hadiah

3K 251 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















Satu malam sebelumnya Phuwin sudah sibuk mengurus barang bawaan untuk besok paginya mereka akan pergi ke pantai, Pond bilang sih untuk merayakan hari ulang tahunnya.

Tentu saja Phuwin senang, kapan terakhir kali ia pergi ke pantai, rasanya sudah lama sekali, mungkin dulu saat Yupi masih mungil dalam perutnya, sekarang bayinya sudah bisa menangis keras dan merayu semua orang dengan tawa nya yang lucu.

"Mas kamu serius kita ga bawa suster?" Phuwin melipat baju milik Yupi untuk di masukan kedalam koper, matanya melirik suaminya yang asik mengobrol dengan putrinya di sofa.

Phuwin agak sebal jika harus membayangkan bagaimana repot nya nanti membawa bayinya tanpa suster, bukannya manja, hanya saja ia masih belum bisa mengendalikan dirinya sendiri saat putrinya itu menangis keras, perasaannya bergejolak sampai tangannya tremor.

"Mas, dengerin ga sih?" Phuwin berdecak sebal.

Pond masih saja sibuk tersenyum menggoda perempuan lain, iya yang di maksud adalah putrinya sendiri, tapi Phuwin tetap sebal merasa di abaikan. "Denger sayang," sahutnya menoleh melihat bagaimana raut Phuwin yang sudah tidak bersahabat, memicing sinis seperti kucing yang siap mencakar wajahnya.

Pond terkekeh, mencolek pipi putrinya," liat tuh mami marah marah, "

"Mass, ih aku serius,"  tolong perhatikan bayi yang ini juga, Phuwin merengek, meminta perhatian. Ia menggulung asal selimut tipis milik Yupi, kemudian di masukan begitu saja kedalam koper, ia hanya ingin segera selesai untuk mengambil alih suaminya dari si kecil itu.

"Eum, princess Daddy besok mau main di pantai ya? Eum eumm nanti kita lihat mami naik banana boat," Lima jari kecil Yupi hanya mampu menggenggam satu telunjuk Pond, betapa kecilnya membuat Pond gemas sendiri ingin mengigit jemari gemuk itu, matanya yang jernih menatap matanya dengan berbinar, bibirnya terbuka berusaha mengoceh dengan lucu, Pond merasa mungkin ia telah jatuh cinta pada manusia selain istrinya.

Perasaannya mengalir dari hulu ke hilir, seperti air murni dari pegunungan.

Phuwin dongkol, baru saja ia akan kembali melakukan protes, Pond menoleh lagi melambaikan tangannya meminta dirinya bergabung duduk di sofa. Senyumnya merekah, tanpa berpikir ulang, Phuwin melompati koper meninggalkan barang barang yang belum selesai di packing untuk duduk menyandar di sisi suaminya.

Yupi dalam dekapan hangat ayahnya menggeliat, menatap Phuwin kemudian tersenyum, lihat saja bagaimana jari jari mungil itu berusaha menggapai wajah ibunya.

"Yupi, jangan banyak menangis ya, mami minta kerja samanya," Phuwin mendekat membiarkan hidungnya menjadi sasaran jari jari mungil itu. Membayangkan bagaimana dulu mahluk itu berada dalam perutnya, bentuk dari segala perjuangannya perasaan Phuwin bergetar halus, seolah segalanya telah terbayarkan lunas.

komplek perumahan Joylada [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang