TIGA DUA⚔

481 32 0
                                    

Xaria menyisir rambut milik Julia dengan telaten. Dia menggerakkan tanganya dengan lembut serta hati-hati. Dalam kepalanya, ia terus berpikir bagaimana caranya agar dirinya dapat mendapat kepercayaan Julia. Jujur saja dia takut bahwa dia akan gagal memenuhi keinginan Ina. Dia tidak ingin membuat Ina kecewa. Dalam benaknya dia terus mengingat kata-kata Ina.

"Lakukanlah dengan segala cara untuk mendapatkan kepercayaannya," ujar Ina.

"T-tapi bagaimana kalau apa yang Aku lakukan akan membuat Kakak terluka?" balas Xaria sedih.

"Xaria, lihat Aku." Ina menangkup wajah Xaria. "Kamu hanya perlu percaya pada kemampuanmu. Untuk sisanya, Aku yang akan mengatasinya," kata Ina meyakinkan.

"Baiklah..." Xaria mengangguk patuh.

"Apa masih lama?" Julia mengerutkan dahinya karena hari ini Xaria lebih lamban dari biasanya.

"Ah, iya Nona. Sudah selesi," balas Xaria buru-buru.

Namun, pelayan lain yang sedang memoleskan make up pada Julia ikut terkejut saat Julia menegur Xaria. Dia menjadi gugup karena dia pikir dia terlalu lama mendandani Julia. Sehingga tanpa pikir panjang dia mempercepat gerakkannya. Tetapi, karena terburu-buru, hasilnya menjadi sedikit berantakan. Saat Julia menatap wajahnya di cermin, dia menjadi sangat marah.

"Apa kamu gila? Kamu ingin membuat wajahku seperti babi?" Julia menampar pipi pelayan itu.

Pelayan itu pun tersungkur. Dia berlutut di depan Julia dengan wajah memelas.

"Maaf, Nona... saya salah, tolong maafkan saya."

Pelayan itu menangis sesegukan. Sedangkan pelayan lainnya hanya bisa berdiri sambil menundukkan kepala. Di lain sisi, Xaria dengan serius menatap peralatan make up yang sangat banyak di meja Julia. Dia sendiri sangat tertarik dengan benda-benda itu. Walaupun sebenarnya dia tidak pernah memakainya, namun dia cukup paham tentang bagaimana menggunakannya karena setiap kali Julia sedang menggunakannya dia pasti akan menyaksikan dengan seksama.

"Kamu pikir setelah kamu membuat wajahmu seperti ini Aku akan sudi memaafkanmu?" Julia membersihkan wajahnya dengan perasaan kesal. "Ah, sial! Aku akan terlambat dan ini semua gara-gara kamu!"

Julia terus saja membentak dan mengeluarkan kata-kata kasar. Saat pelayan lain mencoba mendandaninya lagi, tangannya gemetaran karena dia juga takut pada Julia.

"Dasar para budak tidak kompeten! Aku akan memecat kalian semua!!"

Di tengah suasana yang memanas, lagi-lagi Xaria angkat bicara. "Bolehkah saya membantu anda, Nona?"

"Kamu? Memangnya kamu bisa apa?" tanya Julia masih kesal.

"Saya bisa membantu memperbaiki make up anda," kata Xaria.

"Memangnya gadis desa sepertimu tahu cara menggunakannya?" ejek Julia pedas.

"Lantas, apakah anda yakin bahwa mereka dapat melakukannya dengan baik kali ini?"

Xaria menatap Julia dengan pandangan lurus. Kemudian Julia melihat para pelayan yang sedang menundukkan kepala mereka dengan tubuh gemetaran. Julia mengernyitkan alisnya tidak yakin apakah para pelayannya yang lain dapat menegerjakan tugas mereka dengan tangan gemetaran seperti itu.

"Terserahlah. Tapi jika kamu membuatnya jadi lebih buruk, Aku akan mengusirmu saat itu juga!" tukas Julia.

"Baik."

Jari jemari Xaria dengan lihai memilih beberapa produk kosmetik. Dia tampak mengerti betul apa saja yang akan cocok untuk Julia. Xaria sangat serius dalam memilih bedak, eyeshadow, lipstik, dan benda-benda kosmetik lainnya. Xaria mengaplikasikan make up dengan lembut sampai-sampai membuat Julia dibuat mengantuk karenanya.

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang