunuhnya perlahan, kalau dipaksa terus menerus bisa - bisa gagal jantung."
Penjelasan Dokter Rama membuat dadanya sesak, sudah tau anaknya punya masalah pada jantungnya, ia malah tidak memperhatikan apa saja yang anaknya itu lakukan di luar sana.
Sania mengangguk, "Saya akan lebih hati - hati lagi, akhir - akhir ini memang saya kurang menjaga dan mengawasi Alva, maaf saya juga lalai dalam menjaga kesehatan Alva, saya akan lebih perhatian lagi pada kesehatan Alva." Ujar Sania dengan kepala menunduk
"Baiklah saya permisi, Dokter. Terimakasih atas waktunya." Ujar Sania membungkuk dan keluar dari ruangan Dokter Rama
Sania kembali ke ruangan Alva dimana anak itu melakukan check up nya, belum juga sampai ruangan Alva, ada telfon masuk dari atasannya di kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrenders
Teen FictionDeskripsi? Tidak ada. Datanglah, siapa tau membuatmu betah. #sickstoryarea Jangan salah lapak, berakhir menghujat.