Alva langsung keramas sesampainya di rumah, entahlah, tiba-tiba rambutnya terasa gatal sesampainya di rumah.
Alva keluar dengan handuk yang masih bertengger di atas kepalanya, ia berjalan ke bawah dan menemukan Dela di dapur entah sedang melakukan apa.
"Del?"
Gadis itu menoleh, ia sedang bikin seblak dengan banyaknya toping yang entah ia dapat dari mana.
"Buset, ganteng banget." Batin Dela
"Bikinin gue kopi dong!" Ujar Alva seenak jidat melihat anak itu bertingkah di dapur hujan - hujan begini
Dela hanya mengangguk, respon andalan anak itu sepertinya mengangguk atau menggeleng.
"Mau seblak sekalian gak? Gue bikin seblak." Ujar Dela
"Boleh."
"Tumben mau ngomong." Batin Alva
Alva duduk di meja makan, memainkan handphonenya yang ramai sekali notifikasi tidak penting dari Telkomsel tercinta.
Alva menaruh handphone itu di meja, memejamkan matanya sejenak, denyut nyeri di kepalanya tiba-tiba saja menghujam-nya tanpa rasa ampun.
Alva meluruhkan sebagian tubuhnya ke atas meja, tangannya menjambak rambutnya sendiri. Nyerngitan kuat itu terlihat jelas, tapi tidak dengan suara pelan nan lirih yang dapat membuyarkan atensi si gadis.
Matanya yang tertutup ia biarkan tetap menutup, membiarkannya menunggu gelap menjemput. Untuk apa tetap terjaga, jika rasa sakit itu terus terasa.
Dela yang sudah selesai dengan seblaknya, kini fokusnya teralihkan untuk membuat kopi. Kopi itu di hidangkan ke depan Alva yang tertidur dengan posisi handphone tergeletak begitu saja.
"Tadi minta kopi, sekarang malah tidur." Gumam Dela pelan
Dela dengan rasa iseng memfotonya, Alva terlihat manis dengan keadaan tidur seperti itu.
"Alva?" Panggil Dela, tak mendapat jawaban, Dela memanggilnya lagi, kali ini dengan mengguncang pelan pundaknya
"Alva?" Panggilnya lagi, Dela merasa Alva pulas dalam tidurnya, tapi ia merasa ada yang aneh,
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrenders
Teen FictionDeskripsi? Tidak ada. Datanglah, siapa tau membuatmu betah. #sickstoryarea Jangan salah lapak, berakhir menghujat.