Para Dokter di dalam sana tengah berjuang mengembalikan nyawa Alva, pasti ada yang tidak beres pada anak itu, dan pasti keadaannya jauh dari kata baik lagi kali ini, terbukti dari Dokter Rama yang sampai meminta bala bantuan untuk menyelamatkan anak itu.
Tubuhnya di pasangi banyak alat, alat-alat penopang hidup itu melilit disana-sini di setiap inci kulit berbalut tulang kurus anak itu, seolah mengikat raga lemah nan rapuh itu agar tetap ada disana, terjebak dalam ruang lingkup pesakitannya.
Tangan-tangan Dokter juga terampil berkeliaran menyusuri setiap inci tubuh Alva guna memasangkan alat-alat yang padahal tubuh anak itu sendiri sudah penuh oleh lilitan kabel peninjau detak jantungnya sebelumnya.
Satu tangan Dokter juga menekan-nekan dada Alva dengan kedua tangannya memberi sinyal agar jantung anak itu berdetak normal kembali, satu orang dokter di belakangnya menyiapkan aliran listrik yang akan di sengatkan ke jantung lemah Alva.
"160 Joule." Alat sengat berbalut listrik itu di letakkan di atas dada Alva yang telanjang, tanpa busana, membuat dada kurus itu membusung ke atas menerima sengatan sinyal untuk jantungnya
Satu tangan Dokter memberikan CPR kembali sembari menunggu alat kejut jantung itu siap lagi, agar jantung Alva di dalam tidak seenaknya berhenti ketika tidak menerima sinyal.
Dada Alva membusung ke atas lagi saat menerima sengatan listrik yang di berikan untuk jantungnya,
CPR, Defibrilasi bergantian terus di lakukan, untuk menyelamatkan nyawa Alva yang lagi-lagi ada di batas ambang, tapi tubuh anak itu seakan menolak segala tindakan yang di berikan, jantungnya terus melambat dan bahkan seperti memaksa untuk berhenti di segala hantaman yang menyerbu.
Jantung lemah itu sudah lelah untuk terus bekerja, jantung lemah itu ingin rehat sementara atau selamanya, tapi dengan segala paksaan agar tetap bekerja menyambung hidup sang pemilik tubuh, jantung lemah itu seolah ikut berjuang.
Grafik yang tertulis di layar sana masih sama dan terus turun ingin meluruskan garis takdir Alva, mengistirahatkan jiwa dan raganya yang lelah.
"Langsung tambahkan, 250 Joule." Ujar Dokter Rama yang berganti posisi dengan alat kejut jantung itu,
Daya sengat rendah terbilang tidak mempan untuk membangkitkan gairah detak lemah itu, Dokter Rama tidak ingin kehilangan pasien spesialnya ini, pasien nakal yang membuatnya ikut sayang karena daya pikat tersendirinya.
Masih tidak ada peningkatan, Dokter Rama terus melakukannya lagi dan lagi, tanpa mereka ketahui, air mata Alva menetes di sudut matanya, mungkin anak itu bisa merasakan perjuangan para Dokter mengembalikan nyawanya yang hampir melesat, atau mungkin ia merasa kesakitan tubuhnya di hantam terus-terusan oleh alat itu.
Atau mungkin ia ingin beristirahat, tapi para Dokter itu tidak membiarkannya.
"Alva, Dokter mohon, Va, sekali ini lagi, kita berjuang lagi." Ujar Dokter Rama
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrenders
Teen FictionDeskripsi? Tidak ada. Datanglah, siapa tau membuatmu betah. #sickstoryarea Jangan salah lapak, berakhir menghujat.