Derap langkah Wira mendadak berhenti kala netranya secara tak sengaja menangkap bayangan wajah perempuan yang terpatri dalam hati, ada dalam radius sekitar sepuluh meter dari tempatnya sekarang berdiri.
Kedua sudut bibirnya otomatis tertarik ke atas. Tak terburu-buru, Wira teruskan ayunan kakinya yang tertunda, berjalan mendekati sudut belakang restoran. Sementara Danu mengekorinya dengan tangan yang sibuk mengusap dahi yang baru saja terbentur punggung tegapnya ketika tadi dia tiba-tiba mengerem tanpa aba-aba.
Dalam gerakan seringan kapas yang membawanya semakin mendekat pada sang istri, ekspresi Wira lambat laun berubah. Senyum di bibirnya perlahan namun pasti menghilang, berganti raut wajah serius yang dilengkapi dengan dua alis yang hampir menyatu.
Diurungkannya niat untuk menghampiri Rinjani. Memutar tumitnya, Wira lekas berjalan tergesa menuju ke sebuah meja tak berpenghuni yang posisinya ada di tengah-tengah restoran.
Wira duduk lantas mengarahkan tatapnya persis ke wajah Rinjani. Namun lantaran diantara meja mereka terdapat sebuah tanaman hias yang cukup besar, yang diletakkan di samping pilar penyangga, jadi dari arah pandang Rinjani, tubuh tinggi besar Wira tidak terlihat jika perempuan itu tidak menelengkan kepala.
"Bapak dari tadi liatin apa, sih?"
Danu yang menempati kursi di samping kanan Wira mengikuti sorot mata bosnya itu. Dia lalu sedikit menyipit hanya untuk memastikan bahwa yang dilihatnya benar-benar Rinjani.
Kembali memalingkan mukanya pada Wira, Danu kemudian berkata, "Bukannya tadi waktu Bapak telepon Ibu bilang sedang rapat di kantor?"
Wira melirik Danu sekilas, kerutan di dahinya kini kian dalam. Pasalnya, apa yang Danu katakan memang benar. Ingatan itu juga yang menyebabkan Wira urung menemui istrinya.
Dua puluh menit yang lalu, waktu dia dan Danu dalam perjalanan seusai mengecek kondisi proyek pembangunan sebuah supermarket, istrinya mengatakan bahwa sedang mengikuti rapat dengan para manager di kantor. Tapi kenapa sekarang ibu dari putranya itu berada di tempat ini? Sedangkan jarak antara kantor Rinjani dan restoran lumayan jauh, nyaris membutuhkan waktu sekitar empat puluh lima menit jika menggunakan kendaraan roda empat, mengingat jalanan Jakarta yang selalu padat merayap.
Jadi ... apakah Wira boleh mengambil kesimpulan bahwa ... Rinjaninya berbohong?
Tak ingin memupuk prasangka buruk, Wira mengambil ponsel dalam saku celananya, menekan sebuah kontak yang ada di daftar paling atas panggilan keluarnya. Wira kemudian menempelkan benda canggih itu di telinga kanan, dengan mata yang tetap fokus pada gerak-gerik sang istri.
Di dering ketiga, Wira menyaksikan Rinjani meraih handphone dari tas tangan yang perempuan itu taruh di atas meja.
"Hallo ...."
Suara Rinjani menyapa dengan tenang. Bisa Wira lihat raut wajah istrinya itu juga tak berubah.
Wira berdeham pelan, salah satu cara guna menormalkan nada bicaranya. "Rapatnya udah selesai, Sayang?"
Rinjani tak langsung menyahut. Ibu dari Sadewa itu tampak menunduk sebelum berucap lirih, "Belum."
"Rapatnya di kantor, ya?"
"Iya."
Jawaban dari Rinjani membuat ritme jantung Wira naik secara drastis. Tangan kirinya yang bebas lantas terkepal kuat di atas meja.
"Kenapa, Mas?"
Pertanyaan dari Rinjani yang keluar melalui telepon genggamnya kembali terdengar.
Susah payah Wira berusaha agar Rinjani tak curiga dengan suaranya. "Nggak apa-apa. Mas kerja lagi ya, I love you ...."
Rinjani menanggapi dengan gumaman pelan. "Hmm."
Wira memutuskan panggilannya sembari menatap Rinjani lekat-lekat. Rahangnya mulai mengeras, sedangkan dalam pikirannya ada banyak tanda tanya yang tengah bergulat.
Siapa laki-laki yang sekarang sedang duduk berhadapan dengan sang istri?
Siapa dia ... yang mampu membuat Rinjani sampai mengucapkan sebuah dusta?
[2 Juli 2023]
******
Hai, Bestie ... kita ketemu lagi. Apa kabar? Semoga sehat semua, ya ... sehat jiwa dan raga.
Aku dateng cuman mo promo Jani-Wira season 2.
Apah? Cuman promo??? Iyah, cerita ini eksklusif tayang di Karyakarsa. Aku nggak akan post di platform lain. Maaf ya ....
Di sini aku paling kasih spoiler-spoiler aja. Jadi yang nggak suka, abaikan kalo ada notif.
Gituh.
Part 1, 2, & 3 udah aku up tadi sore.
Happy reading ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Dusta (Tamat)
RomanceKetika dia yang menikahimu, memilih rumah yang lain untuknya pulang ....