53 - Heartbreak is the national anthem

3.1K 302 316
                                    

GUYSSS SOMETHING SPICY WILL COME!

AKU PUNYA SURPRISEE DI BAWAH!!!!

. . .

BAB 53

Heartbreak is the national anthem

"Ready for today's exam?"

Sejujurnya Dara menciut saat kakinya menginjakan lobby, konsistensi lututnya tiba - tiba menjadi selunak jelly, dan ucapannya yang penuh berani saat berkata pada Papa akan menaklukan hari ini terpaksa ia telan kembali. Pelita Dharma tidak pernah terasa semencekamkan ini.

Hampir seluruh murid wajahnya diliput oleh kernyitan, kantung matanya samar – samar terlihat menghitam, dan hidung mereka tidak pernah lepas dari lembaran kertas usang yang Dara yakini ingin mereka remat kuat – kuat.

"Jangan tegang gitu," kekehan itu keluar dari siapalagi kalau bukan Giory. Lelaki itu merupakan pengecualian dari golongan murid yang baru Dara kelompokan. "It will be passed away," balasnya santai sambil membuka sebuah kotak susu yang sepertinya dibawa dari rumah, si adek bungsu. "Tau – tau besok udah Jum'at lagi, udah selesai ulangannya, beres."

Dara mendengus, mudah sekali berkata seperti itu. Langkah mereka beriringan menerjang situasi carut marut sebelum bel masuk berbunyi. Kelas Dara sudah terlihat di depan mata dan ini artinya mereka harus mengucap selamat tinggal sampai jumpa di kantin nanti siang dan semoga soal - soal Bahasa Indonesia nanti bisa mereka kerjakan tanpa rasa kantuk.

"Pengen cepet - cepet acara Never Say No," ucap Dara penuh harap. Klub musik sudah mengumumkan acara yang paling ditunggu – tunggu semua orang akan dilaksanakan di hari Sabtu sore di Auditorium Pelita Dharma. Dara sih menganggap mereka agak gila dan keren ya? Dara saja merasa sangat amat kacau balau ketika menyiapkan acara Diversity Day ditambah berlatih piano bersama choir, apalagi mereka yang harus menyiapkan panggung dan ulangan akhir sekaligus, Dara rasa mereka keren dan pemberani.

"Darla, since they told everyone to dress as a song," langkahnya tiba di depan pintu kelas. Dara menatap Giory dengan alis yang bertaut, "do you have any idea?"

Secara instan Dara tertarik, "punya sih," balasnya cekikikan, "tapi kamu mau ga ya?"

"Mau," balas Giory tanpa mendengarnya terlebih dahulu, "apa aja boleh. The weirder the better."

Dara tertawa, sayangnya ide yang terlintas dibenaknya tidak akan menjadikan mereka terlihat aneh. Ini juga mungkin hari – hari terakhirnya disini, jadi Dara ingin membuat kenangan yang tidak akan membuat bulu kuduknya naik akibat merasa geli di masa yang akan datang. "Leave it to me," balasnya yakin. "Makasih buat pengalihan isunya, I'm so back to the earth right now."

"Emang pikiran kamu tadi dimana?" Giory menggeleng geli, mereka berbicara tepat di depan pintu kelasnya.

"Bakmi Anatomi with kuotie nya yang enak itu," balasnya asal. "See you at lunch, Kak Gio! I hope the exam treating you well."

"See you, Darla." Kepalanya terus di tepuk – tepuk berulang kali, "bonus agak banyak, soalnya kemarin ga sempet dipuk – puk."

. . .

"Good morning, class."

Tatapannya bergerak ke samping saat pengawas memasuki ruangan. Iris coklatnya membingkai Kim Cherin yang sedang berharap cemas. Gadis itu kesehariannya selalu digerakan oleh harapan bisa menjadi mahasiswa UC Berkeley di tahun 2025. Cherin punya tujuan yang besar dan Dara berharap semoga semesta dapat mengantarkannya kesana.

Walk to 17th [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang