true

2.9K 193 22
                                    

Satu jam setelah pertengkaran itu hening, Pawat duduk di sisi putranya dengan sengaja menyenggol kakinya, jahil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu jam setelah pertengkaran itu hening, Pawat duduk di sisi putranya dengan sengaja menyenggol kakinya, jahil.

"Dad, " Nuyi mengerang kesal, ia mengambil ponselnya yang merosot jatuh dari pahanya.

Ayah besarnya itu hanya tersenyum tanpa dosa sambil menepuk kepalanya.

"Nuyi percaya daddy ga? "

Nuyi mengerutkan alisnya, masih dengan ekspresi cuek ia menguyah apel, pandangannya di alihkan menatap ayahnya yang terlihat luar biasa menyebalkan.

"Daddy kenapa sih? "

Pawat merangkul putranya, entah bagaimana perasaannya jadi lebih sensitif. "Daddy sayang banget sama mommy, Nuyi percaya kan? "

Nuyi mendengus, "daddy pamer! "

Tapi ayahnya itu malah tersenyum puas mengusak rambu anak itu sampai Nuyi merengek kesal.

"Lil, inget ya, kita berantem bukan karena kita ga saling cinta, kita cuma gagal ngendaliin emosi kita. " Meskipun Pawat tidak tau putranya yang masih kecil ini akan mengerti maksud ucapannya ia harap anak itu dapat mengingatnya selamanya. "Dad selalu cinta mommy mu, sama kamu juga. Kamu ga perlu ngerasa sedih atau ga nyaman, keluarga kita tetep utuh sampe mati."

Bukannya Pawat tidak tau efek buruk dari setiap pertengkarannya dengan Nanon. Putranya mungkin merasa sedih, keluarga mereka bukan yang selalu harmonis seperti milik teman temannya. Maka dari itu ia memutuskan tindakan cepat, sebelum anak itu berspekulasi sendiri.

Nuyi diam. Ia hanya diam saja mencerna semuanya dalam otak kecilnya. Ia tau ayahnya adalah orang yang paling bisa di andalkan, maka ia akan percaya.

"Gih temenin mami nya, kasian nangis terus, "

Pawat memaksa anak itu bangun untuk membujuk istrinya yang masih menangis di kamarnya. Bukannya ia tidak punya nyali, hanya saja Nanon akan meledak jika masih belum sepenuhnya sembuh dari spekulasinya sendiri.

"Makannya jangan bikin mami nangis terus! "

"Mami mu tuh nakal tapi cengeng, kaya kamu, "

Nuyi menjulurkan lidahnya sebelum pergi, tidak lupa melemparkan bantal ke wajah ayahnya. "Nyuruh mulu, Minimal beliin semangka sekebun! "

Pawat hanya terkekeh, anaknya mau jadi petani semangka atau bagaimana.


























Nanon berpikir, tapi semakin di pikir semakin pusing kepalanya, semakin sakit hatinya. Jadi ia berusaha berhenti. Mengusap air matanya untuk melihat jam di ponsel.

Sebentar lagi jam makan malam, putranya pasti sudah lapar, Nanon tidak bisa tidak memikirkan bagaimana putranya makan, meskipun di luar ada ayahnya, mereka tidak mungkin mati kelaparan, tetap saja ia membuka pintu kamar untuk pergi ke dapur.

komplek perumahan Joylada [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang