monster

1.6K 164 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Ford memutuskan untuk keluar dari rumah mereka. Masalah itu tidak lagi di bahas, namun justru itu membuatnya merasa tertekan kala melihat suaminya, gelisah mencari cara agar bisa menemui wanita itu. Namtan pergi setelah pertengkaran mereka.

Hujan turun, hanya rintik kecil tapi cukup deras untuk bisa memasahi seluruh ruas jalan. Ford merenungi keputusannya sendiri, menatap keluar dari balik jendela taksi yang kini melaju perlahan, ia mengusap air matanya seolah itu bisa menghentikan hujan di luar sana.





Ford hanya butuh dua kali menekan bel sampai pintu gerbang itu terbuka.

Ia telah menyiapkan senyum paling manis untuk orang yang berdiri di hadapannya, meskipun hanya di balas tatapan bingung.

"Kaka, " Ford menghambur ke pelukan lelaki yang lebih tinggi darinya itu, rasanya ingin langsung menangis sambil mengadu atas kelakuan suaminya, tapi Ford juga tau masalah ini bukan sekedar, seorang anak kecil yang mencuri mainannya.


"Kamu ngapain kesini malem malem? Mana Mark?"

Ford tidak ingin menjawab, ia tetap memeluk kakanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Karena adiknya tidak menjawab apapun, Arm memutuskan untuk membawanya masuk, berdiri di sana cukup lama membuat baju mereka basah juga, meskipun hujannya kecil.








Ford duduk di ruang tv dengan tubuh di bungkus selimut bulu milik kakanya, tangannya menggengam secangkir coklat panas. Tidak ada cahaya lain di ruangan itu selain dari tv yang menyala menayangkan film cina kolosal Pavorit kakaknya, entah berjudul apa.

"Berantem sama suamimu? "

Ford pura pura tuli mendengar pertanyaan kakanya. Matanya fokus menatap layar tv meskipun ia sama sekali tidak mengerti jalan ceritanya, setidaknya ia berusaha menghindari percakapan ini.

Arm, yang melihat respon adiknya menghela nafas, mengambil sepotong pizza dengan santai. "Dulu kaka setuju kamu nikahin laki laki itu supaya kamu selalu senyum. Orang humoris itu, kaka kira bisa bikin kamu selalu bahagia ternyata enggak juga, ya? "

Ford tertegun, air matanya kembali meleleh, mengingat semua perlakuan manis suaminya sebelum semua kekacauan ini terjadi.

Kenapa tidak ada yang memberitahunya jika akan jauh lebih menyakitkan jika bersama orang humoris. Terutama tentang kenangan mereka.

Arm mengusap kepala adik satu satunya itu, perasaannya turut sedih menyaksikan kesedihan adiknya yang tidak bisa ia ceritakan, di sepanjang hidupnya yang ia lakukan hanya berusaha menjaganya, dan memastikannya selalu merasa bahagia. Setelah kepergian kedua orang tuanya, Ford hanya punya dirinya sebagai tumpuan tempat bersandar, melihatnya kini menangis tanpa mengatakan sepatah kata pun, membuat perasaannya di gulung kecewa.

komplek perumahan Joylada [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang