Part 20

101K 8.4K 351
                                    




"Kamu bahkan lebih bajingan dari Stevan, Bang!"

Belum sempat Wira mengatupkan bibirnya seusai bercerita, Cintya sudah memakinya. Perempuan itu semakin meradang setelah mendengarkan kalimat demi kalimat yang dikeluarkan oleh mulut bergetar Wira. Gelas di tangannya bahkan nyaris melayang, untung saja Cintya segera mengingat kalau dirinya hanyalah tamu di rumah ini, jadi masih sempat mengendalikan diri.

Cintya tidak sanggup membayangkan seperti apa bentuk hati kakak iparnya sekarang.

Dinikahi hanya untuk diceraikan kemudian?

Gila!

Semua orang yang ada di ruangan besar itu terkejut bukan main -tentu saja kecuali Rinjani dan Danu yang memang sudah mengetahui semua isi kepala Wira-. Pasalnya, yang ada dalam pikiran mereka adalah Wira berselingkuh sama seperti yang dilakukan Stevan, bukan fakta yang membuat jantung Dian nyaris melompat keluar. Wira menyusun skenario yang sangat apik dan memainkan perannya dengan sangat baik sampai-sampai tidak ada satu pun yang mengetahui rencana busuknya, termasuk Rinjani kalau saja pertemuan di gerai makanan cepat saji itu tidak pernah terjadi.

Dian semakin tenggelam dalam pelukan suaminya, sedangkan Rinjani cuma tertunduk sembari sesekali menyeka sudut matanya yang basah.

Tak Rinjani duga, Wira berani mengakui semuanya. Bahkan tentang penarikan gugatan perceraian yang sempat suaminya itu layangkan ke Pengadilan Agama.

Rinjani mendongak manakala sepasang tangan Cintya menggenggamnya erat.

"Kenapa kamu bisa setegar ini, Kak?" Kembali Cintya menumpahkan tangis di pelukan Rinjani. "Aku bahkan rasanya mau mati waktu itu, tapi kenapa kamu bisa sekuat ini?"

Cintya tak mungkin lupa saat pertama kali ia mengetahui bahwa suaminya telah berselingkuh. Dunianya runtuh seketika. Ia sampai tak sadar mengiris nadinya sendiri karena ingin mengalihkan rasa sakit di hatinya.

Dian lantas beranjak dari duduknya dan mendekati putri serta menantunya yang masih berpelukan. Ia merentangkan tangan kemudian mendekap keduanya. Tangisnya lolos lebih keras dari sebelumnya. Tak henti-hentinya Dian menggumamkan kata maaf pada Rinjani.

"Maaf ... sudah meminta kamu untuk menjadi menantu mama. Maaf ... sudah membuat Jani menderita karena pernikahan ini. Maaf ... mama bersalah pada Jani ...."

Air mata Rinjani juga mengalir kian deras. Sungguh, ia sama sekali tidak pernah menyalahkan kedua orang tuanya maupun mertuanya sekali pun karena mereka sudah menjodohkannya dengan Wira. Rinjani menerima perjodohan itu dengan suka rela. Bukan hanya untuk menyenangkan hati orang tuanya saja, tapi juga lantaran ia memang jatuh cinta pada laki-laki itu.

Rinjani lalu menggeleng tegas. Ia tidak mau Dian menyalahkan dirinya sendiri. "Bukan salah Mama ... Ini bukan salah Mama. Memang sudah takdirku seperti ini."

Sekar menggenggam kuat tangan kiri suaminya. Ia yakin laki-laki di sampingnya itu sedang merasakan sakit yang ia rasakan juga. Orang tua mana yang rela putrinya disakiti, apalagi Rinjani merupakan anak satu-satunya. Rinjani adalah putri yang sejak kecil selalu membuat mereka bangga. Rinjani adalah nama yang selalu mereka sebut dalam setiap untaian doa.

"Apa ada yang tidak Wira ceritakan, Danu? Apa masih ada yang coba dia tutupi?"

Suara menggelegar milik Bima membuat semua mata kini tertuju pada Danu.

Danu terbeliak ketika mendadak namanya disebut. Kakinya jadi gemetaran. Ia juga sempat menyeka bulir-bulir keringat yang membasahi dahinya sebelum menggeleng pelan. "Tidak ada, Pak," katanya setengah yakin.

Terikat Dusta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang