Malam-malam Alva pindah ke kamar bundanya, ingin mengadu tentang kepalanya yang seperti di hantam ratusan batu.
Anak itu mengetuk pintu kamar sang bunda, semoga saja bundanya itu belum tidur, kalau bisa di bilang sekarang ini juga sudah malam banget, hampir jam sebelas.
"Bunda? .."
Sania yang masih memeriksa berkas untuk di presentasikan besok menoleh saat suara Alva memanggilnya, kepalanya menyembul di balik pintu, Sania tersenyum dan menyuruhnya masuk.
"Sini." Panggil Sania menepuk kasur di sampingnya
Alva masuk ke dalam setelah menutup kembali pintunya, dan duduk disamping sang bunda.
"Kenapa sayang?" Tanya Sania
"Gak tau, pusing banget bunda." Ujar Alva menyandarkan kepalanya di pundak Sania
Wajah wanita itu berubah sedih, tangannya menyentuh dahi sang putra, hawa panas menyengat tangannya.
"Panas banget." Gumam Sania
Sania merangkulnya, "Tadi di sekolah makan apa? Kamu ikut ekstra atau olahraga?" Tanya Sania
"Enggak bunda .. Tadi di kantin cuma makan bakso yang biasanya." Ujar Alva
"Jangan bohong sama bunda, selain bakso, apalagi? Nggak ikut ekstra-ekstra lagi kan? Apa ikut organisasi?" Tanya Sania, anak itu menggeleng
"Bunda pusing banget." Adu Alva
Tangan Sania memijat kepala Alva, anak itu memejam dalam sandarannya di pundak Sania.
"Udah, besok gak usah sekolah dulu, istirahat, Dokter Rama udah wanti-wanti jangan lakuin hal-hal berat, pasti kamu kecapekan ini." Ujar Sania
"Baru juga masuk masa langsung bolos." Ujar anak itu
Alva tiba-tiba merasa mual, tapi masih bisa di tahan, anak itu tak menanggapi rasa itu. Pusing di kepalanya membuatnya malas untuk sekedar membuka mata.
Tapi semakin di abaikan, rasa tidak nyaman itu semakin menjadi, pusing di kepalanya juga belum hilang walau di bantu pijatan lembut dari sang bunda di kepalanya, tapi malah rasa mual ingin muntah itu ikut menyerangnya.
Alva tiba-tiba berlari saat cairan yang ingin di muntahkan sudah di ujung tenggorokan, Sania yang kaget Alva tiba-tiba berdiri tentu saja ikut berlari ke kamar mandi di kamarnya mengikuti anak itu.
"Alva? .."
Alva di dalam sudah mengeluarkan isi perutnya yang hanya berisi cairan bening, tidak ada bentukan nasi ataupun lainnya, hanya cairan bening seperti air namun kekuning-kuningan.
"Alva? .. Kamu kenapa sih nak? .." Ujar Sania khawatir
Anak itu masih memuntahkan isi perutnya, tangannya sampai gemetar berpegangan pada wastafel, keringatnya juga ikut bercucuran deras membasahi beberapa bagian wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrenders
Teen FictionDeskripsi? Tidak ada. Datanglah, siapa tau membuatmu betah. #sickstoryarea Jangan salah lapak, berakhir menghujat.