hai hehe, soon nya agak lama maaf ya wkwkw
Happy Reading
. . .
Bab 44
Visiting Deneisha
Ada tiga bilah notifikasi yang masuk ke ponselnya saat Dara membuka mata, isinya siapa lagi kalau bukan berasal dari Papa, Grup Sarah dan Cherin, tapi yang terakhir membuatnya sampai mengernyit bingung.
Museum Deneisha
Selamat Pagi, Dara.
Saya Bagas dari Talent Acquisition Museum. Saya ingin mengundang Dara ke Museum untuk membicarakan penampilan Dara di Hari Museum Sedunia atas permintaan Ibu Irene di bulan depan. Museum kami buka setiap hari Selasa sampai Minggu, tolong kabari kami Dara bisa berkunjung di hari apa agar bisa kami atur dengan jadwal Ibu Irene 😊Waktu masih menunjukan pukul 10 pagi di hari Sabtu saat Dara duduk di atas kasur kamar tamu Sadana. Dara sampai lupa jika ia sudah menyetujui permintaan Irene Deneisha untuk tampil di Hari Museum Sedunia. Dan Dara belum membicarakan ini dengan Papa.
Jarinya bergerak dengan lincah menuju ruang chatnya bersama Papa, Dara menekan tombol panggilan setelah membaca pesan Papa yang mengatakan akan pulang ke Jakarta siang ini. Dara segera menyapa saat panggilan tersambung di dering ketiga.
"Papa?"
"Halo, Darla. Baru bangun ya?"
"Iya, Papa flight jam berapa?"
"Sebentar lagi, nanti Papa sampai di rumah jam 1 siang waktu Jakarta. Darla mau lunch bareng? Nanti Papa reservasi restorannya, kamu mau makan apa?"
Dara sedang banyak bersedih sejak kemarin, itu tandanya ia harus segera mengunjungi tempat makan favoritnya, "Dara pengen ajak Papa ke Bakmi Anatomi favorit Dara ituuu, Papa mau ga?"
"Boleh," senyumnya menggembang saat Papa membalas tanpa jeda. "Nanti Papa sekalian jemput Darla di rumah Mbak."
"Papa kalau jemputnya di Museum Deneisha aja boleh engga?" tanya Dara pelan - pelan sebelum masuk ke tujuan utamanya.
"Museum Denesiha? Darla lagi main sama temen - temen disana?"
"Bukan, sebenernya Dara diundang buat tampil di sana bulan depan terus Dara juga terlanjur bilang setuju sama pihak Museum. Dara boleh ga ya tampil disana?"
Ada jeda selama 4 detik sebelum Papa kembali bersuara, "Papa kasih izin, selama Darla bisa berkomitmen buat ga ninggalin jadwal belajar dan pertahanin nilainya kaya kemarin, setuju?"
"Setuju," balas Dara senang. Pasalnya ini akan menjadi pengalaman berharga untuk tampil di hari Museum Sedunia sekaligus membuat kakak kelasnya, Sharlene Deneisha yang menyebalkan itu kebakaran.
"Alright, kasih dokumen kontraknya ke Papa nanti, biar Papa baca terlebih dulu."
"Oke, Papa." Setidaknya senyumnya kembali terbit di Sabtu pagi yang cerah ini. "Guess I'll see you at lunch at my favorite Bakmi Anatomi?"
Dara bisa mendengar tawa Papa diujung telepon, "Yes, see you at lunch, Darla." Setelah Papa menutup panggilan telepon, jemari Dara kembali bergerak menuju ruang chatnya bersama Museum Deneisha.
Museum Deneisha
Pagi, Kak Bagas! Kalau bertemu hari ini boleh ga Kak? Kebetulan aku lagi free hehe.. . .
Dara akui, Museum Seni Deneisha terlihat menawan seperti klaim dari banyak orang yang sudah berkunjung. Museum yang berisi koleksi dari para pelukis bangsa memancarkan kesan megah saat kaki Dara menapak undakan tangga terakhir. Langkahnya semakin dalam memasuki pintu utama, seingat Dara, lukisan paling terkenal yang dimiliki Museum Deneisha berasal dari karya Raden Saleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk to 17th [TERBIT]
Teen FictionNamanya Dara Atmadja, murid baru yang menjadi topik obrolan teratas setelah wajahnya menghiasi sampul majalah. Pemenang kompetisi piano internasional yang tampak sempurna itu citranya runtuh di depan Giory Nalendra, kapten sepak bola kesayangan warg...