bitter

1.3K 135 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Khao menelan pahit kala Dokter menjelaskan bahwa ia tidak bisa memiliki keturunan.

Mereka, pihak rumah sakit itu bilang rahimnya terlalu lemah untuk membawa janin sampai sembilan bulan.

Mata kucing itu meredup, tatapannya berkaca kaca meninggalkan ruang praktek dokter yang menurutnya sama mengerikannya dengan neraka.


Khao tau semua kesalahannya di masa lalu tidak mudah untuk di maafkan, tapi bukankah menghukumnya dengan cara begitu adalah kejam? Kenapa tuhan menjadi sangat jahat saat ia telah berusaha berada di jalan yang benar?

Khao kecewa pada tuhan, pada dirinya sendiri, tapi yang paling ia takutkan adalah perasaan kecewa suaminya, akankah ia tinggal atau meninggalkannya?

Khao duduk terdiam di teras rumahnya, menonton anak anak berlarian sambil menyeret mobil truk yang di ikat dengan tali plastik, jangan lupakan triakan mereka yang berbicara seolah seluruh jalanan adalah dunianya.

Bibirnya tersenyum, tapi kemudian air matanya mengalir membasahi pipinya, ia tidak bisa menahan kesedihan itu sendirian, sekeras apapun ia berusaha.

Khao telah duduk disana hampir tiga jam, ia tidak ingin masuk kedalam rumah yang sepi itu, membayangkan ia akan merasakan itu sepanjang hidupnya membuat hatinya sesak seperti tertimpa batu seribu ton.

"Babe, "

Khao menoleh, kemudian tersenyum saat melihat suaminya sudah duduk di sampingnya dengan mata berbinar, senyum manisnya, Khao mengusap pipinya lembut, hanya itu upaya terbaik yang bisa ia lakukan untuk menyambutnya.

"Gimana hasilnya? " Tangan besarnya meraih tangan Khao yang masih mengusap pipinya, sementara Khao sendiri bergemuruh dalam hatinya," Aku ga bisa nemenin kamu maaf ya, harusnya tadi aku bisa izin tapi di kantor lagi ada masalah, hectic banget. "

Khao Menangngguk, lebih baik ia tidak tau sebenarnya.

Mata mereka menatap satu sama lain, cukup lama, di dalam kepala Khao memilah kata, apa yang harus ia sampaikan.

Khao di gulung ombak, ia menangis lebih hebat dari biasanya. Demi tuhan ia telah berusaha menahanya tapi kemudian perasaan sesak itu terlalu kuat. 

First mendekapnya, firasatnya mengatakan hal buruk telah terjadi, jadi dalam upaya menenangkan ia sendiri menyiapkan diri untuk menerima situasi terburuk.

"what's wrong honey? " Ia mengusap punggungnya, sementara Khao masih bergetar dalam tangisannya.

"Mau masuk ke dalem dulu nggak? Nanti kita ngobrol di dalem? "

Khao masih diam memeluknya erat. Ia bahkan tidak tau bagaimana memberi tahu jawaban dari pertanyaan suaminya itu, bahkan jika ia di beri waktu seribu tahun, ia tidak tetap ingin di tinggalkan.



komplek perumahan Joylada [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang