Rumah, Phuwin dan Pond sudah kembali ke rumah, bukan salah satu kamar sederhana di resort milik Gulf Kanawut tapi benar-benar rumah yang sudah mereka tinggalkan hampir dua bulan ini, rumah besar keluarga Pirapat.
Semua kembali seperti semula, mereka sudah kembali ke sekolah beberapa hari yang lalu melakukan aktifitas yang biasa mereka lakukan sebelum mereka pergi dari rumah.
Pond kembali kaku dan lebih pendiam. Phuwin tidak tau dimana masalahnya, tapi Pond tidak mengatakan apa pun. Hanya terus diam dan membuatnya frustasi.
"Berhenti, tetap disini." perintah Phuwin saat Pond akan keluar dari kamarnya.
"Apa anda butuh sesuatu tuan muda" Pond bertanya sambil menunduk tidak menatap mata Phuwin. Itu kebiasaanya lamanya. Phuwin memeluk Pond dan Pond terkejut.
"Tidak bisakah kau tidur bersamaku, aku sulit tidur sendirian" Phuwin membenamkan kepalanya di dada bidang Pond. Tempat yang dirindukannya. Sudah lumayan lama mereka tidak melakukan kontak fisik, Pond selalu menghindarinya.
"Saya akan menemani di sini sampai tuan tertidur" Pond melepaskan pelukan Phuwin dengan lembut.
"Sebenarnya ada apa denganmu Pond? Kenapa kau berubah, kau jarang bicara, kau memanggilku tuan muda lagi, kau tidak mau tidur atau makan denganku. Hanya berdiri seperti patung." Phuwin mengomel emosinya meluap dia tidak mau Pondnya seperti ini dia ingin Pond kekasihnya kembali.
"Tidak ada apa-apa tuan, silahkan anda istrahat, ini sudah sangat larut"Pond menuntun Phuwin ketempat tidurnya, dengan cemeberut Phuwin mengikuti perintah Pond, merebahkan diri di kasur. Pond menyelimuti Phuwin, cuaca akhir-akhir ini lumayan dingin, takut Phuwin kedinginan.
"Apa aku berbuat salah padamu Pond?" Phuwin memegang tangan Pond yang hendak menjauh darinya.
"Tidak, sayalah yang sudah berbuat salah hingga anda terluka" Pond melepaskan tangan Phuwin, dan pergi menjauhi tempat tidur, duduk disebuah sofa sambil memainkan ponsennya. Atau bisa dibilang pura-pura memainkan ponselnya.
Phuwin berbalik tidur memunggungi Pond, Perkataan Pond membuat perasaanya sangat tidak nyaman, membuatnya berpikir apa semua yang sudah mereka lewati itu adalah kesalahan.
Pond selalu bersikap seperti ini akhir-akhir ini, walau selalu disampingnya tapi rasanya mereka begitu jauh. Apakah orang tuanya yang memerintahkan Pond untuk menjauhinya? Phuwin tidak akan memaafkan hal itu bila benar-benar terjadi.
.
.
"Ini" Dunk menyerahkan setumpuk kertas ke depan Pond. Itu adalah copyan catatannya selama Pond tidak masuk sekolah.
"Triamaksih Dunk." Pond menerima kertas-kertas itu dengan tangan kirinya, sambil tersenyum ramah.
"Tidak perlu seperti itu. Kita kan teman, teman saling membantu saat kesusahan ya kan. Jangan khawatir aku akan selalu mengcopykannya untukmu, dan membantumu di sekolah sampai semua membaik." Dunk menepuk-nepuk pundak Pond.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phuwin's Birthday Present
Fanfiction"Phu.. Phu ingin hadiah ulang tahun apa?' tanya Papa Mix lembut. Anak laki-laki imut yang dipangil Phu itu menunjuk anak laki-laki lain yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai dengan ekspresi kawatir. . . "Saya adalah milik anda, tuan muda Phuwi...