46

773 66 9
                                    

Tengah malam seperti ini Alva tiba-tiba demam, hawa tubuhnya terasa panas, badannya pun agak meriang, Alva merasa tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri, kepalanya juga berdenyut nyeri, penglihatannya agak kabur,

Uhuk .. uhuk ..

Anak itu terbatuk-batuk, menyerngitkan mata dalam kala rasa pusing yg menyerang begitu bar-bar. Kepalanya terasa berat, badannya terasa lemas, dan dia merasa kedinginan padahal tubuhnya berkeringat deras.

Di buat melek, perutnya perlahan terasa melilit, di tambah sesuatu seperti ingin keluar, tapi hanya mual yang dia dapatkan,

"Va? .. " Rendi terbangun dengan suara seraknya, mungkin menyadari pergerakan kawannya yg agak aneh

"Alva, lu kenapa, Va?" Tanya Rendi terduduk

Anak itu menggeleng pelan dengan menyerngitkan mata menahan lara, semakin jiwanya sadar, semakin sakit pula yg dia rasakan.

Anak itu meringkuk ke samping, tangannya meremat perutnya, berharap dapat menghilangkan rasa sakit di dalam sana, "Sakit banget, sumpahhh .. "

Rendi bingung harus apa, sedangkan Alva sendiri sudah kepayahan menahan sakit. Karlo malah belum terbangun, ia masih asik dengan mimpinya.

"Lu ada obat sakit perut gak?" Tanya Rendi, anak itu menggeleng

"Alamak."

Keringat Alva terus bercucuran deras, perutnya tidak nyaman, dan ia ingin muntah, tapi ia hanya merasa mual.

"Va? Lu kenapa, Va?" Tanya Karlo bingung, ia baru saja terbangun

"Perutnya sakit," Jawab Rendi

"Kenapa?"

"Mana gua tau."

"Shhh .. Ga kuat .. " Rintih anak itu

"Buat tiduran aja dulu, nanti sakitnya ilang, besok gue cariin obat sakit perut ke apotek, lu abis makan pedes kali .. " Ujar Rendi menyuruh anak itu tidur

"Va. Lu panas banget sumpah, Va!" Ujar Rendi kaget saat tangannya menyentuh lengan Alva

Alva sudah no respon, ia sibuk dengan rasa sakitnya.

Rendi mengkode Karlo untuk memanggilkan Sania, Alva kesakitan terus, dan tubuhnya demam tinggi pula, keringat anak itu juga meluncur deras, nafasnya juga mulai agak sesak, Rendi tentu saja takut.

Kalau sampai terjadi apa-apa lagi,

"Alva, obat nyeri yang biasanya lu minum apa gak sama aja? Minum itu aja, Va. Yg mana obatnya, gue ambilin." Ujar Rendi

Anak itu tetap menggeleng, "Gak ada. Itu beda, hh ... "

Rendi bingung sendiri, matanya sesekali celingak-celinguk ke arah pintu, menunggu Karlo yang memanggilkan Sania.

"Tantee ? .. " Sedangkan Karlo terus mengetuk pintu kayu itu, sepertinya Sania sudah tidur pulas, malam telah larut, jam sudah menunjukkan pukul dua pagi.

"Tante Sania? .. "

Sania akhirnya membuka pintu dengan wajah bantalnya dan muka ngantuknya. Sania menyerngitkan mata, "Hm? Kenapa Kar?"

"Alva Tante .." Mata Sania seketika melek, "Alva kenapa?"

"Dia kesakitan, perutnya sakit, badannya panas banget."

Tanpa menjawab Sania langsung berjalan cepat ke kamar Alva, ia sedikit berlari ke ranjang Alva melihat anaknya itu sudah meringkuk merasakan sakit.

"Alva? .. Hey, kenapa lagi sayang?" Tanya Sania panik, air mata anak itu bahkan sudah mengalir bercampur keringat di wajahnya.

SurrendersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang