Komen dong 🤗🫡
Dering nada handphone itu terabaikan berulang kali, pesan - pesan masuk terus di iringi telfon yang tak kunjung terangkat.
Di kamar yang sepi itu handphone itu meminta di perhatikan, nada yang berbunyi ikut meramaikan kesepian ruangan. Disana Alva tengah tertidur, sedangkan Sania keluar mencari makan siang, dan handphone yang sedari tadi terus berbunyi tidak di bawa oleh Sania.
Dela yang berada di rumah khawatir sekaligus takut berada di rumah sendiri, jam sudah menunjukkan pukul 4, tapi Sania maupun Alva belum ada yang pulang.
"Jangan-jangan Alva kenapa-napa lagi ini?" Gumam Dela
Dela kembali menghubungi nomor sang kakak, panggilan itu masuk, tapi tetap tak dihiraukan pemiliknya.
Gadis itu mencoba menelfon nomor Alva, dan nomornya tetap tidak aktif.
Di rumah sakit Sania baru kembali ke kamar Alva, anak itu masih tertidur dengan pulas. Sania mengecek handphonenya, banyak sekali panggilan masuk dari Dela yang tidak terjawab.
Sania menghubunginya, mengatakan bahwa dirinya ada di rumah sakit sekarang.
Dela memutuskan untuk kesana, walaupun Sania sudah melarangnya tapi tetap ia lakukan.
Ketukan pintu terdengar di kamar rawat Alva, lalu di sambut oleh kedatangan dua orang dokter cantik di depan pintu.
"Sore, ibu? Kami kesini hendak memeriksa kondisi anak ibu, dan memberikan injeksi agar tidak terjadi Aritmia sewaktu-waktu." Ujar Dokter cantik itu lembut
"Oh iya, silahkan." Sania minggir membiarkan sang Dokter leluasa dengan tubuh anaknya
Dokter cantik itu memeriksa Alva dengan menempelkan stetoskop di dadanya, memeriksa detak di dalam sana, apakah bekerja dengan baik atau tidak.
Alva yang merasakan tubuhnya di raba-raba terbangun, dokter itu tersenyum manis melihat Alva membuka matanya.
"Boleh tarik nafas bentar ganteng?" Tanya-nya
Alva melakukan apa yang diperintahkan oleh sang Dokter, "Kamu ngerasa sesak ya? Butuh oksigen gak?" Anak itu menggeleng
"Alva kalau sesak pakai oksigen aja nak .." Ujar bundanya
"Enggak Bundaa .."
"Gak papa kog Bu .. Cuman efek jantung yang berdebar, kaget di buat kerja terus." Ujar sang dokter menyiapkan larutan yang akan di suntikkan ke Alva
"Tahan ya?" Dokter cantik itu menyuntikkannya di selang yang menggantung di punggung tangan Alva
Selesai dengan pekerjaannya, Dokter cantik itu meninggalkan ruangan.
"Dela mana ya? Katanya tadi mau kesini?" Tanya Sania pada dirinya sendiri
Baru juga di omongin, anak itu muncul di balik pintu. Sania tersenyum, "Kakak kira kamu tersesat." Ujar Sania
"Aku takut banget tau di rumah sendiri." Curhatnya yang baru saja datang
"Takut apa sih? Orang gak ada apa-apa." Ujar Sania
"Gue yang biasanya di tinggal sendiri aja gak papa." Ujar Alva menyahut dengan nada meremehkan
"Kan beda .. " Ujar Dela pelan
"Dela udah makan belum? Cari makan dulu sana, belum makan kan?" Tanya Sania
Dela menggeleng, "Nanti aja kak, belum laper."
Di rumah tidak ada makanan sama sekali. Sania hanya memasak sedikit untuk sarapan, setelah Alva dan Dela berangkat ke sekolah, dirinya ikut bersiap untuk hadir di lapangan, meninggalkan segala pekerjaan yang menggedor-gedor waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrenders
Teen FictionDeskripsi? Tidak ada. Datanglah, siapa tau membuatmu betah. #sickstoryarea Jangan salah lapak, berakhir menghujat.