Haloo?
Ini tidak ada yang berkeinginan untuk meninggalkan catatan berupa kritik saran atau apapun itu dalam bentuk tulisan? Aku juga butuh itu, bukan hanya bintang.•
•
•
•
Pagi - pagi buta seperti ini, Rendi dan Karlo sudah mengunjungi rumah Alva, mereka akan jogging, kegiatan yang diharuskan di lakukan oleh Alva, dari rujukan Dokter spesialisnya.
Sang empu sendiri masih asik bergelut nyaman dalam selimutnya, Dua anak manusia itu masuk tanpa permisi, sudah layaknya rumah sendiri, Sania sebagai bundanya Alva tak mempermasalahkan itu, toh memang itu juga demi kesehatan dan keselamatan jiwa raga anaknya.
Rendi menarik tangan kiri Alva dan Karlo menarik tangan kanan Alva, mendudukkan anak itu dengan sengaja, lalu membuatnya berdiri dan melangkah dengan terpaksa.
"Kalian apa - apaan sih? Gue belum mandi, baru juga melek!" Mulut anak itu tak berhenti ngedumel
Sania hanya geleng - geleng kepala melihat Alva di geret oleh kedua sahabatnya, bekas iler anak itu pun masih membentuk garis di sudut kanan bibirnya.
Rambut yang masih acak - acakan, dan baju yang masih bisa dibilang seperti gembel, tak menghilangkan paras rupawan anak itu.
"Itu beneran anak aku apa bukan sih?" Tanya Sania pada dirinya sendiri
Heran aja, perasaan dirinya rajin, dan bapaknya Alva pun rajin. Tapi Alva? Pemalas iya, cuman hyperaktif anaknya.
Tugas Sania kini menata sarapan untuknya dan Alva, juga kedua sahabat Alva yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.
Dan menata jadwal obat yang harus diminum Alva pagi ini,
Sedangkan Alva di bawa memutari jalan kompleks perumahannya, jogging kecil bertiga, Rendi dan Karlo dengan penampilan segernya dan Alva dengan penampilan lusuhnya.
Matanya saja masih mengerjap - ngerjap menahan kantuk yang tak juga hilang, di tambah kepalanya yang berdenyut nyeri akibat di bangunkan dengan tidak estetiknya.
"Va? Ayo semangat!" Ujar Karlo
"Semangat - semangat entutmu, Lo gak liat gue masih enak - enakan tidur, kalian malah main narik gitu aja, untung ini jantung manja gak papa!" Sungut anak itu
"Ya elah, Va. Nanti check up juga lari lagi kan di treadmill, mana sejam lagi." Ujar Karlo tak mau mengalah
"Jadi double gue capeknya!"
"Latihan, Va."
"Berisik!" Sarkas Rendi yang sedari tadi diam menyimak pembicaraan tidak penting keduanya
Dua anak manusia itu diam saling tatap, dan melanjutkan lari kecilnya tanpa perbincangan. Hingga Rendi yang paling dewasa berdasarkan sikap sekaligus paling waras diantara mereka mulai berbicara,
"Capek gak, Va? Kalo capek istirahat bentar!" Ujar Rendi
"Dari tadi capek, ahh dasar anak siluman," Batin Alva yang berbicara mewakili mulutnya, tapi kepalanya bertolak dengan apa yang hatinya katakan, Alva malah menggeleng polos menatap Rendi
Rendi yang paham situasi menghentikan langkahnya, wajah sahabatnya itu sudah terlihat memucat dengan keringat yang sedikit membaluri tubuhnya, mungkin efek Alva yang belum sarapan.
"Istirahat dulu, nafas Lo ngos - ngosan! Minum nih!" Ujar Rendi memberikan sebotol air mineral kepada Alva
"Balik aja deh, Ren. Kasian nanti ni anak check up!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrenders
Teen FictionDeskripsi? Tidak ada. Datanglah, siapa tau membuatmu betah. #sickstoryarea Jangan salah lapak, berakhir menghujat.