Part 17

98.8K 8.3K 336
                                    



Wira memandangi hasil karyanya dengan takjub, tak menyangka selain ahli dalam bidang rancang bangunan, ia ternyata juga bisa menghasilkan dekorasi seindah ini.

Kamar Rinjani baru saja selesai disulapnya menjadi seperti kamar pengantin yang penuh dengan bunga. Karena ia tahu istrinya itu menyukai warna putih, jadi sebagian besar bunga yang digunakan adalah mawar putih.

Ada ratusan mawar putih yang sudah dirangkai, ia gantung di atas ranjang. Ada juga dua buket besar mawar putih yang diletakkan di atas nakas. Wira pun menaburkan banyak kelopak mawar merah di atas lantai sepanjang pintu menuju ranjang. Lilin-lilin kecil yang berada di sudut-sudut ruangan makin menjadikan suasana kamar Rinjani tampak sangat romantis.

Mengulum senyum senang, Wira lakukan ketika matanya melirik ke arah ranjang yang telah dipasangi seprei berwarna putih. Ranjang itu seolah melambai-lambai, memintanya untuk merebahkan diri. Wira jadi tak sabar ingin segera berada di sana bersama Rinjani.

Ia lantas menggeleng samar, mencoba mengusir bayangan indah dalam kepalanya. Tak mau semakin gila karena mengkhayal yang tidak-tidak, Wira berbalik badan kemudian menutup pintu kamar.

Berjalan ke meja makan berada, ia juga dibuat kagum dengan hasil kreasi tangan Danu. Candle light dinner yang menyajikan menu steak favorit Rinjani, telah tertata rapi di atas meja.

Di posisi tengah, diletakkan sebuah vas bunga yang berisi puluhan tangkai lily putih yang sangat cantik. Untuk hidangan utama, Danu taruh secara berseberangan. Ada dua gelas jus buah di samping masing-masing piring. Minuman dari sari buah segar itu menjadi pilihan sebab Rinjani tidak mengkonsumsi wine. Terakhir, dilihatnya dua piring kecil dessert dengan lelehan saus cokelat yang menggoda, berada di sebelah lilin kecil.

Wira rasa-rasanya makin tak sabar menunggu istrinya pulang. Dengan semangat yang membara, ia lalu memilih duduk di sofa. Kondisinya sendiri sudah rapi. Memakai kemeja abu pemberian Rinjani beberapa bulan yang lalu dipadupadankan dengan celana berwarna hitam.

Kotak beludru merah ada di genggamannya. Berisi cincin pernikahan yang sempat Rinjani kembalikan dan sebuah kalung dengan bandul menyerupai huruf W bertabur berlian kecil. Wira lantas mengelus keduanya, berharap ada senyum yang mengembang saat Rinjani menerimanya. Ia yakin, dua benda berkilau itu akan jauh lebih indah jika melekat pada tubuh istrinya.

Sempurna!

Lagi-lagi Wira mengulum senyum sendiri bagai orang yang telah kehilangan kewarasan. Jam berapa ini? Ia betul-betul ingin Rinjani segera datang.

Hari ini ... tepat dua puluh lima tahun yang lalu, Rinjani dilahirkan. Wira sudah merencanakan kejutan ini dari jauh-jauh hari. Ia yang memilih sendiri bunga-bunga yang sekarang menemaninya menunggu. Ia juga yang memesan secara khusus kalung yang harganya tak murah itu ke toko perhiasan terkenal di kotanya.

Tadi pagi, Wira sempat mengantar Rinjani ke kantor. Setelahnya, ia mengambil perhiasan pesanannya. Lalu, berangkat ke kantornya sendiri. Seusai jam makan siang, barulah Wira kembali ke apartemen bersama Danu yang membantunya mendekor kamar dan menyiapkan segala keperluan untuk makan malam specialnya dengan sang istri.

18.50

Jantung Wira mendadak berdebar lebih kencang. Sebentar lagi ... istrinya pulang. Ia beranjak dari sofa untuk mematikan seluruh lampu terus menyalakan lilin-lilin kecil yang disebar di setiap sudut ruangan. Selepas memegang keyakinan bahwa segala persiapan telah dilakukan dengan sempurna, ia duduk di sofa lagi.

Menunggu .....

Satu menit.

Sepuluh menit.

Tiga puluh menit.

Terikat Dusta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang