39. H-1 Before the Storm: Being a Leader (Giory is not the only speaker)

5.6K 606 112
                                    

chapter ini fluffy soalnya chapter kemarin sedih 🥲

enjoy!

. . .

Bab 39

H-1 Before the Storm: Being a Leader (Giory is not the only speaker)

"Let's try our best for tomorrow."

Kalimat itu menutup jalannya sesi latihan sore ini. Mereka sudah mengusahakan yang terbaik; berlatih setiap hari sekaligus mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan kecil yang mereka buat, sisanya tinggal satu, berdoa.

Atmosfer yang hadir di ruang ganti pemain yang biasanya dingin dan individualis mulai berubah menjadi harmonis dan optimis. Dari semua orang yang ada disini yang banyak mengucap kata semangat hanya lah Darrin, sementara sisanya mengekspresikan lewat gestur.

Giory menepuk pundak Darrin sambil berbisik di telinganya, "Corkcicle lo jangan ditinggalin lagi. Terakhir kali botol minum lo ketinggalan, rahasia gue keungkap satu," sindirannya malah ditertawakan.

"Bukan gue yang nyebarin lo sama Sharlene mantan, si Axel noh." Giory mendengus, sudah basi.

"Cap, besok tanding pake jersey apa?" tanya Taka. Jersey setiap tim umumnya memiliki dua versi warna pilihan klub dan warna putih guna menghindari ketika bermain dengan tim yang memiliki warna jersey yang senada.

"Biru atau lo bawa dulu aja dua - duanya, biar ga salah." balas Giory disertai nasihat yang diangguki Taka.

Ia kembali memasukan barang - barangnya ke dalam tas. Setelahnya mereka semua membubarkan diri. Giory membuka kunci ponselnya menemukan sopirnya masih dalam perjalanan. Hari ini Bunda bersikeras agar Giory pulang pergi diantar supir supaya tidak terlalu lelah menjelang pertandingan besok.

"Cap," Axel menyahut dari belakangnya, "Gue mau minta saran."

"Gimana?" tanya Giory memfokuskan atensinya pada Axel. Langkahnya memelan mendengar Axel berbicara.

"Ini gue minta saran ke lo karena gue liat lo yang paling cepet buat keputusan di keadaan genting makanya gue percaya-" Giory menyeringai, dasar gengsi. "Lo yang paling bisa ngasih saran-"

"Iya, buruan. Apa?" tanya Giory terhibur.

Axel mendengus, "Kasih gue tips supaya lo bisa nentuin harus passing kemana ketika lo terdesak."

"Kalau gue selalu pake aturan tiga pilihan," balasnya. "Sebelum nentuin passing kemana, gue selalu liat tiga orang di deket gue yang punya kemungkinan besar bisa gue passing. Gue selalu punya tiga pilihan yang nantinya gue urutin yang tingkat keberhasilannya paling tinggi. Makanya gue selalu bilang ke lo sama Marco buat liat ke belakang karena gue sama Taka ada di belakang lo. Lo bisa jadiin gue, Darrin, atau Taka opsi kalau lo terdesak, kalau lo ragu buat tendang ke gawang, lo bisa oper dulu kita. Yang penting rantai kerjasama kita ga putus." Giory menoleh ke samping dan air muka lelaki itu masih dipenuhi gelisah. "Lo emang striker utamanya, Xel." Giory tengah menerka kemana jalan pikiran Axel bertandang, "Lo orang yang kita percaya buat nyetak gol, tapi gue harap lo ga liat itu sebagai beban, you need to know that we will help you."

"Dibandingin lo yang harus ngatur serangan tim sambil jaga pertahanan, Darrin yang selalu gesit nyari celah supaya rantai kerjasama kita terus nyambung, Taka yang jaga pertahanan dari lawan, Marco yang selalu bisa manfaatin peluang, Gerry, Anton, Jesse, Pam- Everyone did their best in their position. Tugas kalian banyak, sementara tugas gue cuman satu, nyetak gol. Tapi gue yang paling ga capable di tim kita karena kadang gue ga bisa nyetak gol sama sekali. Gue khawatir kalau gue ga bisa kuasai pertandingan besok."

Walk to 17th [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang