2

2.5K 208 21
                                    

Pawat menunggu di sofa di depan tv, sambil menenangkan dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pawat menunggu di sofa di depan tv, sambil menenangkan dirinya sendiri. Di dalam hatinya bergemuruh, kecewa kesal marah juga menjadi satu, tapi ia tidak bisa memaksakan kehendaknya, Nanon jelas punya hak terhadap tubuhnya sendiri.

Ia menyandarkan punggungnya, berpikir dengan hati hati. jika ingin di selesaikan, lebih cepat lebih baik, sebelum ia semuanya terlanjur rumit. Pawat akan mengikhlaskannya jika Nanon tidak menginginkannya.

Tanpa terasa satu jam berlalu, tapi Nanon tidak kunjung keluar dari kamarnya, mungkin masih menangis? Mungkin masih bingung? Pawat mengerti tapi keputusan cepat harus segera di ambil sebelum penyesalan akan semakin besar nantinya.

Ia masuk ke kamarnya, melihat Nanon yang ternyata malah menggulung dirinya sendiri di dalam selimut.

Ia mendekat perlahan, berusaha untuk tidak mengganggunya, hanya untuk memastikan istrinya ini sudah tidur atau belum.

Ternyata belum.

Nanon menoleh ke arah suaminya mengangkat tangannya meminta pelukan hangat.

Mau tidak mau pawat luluh juga, ia memeluk istrinya, mengusap air matanya, "kenapa belum siap siap? Aku nungguin loh," suaranya pelan berbisik di telinga Nanon tapi rasanya begitu mengiris hati

Nanon menggelengkan kepalanya, "aku enggak tega," katanya di sela isak tangisnya.

Pawat tau, Nanon tidak akan tega, ia pun sama tidak relanya.

"Kamu harus ambil keputusan cepet sayang, kalo dedenya tumbuh di dalem makin lama, penyesalan kamu makin besar nantinya." Pawat berusaha membuatnya mengerti situasi mereka. "Tapi kalo kamu masih mau besarin sama sama, mungkin ga ada lagi kesempatan buat kamu kerja kayak dulu, aku enggak mungkin izinin,"

Nanon menangis lebih hebat, rasanya seperti di terpa gulungan ombak tanpa henti.

"Udah dong nangisnya, nanti kepala kamu pusing, gapapa apapun keputusan kamu aku setuju sayang, aku ga akan marah, jangan bingung aku sama kamu," Pawat cemberut meraih wajah Nanon mengusap air matanya yang masih deras.

"Paw.." Nanon berusaha merangkai kata katanya, tapi tenggorokannya terasa tercekat, membuatnya ingin terus menangis "aku enggak bisa, aku enggak tega,"

"Gimana caranya aku milih karir atau keluarga, sementara posisi aku seorang istri. Aku nyerah, aku ga mau aborsi."

Pawat merasa lega luar biasa, bersyukur hati dapat Nanon luluh.

Menjelang siang itu mereka tetap pergi ke dokter untuk memeriksakan janinnya, dokter bilang usianya masih sangat muda, baru dua Minggu. Benar benar cepat Nanon menyadari perubahan pada dirinya sendiri, sampai memutuskan untuk mencoba testpack.






















Nanon langsung duduk bersandar di sofa, mereka baru saja sampai. Nuyi yang sudah menunggu mereka segera menghampiri ibunya memeluknya erat-erat. Sementara Pawat membawa paper bag kecil berisi vitamin dan penguat kandungan resep dokter.

komplek perumahan Joylada [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang