30

1.3K 89 5
                                    

Pagi hari seperti ini, ruang rawat Alva sangat sepi, Sania menatap putranya yang kembali terlelap dengan tatapan sendu. Padahal ia sudah mendapatkan izin dari Dokter Rama agar di perbolehkan pulang, tapi sebuah kesalahan kecil terjadi, dan membuat masalah besar.

Mentari seperti mengikuti suasana kamar rawat anak itu, tidak ada sinar cerah sang matahari yang membangkitkan semangat, pun kicauan burung merdu yang biasanya bernyanyi ria di pagi hari.

Alam seolah tau apa yang terjadi pada anak manis itu, yang kembali lelap dan belum juga membuka matanya, seolah tak membiarkan retina indahnya melihat dunia pagi, dan membiarkan suaranya melebur bersama udara hari ini.

"Udah kak, Alva pasti gak papa!" Ujar Dela memegang pundaknya, menguatkan sang kakak dengan sentuhannya

Kemarin, saat pemeriksaan, Dokter yang sama, Dokter muda dan cantik yang menggantikan kakaknya itu salah memberi obat pada Alva, lagi hari ini.

Setelah sebelumnya, sudah tau Alva sesak nafas dan nyeri dada, bukannya memberinya pereda sesak dan nyeri, malah memberi anak itu obat tidur, dan mengabaikan pernafasan Alva yang sudah stuck hampir gagal pernafasan.

Sekarang, bukannya memberi anak itu penguat sinyal jantung, dan pencegahan Aritmia, malah memberinya obat yang dimana semakin melemahkan kinerja jantung Alva, yang memang sudah lemah sekarang ini.

(Flashback)

Dokter Rama masuk dengan dokter Inka, adik dari Dokter Safa yang kini di tugaskan di Malaysia.

Dokter Rama tersenyum cerah kepada Sania, juga Dokter Inka, Sania merasa tidak ada wajah-wajah bersalah padanya, tidak ada maaf atau kata-kata lainnya mengingat perbuatannya kemarin.

"Ini Dokter Inka, adik Dokter Safa yang kini menjalankan tugas di Malaysia. Maaf untuk kejadian semalam ibu Sania, saya dan tim para Dokter akan membimbing Dokter Inka saat menjalankan pekerjaannya disini." Ujar Dokter Rama sopan

Sania hanya mengangguk dengan senyum yang di paksakannya, "Dan yah .. Saya mengajak Dokter Inka melakukan pemeriksaan Alva, untuk jaga-jaga ketika saya tidak di rumah sakit, agar Dokter Inka bisa menangani Alva dengan benar tanpa kesalahan seperti kemarin." Jelas Dokter Rama lagi

"Iya, Dok." Jawab Sania singkat

Tidur pulas Alva harus terganggu akibat ulah dua Dokter yang melakukan pemeriksaan terhadapnya, tubuhnya di pegang sana sini, sangat membuatnya tidak nyaman, tapi harus bagaimana lagi.

"Tidur aja, Va. Kalo masih ngantuk." Ujar Dokter Rama dengan stetoskopnya, mendengarkan detak lemah jantung anak itu dari dalam,

Sementara itu, Dokter Inka memeriksa nadi Alva, Dokter Inka juga memeriksa tekanan darah anak itu saat Dokter Rama selesai melakukan pekerjaannya.

Dokter Inka menyerap injeksi yang di arahkan oleh Dokter Rama, cairan bening itu lalu dimasukkan kedalam tubuh Alva.

"Dokter, ngantuk!"

Tubuh Alva rasanya perlahan lemas, matanya berat sekali. Dadanya juga berdesir nyeri sekali, tapi tenaganya hilang dalam sekejap, ia tidak bisa walau hanya menggeser tangannya.

Dokter Rama menatap anak itu curiga, seperti ada yang janggal. Dokter Rama mengamati monitor yang mencatat jelas rekaman detak anak itu, detakannya melemah perlahan-lahan.

Saturasi oksigen juga menurun secara perlahan, tekanan darahnya pun ikut turun. Selain itu, rona kulit Alva juga mulai membiru.

Dokter Rama dengan cekatan mengatur pernafasan anak itu terlebih dahulu, sebelum-hampir mengalami gagal pernafasan seperti kemarin.

SurrendersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang