36

1K 80 10
                                    

Berita hangat tentang Alva sedikit demi sedikit mulai terlupakan di sekolah gedung tinggi itu, saking lamanya anak itu berada di rumah sakit, juga tidak ada kabar terbaru tentangnya disana.

Hanya beberapa dari mereka yang masih setia mengingat sahabatnya, bahkan Sabahat paling dekatnya yang setiap sepulang sekolah mengunjunginya walau tanpa tatap di rumah sakit.

"Eh tugas Lo gimana? Di suruh buat laporan .. "

"Bodo amat, gue fokus sama English speech."

"Jangan lupa fisika."

"Tapi laporan itu Minggu depan udah kumpul, sesuai deadline jam setengah dua belas."

Kelas itu berisik dengan pertanyaan seputar tugas yang berkeliaran disana, mengusik telinga dan otak yang tengah terfikirkan pada sosok di rumah sakit.

"Berisik banget!" Dela memilih keluar, berjalan menuju perpustakaan, mungkin.

Tempat dimana paling sepi, orang lalu lalang masuk juga guna untuk meminjam buku, sudah itu saja.

Rendi menyelinap masuk, tahu kalau langkah Dela yang perlahan meninggalkan kelas, "Del?" Panggil-nya

"Lo ngapain kesini?" Tanya Dela, ia tidak mau terlalu dekat dengan anak popular selama di sekolah,

"Lo pasti terganggu kan sama kericuhan anak-anak?" Tanya Rendi

"Balik aja, Ren. Gue males disana, nanti kalo ada guru masuk, chat gue aja." Ujar Dela mengalihkan pembicaraan

"Alva gimana keadaannya?" Tanya Rendi

"Udah lebih baik, tapi belum sadar."

Sementara di rumah sakit, ada Ayu yang menjaga Alva walaupun dari luar. Wanita itu datang walau tanpa ada kabar, nalurinya mengatakan bahwa cucunya itu tidak baik-baik saja, dan terbukti saat ia berada disini.

Dan Sania tentu saja bekerja, uang dan tabungannya sudah hampir habis untuk pengobatan Alva, jadi mau tidak mau, wanita itu harus memaksakan dirinya untuk tetap bekerja meninggalkan putranya, tapi seenggaknya Sania lebih bisa tenang karena sang mama yang ada disini, gantian menjaga Alva.

Ayu mengamati dari luar keadaan cucunya, menelisik wajah pucat itu yang seperti tanpa rona,

"Sus, boleh saya saja?" Ayu menghentikan langkah seorang suster yang akan masuk kedalam membawa wadah, yang pasti untuk membersihkan tubuh Alva

Suster itu tersenyum ramah, "Tentu saja, Bu."

Ayu mengambil alih apa-apa saja yang di bawa oleh suster, dan melangkah masuk ke dalam. Wanita dengan rambut putih sebagian itu menempatkan wadah di atas nakas, dan memberi cucunya ciuman sebagai sapaan.

"Cucu Oma ganteng banget!" Puji Ayu dengan tatapan sayunya

"Nah, sayang, sekarang ayo kita mandi, Oma mandiin, biar makin ganteng." Celetuk Ayu

Wanita yang bisa di bilang tua itu dengan telaten membersihkan tubuh Alva, dengan sedikit bercakap ria menghidupkan suasana yang di rundung sunyi senyap, hanya dentuman detak jantung Alva yang mengisi suara.

Di tengah-tengah Ayu membersihkan tubuh Alva, jemari anak itu bergerak dengan sangat pelan, Ayu saja sampai tak menyadari akan hal itu.

Fokusnya masih teralihkan untuk membersihkan tubuh cucu satu-satunya itu, hingga

"Om-mah .. "

Ayu menghentikan aktivitasnya, menolehkan kepalanya perlahan, ia tidak salah dengarkan, panggilan yang sangat lirih itu seolah menguasai senyapnya ruangan.

SurrendersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang