Cerita Baru Lagi

1.9K 205 21
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Prolog


Informan :

Restoran hotel IndahJaya.

Bapak sedang makan malam dengan Kak Cindy.



Reivita membuang napasnya panjang sewaktu mematikan layar ponsel kemudian menaruh kembali benda itu ke dalam hand bag-nya. Meski informasi serupa seringkali dia dapatkan, tapi tetap saja rasanya masih menyesakkan dada. Perempuan itu lantas melirik ke sisi kiri, netranya menatap kosong pada gedung-gedung yang menjulang tinggi.

"Pak ... putar balik ke hotel IndahJaya," ucapnya pelan tanpa mengalihkan objek penglihatan. Di detik yang belum berganti, ia mendengar sahutan dari pria dewasa yang duduk di belakang setir bundar.

"Baik, Bu."

Tidak ada perintah tambahan pada sang sopir selama sepuluh menit perjalanan menuju hotel. Reivita termenung, sementara sopir keluarga yang mengantarnya pun tak berani bersuara.

Baru setelah mobil berhenti di depan lobby hotel, Reivita mendengar pergerakan seiring bunyi pintu depan yang terbuka dan menutup, lalu disusul pintu yang di sampingnya dibuka dari luar.

"Silakan, Bu ...."

Reivita sempatkan tersenyum dan mengucapkan terima kasih untuk sopir yang telah mengabdi di keluarga mertuanya semenjak masih lajang. Dia kemudian berkata, "Pak Hasto pulang saja. Saya nanti pulang sama Bapak."

"Baik." Laki-laki yang ubannya sudah memenuhi kepala itu sedikit menunduk terus memutari kap mobil untuk kembali mengemudi.

Sebelum kendaraan yang tadi dinaikinya melaju pergi, Reivita sudah mulai mengayun langkah. Ditapakinya beberapa anak tangga dengan anggun nan berwibawa.

"Selamat datang di hotel IndahJaya."

Dia disambut oleh pegawai hotel berseragam hitam yang menyapa sangat ramah. Memilih tidak menyahuti dan hanya melemparkan senyum tipis, Reivita melanjutkan langkah. Dia sudah tahu di sebelah mana restoran hotel itu berada. Informan yang dibayarnya mahal selalu mengirimkan informasi sampai ke detail terkecil.

Di tiap tarikan kakinya yang lebar-lebar, dagunya tetap terangkat tinggi. Tak sekalipun dia menunduk atau memaku pandangan ke bawah termasuk saat berada dalam lift. Bahkan ketika kini tubuh ramping yang berbalut setelan formalnya telah berdiri di dekat kursi yang suaminya duduki, Reivita masih menunjukkan kelasnya yang memang jauh di atas perempuan rendahan yang berstatus simpanan dari Aryuda.

Gadis yang biasa dipanggil Cindy itu seketika mengkerut dengan wajah pias begitu menyadari kedatangannya. Sedangkan Aryuda tampak biasa-biasa saja.

"Kebetulan aku juga belum makan malam." Reivita berinisiatif menempati kursi di tengah-tengah Aryuda dan Cindy yang saling berhadapan walaupun tidak ada yang menawarinya untuk bergabung. Dia lalu memanggil pelayan lanjut memesan menu yang sama seperti yang sudah terhidang di depan sang suami.

Terikat Dusta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang