Sania membereskan semua perlengkapan yang akan di bawanya ke Palembang, walaupun masih ada dua hari lagi, tapi daripada nanti ia kewalahan sendiri, mending di cicil dari sekarang.
Beberapa setelan baju santai juga ia bawa, tidak hanya baju kerja. Dan beberapa barang yang tidak boleh Sania tinggal, seperti parfum contohnya.
Sania yang berjalan ke dapur mengambil minuman menyerngitkan mata saat melihat pintu depan terbuka, Sania melangkah kesana, memeriksa siapa yang di luar malam-malam.
"Hey! Ngapain disini? Dingin nak .." Alva ternyata yang duduk di depan, dengan setelan kaos dan celana pendek
"Gak bisa tidur bunda." Ujar Alva
Sania menggiringnya masuk ke dalam, "Bunda dua hari ke depan ke Palembang, dua Minggu, gak papa kan sayang?" Tanya Sania meminta izin
"Dua Minggu?" Ulang Alva bertanya
Sania mengangguk, "Kamu di rumah sama Dela dulu, nanti bunda panggilin temen deket bunda biar nemenin kalian kalau dia abis kerja." Ujar Sania
"Gak usah bunda, temennya bunda juga kan punya keluarga." Tolak anak itu halus
Sania tertawa, "Belum berkeluarga kok, masih sendiri, anak rantau jadi disini sendiri. Dia pasti mau nemenin kamu."
"Sementara biar dia tinggal disini selama bunda di Palembang. Biar ada yang ngurus kamu sama Dela di rumah, biar pagi-pagi udah ada yang masakin." Ujar Sania lagi
"Cewe atau cowo temen bunda itu?" Tanya Alva
"Cewe kog sayang," Ujar Sania
"Kak? Daripada kakak manggil orang buat kesini, terus kakak bayar. Mending panggil mama aja, mama juga sering banget bilang kangen sama Alva." Ujar Dela yang tiba-tiba sudah ada di belakang Sania
Sania tersenyum, "Kalau mama yang disini, masa iya mama kakak suruh ngurusin kalian berdua. Kecapekan nanti, tulangnya udah faktur u." Ujar Sania
"Kan ada aku, apa gunanya anak cewe kalo gak bantu-bantu." Ujar Dela
"Ok lah. Kasian juga mama tiap telfon nyuruh kakak kesana mulu, kangennya sama Alva bukan sama kakak." Ujar Sania melas
Alva tertawa kecil, Dela pun sama. "Ya udah, besok kakak kesana, biar pas kalian kakak tinggal ke Palembang, mama udah disini." Ujar Sania
Keesokannya, setelah bekerja di kantor, Sania langsung ngacir ke Bekasi tanpa pulang ke rumah. Ia sudah menghubungi Alva kalau dirinya tidak pulang malam ini, pulang nanti bersama mamanya.
Jam sembilan malam, Sania sampai di rumah masa kecilnya, Sania mengetuk pintu, Rere datang membukanya.
"Kak San?" Rere memeluknya
"Mama mana?"
"Sania?!" Ujar wanita paruh baya di belakangnya
Sania berjalan cepat menuju mamanya, memeluknya melepaskan rindu. "Kamu kenapa gak pernah kesini, hah? Alva mana?" Tanya Ayu-mamanya
"Alva di rumah .."
"Kog gak di ajak?! Mama kangen banget loh sama anak itu, mama kira kamu sama Alva sama Dela, padahal mama udah siap mau peluk anak itu semalaman!" Ujar Ayu
Sania tersenyum, "Ma, ini malah anak mama, emang mama gak kangen sama aku? Kangennya sama Alva aja." Ujar Sania cemburu
Sania to the point, mengatakan maksud kedatangannya kemari. Ayu senang bukan main, ia sudah menyimpan rindu itu bertahun-tahun. Bayangkan saja, Sania membawa Alva kemari terakhir saat anak itu kelas tiga SD, setelah itu tidak pernah sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrenders
Teen FictionDeskripsi? Tidak ada. Datanglah, siapa tau membuatmu betah. #sickstoryarea Jangan salah lapak, berakhir menghujat.