Part 34

76.9K 6.1K 562
                                    




Kamu tak pernah tahu bahagianya aku
Setelah 'ku menemukan dirimu
Rasanya seperti bermimpi bisa mencintaimu
Yang indah ....

Bila 'ku harus memilih
Antara hidup dan mati
Seperti aku memilih
Denganmu atau kupergi
Haruskah aku terluka
Untuk kesekian kalinya
Tuhan cukup cukup sudah
Aku pun ingin bahagia

Dan kamu pun tak tahu hancurnya hatiku
Saat diriku harus melepasmu
Rasanya seperti terbangun dari mimpi-mimpiku
Yang indah ....

Bila 'ku harus memilih
Antara hidup dan mati
Seperti aku memilih
Denganmu atau kupergi
Haruskah aku terluka
Untuk kesekian kalinya
Tuhan cukup cukup sudah
Aku pun ingin bahagia



Hari berganti, namun Rinjani belum juga menemukan apa yang ia cari.

Lagu yang sedang didengarkannya kini terasa kian mengaduk-aduk perasaannya. Seolah lirik itu memang diciptakan khusus untuknya.

Rinjani lantas beranjak dari posisinya yang tengah memandangi langit pagi lewat jendela, lalu mematikan suara merdu seorang penyanyi muda yang mengalun dari gawainya.

Resah ... rasa itu yang tengah memeluk hatinya erat-erat. Rinjani kemudian duduk di kursi kebesarannya, mengambil sebuah kotak beludru berwarna merah dari dalam tas tangan berharga ratusan juta. Dibukanya kotak itu perlahan sebelum ia menatap isinya nanar.

Rinjani masih intens berkomunikasi dengan sang suami, sesuatu yang semestinya dihindari. Wira selalu mengiriminya pesan setiap saat. Pesan-pesan yang sebenarnya berisi hal remeh tapi ternyata mampu menumbuhkan bunga-bunga di hatinya. Laki-laki itu juga akan melakukan panggilan video setiap pagi setelah ia menunaikan kewajiban sebagai umat Tuhan, juga sebelum Rinjani terlelap di malam hari.

Danu pun rutin mengiriminya informasi tentang apa saja yang bosnya itu lakukan setiap hari, kadang disertai dengan foto atau video yang Danu abadikan secara diam-diam. Pemuda yang masih menjomlo di usianya yang ke dua puluh dua tahun itu juga menuruti perintah Rinjani untuk menjaga asupan makanan yang dikonsumsi Wira. Danu tak lupa menyiapkan multivitamin dan buah-buahan agar Wira yang sedang bekerja gila-gilaan demi memulihkan perusahaannya tidak tumbang. Rinjani sering merasa kalau Danu lebih pantas disebut sebagai madunya.

Pagi tadi, si madu laki-laki itu memberikan informasi yang membuat Rinjani lumayan kesal. Danu memberitahu bahwa ada seorang sekretaris dari pemilik perusahaan yang kebetulan sedang menjalin kerjasama dengan perusahaan Wira yang meminta nomor ponsel pribadi Wira karena pemilik perusahaan yang bernama Miranda ingin mengenal Wira lebih dekat. Dan yang membuat Rinjani lebih meradang lagi adalah pernyataan sekretaris itu yang mengatakan bahwa Wira adalah seorang duda.

Duda? Lalu ia dianggap apa?

Ingin Rinjani teriakkan di depan sekretaris perusahaan tersebut bahwa ia dan Wira belum resmi bercerai.

Rinjani mengurut pelipisnya pelan. Entah kenapa ada rasa bernama takut kehilangan yang tiba-tiba menyerangnya.

Setelah bercerai, bukankah Wira juga bebas menentukkan hidupnya sendiri?

Bagaimana jika laki-laki itu mengingkari janji untuk menunggunya kembali?

Bagaimana jika laki-laki itu menemukan perempuan lain yang bersedia selalu menemani?

Benarkah Rinjani akan baik-baik saja jika saat itu tiba?

Entahlah ....

Mengurut pelipisnya lebih keras, Rinjani berada dalam satu titik di mana ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Terikat Dusta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang