42. Self Acceptance

6.3K 716 297
                                    

segini dulu ya alll 😗

. . .

BAB 42

Self Acceptance

Langit jingga semakin temaram, masa keemasannya telah habis dibuai waktu. Kemenangan tim Dharma membawa senyum bagi seluruh penonton yang menyaksikan sejak babak pertama.

Langkah Dara menuntunnya menuju Giory yang sedang bercengkrama bersama teman kecilnya, Leon dan Marco. Dara berdiri kikuk dari jarak delapan meter dari mereka, niatnya ingin mengucap selamat tapi Dara sungkan menyela obrolan yang sedang berlangsung.

"It's good to see you again, bro. Send my greeting to Tante Arum, gue kangen bener sama pudding buatan nyokap lo." Alis Dara naik, ternyata interaksi mereka lebih hangat dibanding yang Dara kira. "Gue nitip salam juga buat anjing lo, Co. Si Jennifer."

"Thanks, Yon. Nanti gue kirim ke rumah lo kalau Bunda bikin pudding lagi."

"Jennifer dibawa abang gue ke Surabaya. Kucing lo, David. Masih hidup?" tanya Marco.

"Hidup mah masih, cuman udah loyo aja. Maen lah ke rumah gue, bro. Sombong bener lo pada."

"Males," Giory mendengus, "Terakhir kali gue nyamper ke rumah lo, kata satpam lo lagi di Barcelona."

"Iya banget anjir." Marco menyetujui point yang Giory paparkan, "Gue kira lo udah pindah rumah."

"Mau ada yang mau kenalan sama gue ternyata? Sini - sini." eh? Dara mengerjap kaget saat Leon melihat figurnya di dekat mereka. Tengil sekali teman kecil Giory ini. Kepalanya merespon dengan gelengan pelan.

"Gi," Marco terkekeh sambil mendorong Giory yang langsung berjalan mendekatinya.

"Oh, ceweknya Giory ya?" tanya Leon pada Marco. Dara tidak sempat melihat responnya karena Giory lebih dulu bersuara.

"I passed my Thursday too." Dara terkekeh senang. Raut wajah Giory yang tegang, bingung, tanpa semangat, dan cemas saat laga berlangsung kini sudah berubah lebih bersinar dibanding sebelumnya.

"Congratulations," Dara menjulurkan tangannya untuk menjabat sang juara. "Lo baru menangin JSC, gue turut bangga sama pencapaian lo ini. Lo keren banget tadiii-" tawa Giory melesak, "Gue ngomongnya seriusss iniii!"

"Oh lagi serius," Giory meredakan tawanya.

"Serius," peringat Dara malu telah ditertawakan.

"Iya, serius." Tawanya sudah reda, meski senyumnya masih tampak menyebalkan.

Dara mendengus, "Lo bisa buktiin ke Leon kalau permainan lo juga berkembang, gue bangga ya waktu liat lo ngecoh dia di menit terakhir." Giory mengangguk - angguk. "Thank you for the good work. Keep up your spirit for the next competition and your future endeavors ya. Semoga Kak Giory yang keren ini sehat, sukses, dan bahagia terus."

"Aamiin," Giory membalasnya tanpa jeda, "Gue juga harus ngucap makasih buat anak didik gue," tawa Dara melesak kencang. Giory terdengar seperti akan membuka jasa bimbingan belajar dalam waktu dekat. "Sayang banget gue sama partner Lapangan Macan gue yang satu ini-" Dara hampir mencemooh tapi Giory tidak memberinya ruang, "Gue juga ngomongnya serius ini."

"Oh iya, serius." Dara menutup mulutnya.

"Thank you for the kind words and wishes. I'm looking forward to our agenda in Lapangan Macan." Dara setuju kalau perkara agenda Lapangan Macan mereka itu.

"Capt! Ayo diskusi mau makan makan dimana." Darrin berteriak dari tengah.

"Bentar," balas Giory lantang. "Pres!" Zaydan yang berada di belakang mereka lantas menoleh, "Fotoin gue sama Dara."

Walk to 17th [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang