32

1.2K 89 24
                                    

Pagi-pagi seperti ini Sania kembali masuk ke dalam setelah di perbolehkan menjenguk putranya, langkah Sania menghampiri cepat ranjang Alva yang dimana anak itu sendiri masih asik menyelami mimpi.

Sania menatapnya sendu, wajah itu masih pucat dan bertambah pucat menurut penglihatan Sania,

"Selamat pagi, anak bunda." Belaian kasih dan ciuman sapaan pagi Sania berikan, suhu tubuh Alva terasa dingin sekali di tubuhnya

Alva mengerjapkan matanya pelan, menatap lemah sang bunda dengan mata sayunya. Sania memaksakan senyumnya, "Apa yang kamu rasakan sekarang sayang?" Tanya Sania mengelus rambut Alva

"Tidak ada, lemes banget bunda."

"Pusing gak? Dadanya sakit gak sayang?" Tanya Sania mengusap dada putranya, Alva menggeleng

Suara mesin elektrokardiogram yang merekam detak jantung Alva ikut bersahutan menemani pembicaraan ibu dan anak itu.

"Takut gak disini sendiri?" Tanya Sania lagi, Alva menggeleng dengan senyumnya

"Bunda selalu disini kok, bunda ada di luar, tidak di bolehin masuk sama dokternya .. jadi jangan pernah takut ya? Bunda di luar, gak kemana-mana." Ujar Sania

"Aku tau." Ujar Alva

Sania menoleh saat namanya di panggil, waktu menjenguk sudah selesai, padahal Sania merasa baru saja masuk sudah di panggil di suruh keluar.

"Istirahat lagi, sayang. Bunda keluar." Pamit Sania berdiri, dan mencium kening Alva sebelum melangkah keluar meninggalkan ruangan

Sania akan berangkat ke kantor, dan Dela berangkat ke sekolahnya. Mereka berangkat bersama, sekolah Dela satu arah dengan kantor tempat Sania bekerja.

Dela berjalan ke arah kelas, sudah berapa hari Alva tidak masuk, ia memiliki banyak tugas, walaupun sama-sama goblok, tapi mengerjakannya bersama-sama lebih terasa menyenangkan, kini ia merasa kangen dengan Alva.

"Del, Lo tadi di anterin kan? Nanti pulang bareng gue sama Karlo." Ujar Rendi menyeimbangi langkahnya

"Gimana? Nanti jadi rumor, Ren!" Tolak Dela

"Enggak, Del. Gue juga pengen tau gimana keadaan Alva, katanya dia sempet masuk ICU."

"Sekarang aja masih di ICU." Potong Dela, lalu berjalan meninggalkan Rendi di belakangnya

Dela duduk di bangkunya, yang kini Nabila-lah yang menjadi teman sebangkunya. "Ciee .."

"Napa? Jangan cemburu." Sahut Dela memotong ucapan Nabila

"Nanti Lo kayak Ariska lagi, tiba-tiba gak jelas sama gue." Ujar Dela lagi

"Enggak ih, Del. Jangan salah paham ya, gue gak suka kok sama Rendi."

"Lagian dia cuma mau bareng nanti ke rumah sakit, gue di kasih tebengan, kesana bareng-bareng. Lu mau ikut?" Tawar Dela

"Boleh ... " Nabila nyengir menatap Dela,

Cuaca seperti tidak mendukung untuk hari ini, angin berhembus kencang, awan mendung menguasai langit, guntur kecil pun ikut bersahutan.

"Alva keadaannya gimana, San?" Tanya Dina

"Udah sadar, tapi ya .."

"Tapi?"

"Masih lemes badannya katanya, sama Dokter Rama juga belum di bolehin masuk sesuka hati. Aku masih gak tenang banget kalo anak itu belum keluar dari ICU." Ujar Sania

"Yang penting sekarang Alva udah sadar dulu, pelan-pelan pasti baikan itu anak, tetep optimis dan sabar." Ujar Dina

Sania tersenyum atas support sang sahabat, "Makasih,"

SurrendersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang