yeayyy chapter 26!
selamat membaca
. . .
Bab 26
Homy (Defined)
"Kak Giory, do you mind if we go to a florist first?"
"Sure, buat apa?" Giory mengemudikan mobilnya yang bernama Harvey membelah jalanan ibukota.
"Mau beli bunga buat Tante Arum," lebih baik Dara membawa sesuatu daripada bertamu dengan tangan kosong, "Di lampu merah depan belok kiri yaa, ga jauh kokk."
Giory menuruti hingga mereka sampai di toko bunga yang punya banyak penggemar. Biasanya teman - teman Dara lebih suka dikirimkan rose atau tulip di hari perayaan ulang tahun. Dara belum tau apa yang Tante Arum suka, "Kak Giory, lo tau ga Tante Arum suka bunga apa?"
"Bunga bangkai."
Darah Dara mendidih ke atas kepala, ia mendelik ke arah kapten sepak bola Dharma yang sekarang tertawa tidak bersalah. Kurang dari satu jam ia akan bertemu Tante Arum, yang memberinya banyak dukungan dan cinta (makanan). Dara ingin membalas kebaikan Tante Arum.
"Gue tanya aja ya." Giory mengambil ponselnya dari saku, Dara bergerak cepat menahan lengannya.
"Tapi jangan bilang gue mau kasih."
"Loh kenapa?"
"Biar surprise."
Ada senyum geli yang tercetak di wajahnya, lelaki itu lantas menekan tombol panggilan, "Halo, Bunda." Giory menjauhkan diri setelah Tante Arum membalas.
Selagi Giory bertanya, tatapan Dara berpendar ke sekitar. Dara tidak pernah memberi bunga pada orang yang lebih tua sebelumnya, Dara jadi bingung.
"Dara, Bunda bilang suka scabiosa."
"Oh, kayaknya gue tau!" Ada sebuah ide yang terlintas di benaknya, terinspirasi dari bucket yang sahabatnya kirimkan ketika Dara menjuarai kompetisi. "Gue kombinasiin dikit gapapa kali ya?" Sebelum Giory menjawab, Dara sudah hilir mudik mengambil banyak jenis bunga yang Tante Arum suka dan menambahkan baby breath, caspea, sola, eucalyptus, phalaris, sampai ke mawar putih.
"Suka banget!" pekik Dara ketika staff selesai merangkaikan bunga pilihannya. Matanya berpendar menatap Giory yang ternyata sedang menatapnya juga, "Semoga Tante Arum juga suka."
"Bunda bakal suka," jawab Giory yakin. Senyum Dara kian lebar, setelah membayar pesanannya, Dara menahan lengan Giory yang hampir membuka pintu mobil.
"Can you wait a second? hehe."
"Kenapa?"
"Mau beli cheesecake, hehe. Lima menit aja kokk." Dara menunjuk patissier yang tidak kalah enak dari Chambelland di samping toko bunga.
"Dara," Giory menahan lengannya, "You don't have to, Bunda pasti seneng ketemu lo, meski lo dateng dengan tangan kosong."
Dara terkekeh, "Tapi gue pengen, gue suka afeksi yang Tante Arum kasih. Gue pengen bales itu sekarang selagi ada kesempatan."
. . .
Setiap melewati Jalan Damansara, Dara selalu bertanya pada supirnya rumah siapa yang sedang ia lewati. Jawaban supirnya terkadang membuat mulutnya terbuka, nama pejabat negeri dan sederet orang penting ada di jajaran orang yang rumahnya Dara kagumi di Jalan Damansara.
Dan Giory, memarkirkan Harvey di salah satu rumah bergaya American Classic yang letaknya sejajar dengan rumah mantan menteri perdagangan favorit supirnya di Jalan Damansara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk to 17th [TERBIT]
Teen FictionNamanya Dara Atmadja, murid baru yang menjadi topik obrolan teratas setelah wajahnya menghiasi sampul majalah. Pemenang kompetisi piano internasional yang tampak sempurna itu citranya runtuh di depan Giory Nalendra, kapten sepak bola kesayangan warg...