43. Questioning

3.7K 640 295
                                    

long time no see fellas, aku mau update banyak chapter xixi tolong diramein ya all muahhh

Happy Reading

. . .

Bab 43

Questioning

"So the whole story is about Giory drives his ex home and you're being jealous about it?" Tepat sekali, percakapan sudah berlangsung selama 20 menit sampai Arghie sampai di kesimpulan. Perjalanan dari Pelita Dharma untuk sampai ke kediaman Sadana, Dara gunakan untuk bercerita. Kakinya melangkah mengikuti Arghie masuk ke dalam rumah. "Emang lo sama Giory udah in relationships?" tanya kakak sepupunya enteng.

Pertanyaan itu menohoknya.

Benaknya mulai memunculkan pertanyaan menyebalkan tentang siapa Dara sampai ia punya hak untuk merasa cemburu, "Giory pacar lo?" ulang Arghie belum mendapat jawaban.

"Bukan," balasnya lesu.

"Ya, gimana?" Dara mendengus sebal saat tawa Arghie menggema. Langkah Arghie terhenti di depan anak tangga yang mengarah menuju lantai dua. "Lo ga punya hak buat cemburu, Dar. Meski Giory balik lagi sama mantan pacarnya, lo ga punya hak-"

"Enough, that's hurt!" Hardik Dara kencang, ia melangkah mendahului Arghie menaiki anak tangga. Bisakah Arghie menunjukan empatinya sedikit untuk memvalidasi perasaan Dara yang sedang bersedih?

"I'm being rational." Arghie menyahut dari belakang, "Kalau lo bilang ke Giory lo cemburu, kemungkinan besar Giory bakal risih. Cowok ga suka dikekang, apalagi lo ga punya status."

"I don't need your advice," ketus Dara bercampur amarah. Air matanya kembali mengenang di pelupuk bersiap untuk turun dalam hitungan detik.

"Sometimes you need to think with your brain," balas Arghie sambil menghela. "Gue cuman bisa bilang, jangan terlalu berharap sama Giory kalau dia mainin perasaan lo kaya gitu," intonasi Arghie semakin kencang saat Dara semakin jauh dari pandangannya.

Tungkainya terus melangkah dan tangannya segera menggapai pintu kamar tamu yang selalu ia tempati lalu menguncinya dengan gerakan cepat. Seketika tangisannya langsung meledak, tangannya mengusap air matanya kasar, "Stupid." Hardiknya memaki dirinya sendiri.

Arghie sepenuhnya benar, Dara tidak punya hak untuk merasa cemburu. Dara tidak punya hak untuk menghentikan Sharlene mendapatkan perlakuan manis dari Giory dan Dara seharusnya tidak merasa sedih jika kedekatannya bersama Giory terancam akibat kehadiran Sharlene. Ponselnya yang berada di dalam genggaman bergetar menandakan pesan masuk.

Kak Giory
haloo dara atmadja udah sampe rumah belumm?

Jemarinya naik mengacak surai hitamnya yang berantakan. Tangannya bergerak melempar ponselnya ke kasur secara asal. Kini Dara merasa seperti gadis bodoh yang sedang dipermainkan perasaannya. He must be texting me after he drove Sharlene safely to her house by now.

Dara kembali menangis akibat asumsinya sendiri. Sharlene mungkin mengenal Giory lebih lama dibanding dirinya, tapi Sharlene tidak tahu percakapannya bersama Giory di Lapangan Macan, pertemuan mereka di Akademi Tante Arum, makan malam bersama keluarga Barlianta di Jalan Dhamansara, coretan Giory di majalah gadis yang belum Dara ketahui artinya, percakapan mereka di ruang tamu Sadana, dan foto Dara yang tersimpan dalam galeri ponsel Giory.

Dan tangisan Dara semakin kencang karena semuanya terasa tidak benar. Dalam tangisnya, ia merasa malu untuk mengakui bahwa melihat Giory pergi bersama Sharlene merupakan sebuah perasaan sedih yang tidak bisa ia kendalikan dampaknya.

Walk to 17th [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang