Wira lekas keluar dari mobil sesaat setelah Danu menarik rem tangan kendaraan roda empat yang dikemudikannya.
"Perempuan itu sudah pergi dari rumah pemberian Bapak?" Rinjani lalu bersuara dari jok belakang seusai memastikan Wira tidak mungkin bisa mendengarnya.
Danu melirik ke arah spion tengah. "Sudah, Bu," jawabnya sambil mengangguk.
"Kamu tau ke mana dia pergi?"
Kali ini, setengah dari tubuh Danu berbalik ke belakang, menatap Rinjani yang sedang duduk bersandar. Dan pemuda itu menggeleng kemudian. "Tidak, Bu. Mba Ayu pergi berdua dengan Dira naik taksi, sepertinya ART yang dipekerjakan Bapak sudah berhenti," jelasnya sedikit memutar ingatannya dua hari yang lalu.
Menyoroti Danu dengan raut lebih serius, Rinjani lanjutkan pertanyaannya. "Bapak tahu kalau dia sudah pergi?"
Danu kembali mengangguk.
"Lalu?"
"Bapak tidak bereaksi apa-apa."
Dua hari yang lalu, Ayu menghubungi Danu. Perempuan itu mengatakan bahwa ia sudah bersiap untuk keluar dari rumah pemberian Wira. Danu yang memang sedang berada di ruangan bosnya langsung meminta izin untuk mengecek kebenarannya sekaligus mengambil kunci rumah tersebut. Dan Wira hanya bergumam tanpa mengalihkan atensi dari lembaran kertas yang sedang laki-laki itu geluti.
Rinjani mengedarkan pandangan keluar mobil, belum dilihatnya sosok Wira kembali dari kamar kecil. "Apa Bapak tahu tentang ayah kandung Dira?" Rasa penasaran membuat Rinjani mengorek informasi lebih dalam.
"Belum. Bapak pernah suruh saya cari informasi tapi setelah saya berikan hasilnya, beliau bilang sudah tidak ingin tau lagi." Susah payah Danu menyuruh orang untuk menyelidiki masa lalu Ayu, dan jelas dengan bayaran yang tak murah. Tapi setelah hasil sudah berada di tangan, dengan entengnya Wira justru berkata kalau itu bukan lagi prioritasnya.
"Kamu baca hasil penyelidikannya?"
Lagi-lagi Danu menganggukan kepala. "Apa perlu saya kasih tahu Bapak?" usulnya.
"Nggak. Itu urusan saya." Rinjani yang melihat Wira sudah berada di depan mobil lantas menghentikan interogasinya.
Danu gegas menjalankan mobilnya keluar dari SPBU setelah Wira kembali menduduki kursi belakang bersama sang istri.
Mereka bertiga dalam perjalanan menuju bandara. Mengantarkan Rinjani untuk pulang ke kota kelahirannya. Sendiri. Tanpa suaminya.
"Apa nggak kita hadapi Bapak berdua, Sayang? Mas nggak mau kamu berjuang sendiri. Apalagi ini jelas kesalahan mas." Sepanjang perjalanan, Wira tak mau melepaskan genggaman tangannya dari milik Rinjani, seakan tidak ingin melepaskan perempuan itu pergi.
Tampak Rinjani menunduk. "Nanti. Aku perlu waktu bicara berdua sama beliau." Pandangannya jatuh pada benda berkilau yang tersemat di jari manis suaminya, cincin pernikahan mereka.
"Mas tunggu kabar baiknya." Wira menyahuti bertepatan dengan mobil mereka yang mulai memasuki pelataran parkir bandara.
Rinjani cuma menggumam pelan. "Aku pulang dulu, ya ...," pamitnya kemudian ketika kendaraan benar-benar telah berhenti.
"Mas anter ke dalem." Bersiap Wira mengikuti Rinjani yang hendak turun dari mobil.
"Nggak. Nanti kalian telat meeting," tolak Rinjani sambil menahan lengan sang suami.
Wira dijadwalkan mengikuti pertemuan dengan klien penting dari luar negeri yang berniat membangun cabang perusahaan mereka di Indonesia setengah jam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Dusta (Tamat)
RomanceKetika dia yang menikahimu, memilih rumah yang lain untuknya pulang ....