"Gimana?" Tanya Ayu melihat Sania keluar dengan wajah lesunya
"Alva tidur lagi, dia ngadu badannya lemes."
"Padahal aku masih pengen di dalem ngajak dia ngobrol, atau apa kek. Tapi suster malah ... " Adu Sania lesu
"Tapi Dokter Rama bilang tubuhnya masih lemah banget, San .. " Sania menoleh menatap manik yang sama sepertinya itu, "Dokter Rama bilang gimana aja, Ma? Alva .. Gak ada hal yang aneh-aneh kan yang terjadi sama dia?" Tanya Sania
"Dokter Rama bilang, Alva hanya berhasil melewati masa kritisnya. Tapi tekanan darah, dan semuanya masih di tahap rendah, tidak ada peningkatan keadaannya, Alva masih butuh pantauan Dokter, Alva belum di izinkan keluar dari ICU. Dan tubuhnya sekarang lemah banget, San. Racun itu melemahkan fungsi jantungnya, sumber kehidupannya, itu yang bahaya!"
Perkataan Ayu yang menjelaskan betapa rumit hidup putranya, seolah menerkam jiwa, dan ingin mencabut nyawanya dari tubuhnya.
"Terus aku harus gimana, Ma? .. Aku harus apa?! .. Kenapa racun itu harus masuk ke tubuh Alva? Kenapa gak ke aku aja? Biar aku yang mati!" Ujar Sania lirih penuh penekanan
Ayu beralih memeluknya, Sania menangis lagi disana, "Hey, hey .. Jangan ngomong gitu .. "
"Aku, beneran takut, Ma .. Kalau sewaktu-waktu nanti, anakku gak kuat dengan dampak dari itu, atau dia nyerah sama penyakitnya, terus dia ninggalin aku .. Aku gak akan bisa, Ma! .. " Ujar Sania menangis sejadi-jadinya
"Aku, gak akan bisa nerima kenyataan itu nanti, bayanginnya aja .. Aku gak bisa, sulit walau cuma membayangkan hal paling buruk itu .. " Ujar Sania serak bercampur Isak tangisnya di pelukan sang Mama
"Apapun keadaannya nanti, kamu harus ikhlas .. " Sania menggeleng cepat, isakannya mengudara seolah bertanding dengan gelengan kepalanya
"Untuk sekarang, kita sama-sama jaga Alva. Kita berdoa, kita pasrahkan sama tuhan .. "
"Tapi aku gak bisa, Ma! .. " Tolak Sania, tidak setuju dengan perkataan Ayu
"Mama gak tau, sejak Alva lahir, sejak pertama kali mataku lihat dia, aku ngerasa kayak sayang banget sama anak ini, aku ngerasa kayak aku bakal kasih seluruh hidupku sama anak ini,"
"Semua ibu juga gitu, San .. " Potong Ayu
"Semua ibu pasti ngerasain rasa bahagia dan rasa senang yang begitu melekat saat anak yang di perjuangkannya lahir, mereka akan menjaga dengan sangat baik dan hati-hati bayinya, tapi saat bayi itu tumbuh dewasa, apa yg kita perbuat? Memerintah, memarahi, memerintah, memarahi, kita gak kasih pengertian apa yang salah, di mata kita, kita merasa selalu benar, tapi belum tentu apa yg kita mau, anak kita juga mau. Itukan yg kamu lakukan ke Alva sekarang? Dan mama juga ke kalian." Ujar Ayu
Sania jadi merenung, Ayu mengusap punggungnya lembut, "Udah, .. " Belum juga Ayu melanjutkan kalimatnya, Sania memotongnya,
"Ma? Tapi aku masih suka kepikiran keadaan Alva sekarang, raganya udah gak sekuat yang dulu, Ma .. Aku, .. Aku bingung harus menjaganya dengan cara apalagi, aku sungguh takut banget, Ma, gara-gara kejadian kemaren. Itu benar-benar membuatku hancur, Ma .. " Ujar Sania memejamkan mata bingung dengan berbagai persoalan masalah yang datang menimpanya
"Kita jaga Alva sama-sama. Kamu gak sendiri, San .. Kalau kamu mau, biar Mama tinggal disini, jadi selama kamu kerja, ada yang pantau Alva kalau dia lagi di rumah .. "
Sania mengangguk dan tersenyum, "Iya, Ma."
Sania tentu saja menyetujui itu, malah bagus ada yg memantau kegiatan putranya itu selagi ia tinggal, berhubungan sang Mama juga sama cerewet dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrenders
Teen FictionDeskripsi? Tidak ada. Datanglah, siapa tau membuatmu betah. #sickstoryarea Jangan salah lapak, berakhir menghujat.