PROLOG⚔

2.7K 106 2
                                    

PERINGATAN!
Cerita ini mengandung unsur kekerasan. Cerita ini juga hanya imajinasi semata. Apabila ada adegan yang kurang baik, harap jangan ditiru. Dan mohon jangan disamakan dengan kehidupan di dunia nyata. Bayangkan saja anda sedang membaca cerita Ironman.🐔

Sereina membuka matanya perlahan. Dia mendengar suara bising dari luar kamarnya. Dengan ragu Ina berjalan ke arah pintu. Sebelum tangannya bisa meraih knopnya, pintu dengan cepat terbuka lebar. Ia melihat seorang perempuan yang sangat cantik.

"Ibu?" panggil Ina bingung saat melihat raut gelisah Isabelle.

"Ina ... " Isabelle langsung memeluk putrinya dengan kuat.

"Ibu, kenapa di luar berisik?" tanya Ina yang tidak kunjung mendapat jawaban.

"Belle!" Segera terdengar suara panggilan dari luar kamar.

"Aku disini," balas Belle.

"Kenapa kamu bangunkan Ina?" Laki-laki itu mengusap wajahnya pelan.

"Sudah tidak ada waktu lagi. Ayo kita pergi dari sini!" ajak Belle seraya menggenggam tangan Ina.

Vernon tidak menanggapi ucapan istrinya. Tidak ada raut panik di wajahnya saat ini. "Tidak bisa. Beberapa menit lagi mereka akan tahu kita ada disini."

"Vernon!" pekik Belle yang marah melihat suaminya yang tampak sangat tenang. "Aku sudah bilang ... dia itu orang yang memiliki obsesi tinggi ... "

"Tanpa kamu mengatakannya, Aku juga tahu." Vernon mengusap air mata dari wajah Belle. "Di dunia ini tidak ada yang lebih mengerti dia daripada Aku."

"Kenapa? Kenapa kamu tidak mencegahnya?"

Ina yang tidak mengerti mulai menangis diam-diam. Dia hanya bisa mendengar tanpa tau maksud perkataan dari kedua orang tuanya.

"Dia bahkan tidak pernah memikirkanmu," ucap Belle dengan getir.

"Belle ... "

"Apa kamu sudah mengira ini akan terjadi?" Belle memotong ucapan Vernon.

" ... "

"Hah," desah Belle. "Walau Aku tidak bisa melihat hari esok, tidak masalah asalkan Ina selamat."

Vernon menatap nanar putrinya yang kini menangis dalam diam agar tidak menganggu pembicaraan orang tuanya. Vernon menekuk lututnya di hadapan Ina. Dengan lembut dirinya mengusap kepala putrinya dengan sayang.

"Ayah?" Ina semakin bingung melihat ekspresi Vernon yang berbanding terbalik dengan ibunya. Bahkan kini senyum hangat masih terpampang jelas di wajahnya.

"Dengarkan Ayah. Ayah menyesal membuatmu masuk ke dalam masalah ini. Ina putri Ayah yang baik. Ayah hanya ingin hidup sederhana dengan Ina dan juga Ibu, tapi semua itu tidak akan bisa terjadi." Vernon kembali menghela nafas. "Hidup itu penuh hal-hal yang tidak terduga. Jangan terlalu kecewa. Ayah akan selalu bersama Ina. Apapun yang kamu lakukan, Ayah akan tetap mendukungmu. Ingatlah untuk mengedepankan kebahagiaanmu. Ayah sangat menyayangi Ina."

Vernon memeluk putrinya. Bahunya sedikit bergetar mengingat mungkin ini adalah pertemuan terakhir mereka. Setelah itu dia menatap Belle. Lalu pergi keluar kamar. Belle kembali menangis. Tapi, dia dengan cepat menghapusnya.

"Ina." Suara Belle mulai terdengar serak.

"Ibu, kenapa Ayah bilang begitu?" tanya Ina gelisah.

Belle tersenyum menenangkan. Dia perlahan membawa putrinya ke arah lemari.

"Ibu?"

Belle tidak menanggapi. Dia perlahan membukanya, mengajak Ina untuk masuk ke dalam.

"Ina, kamu masih kecil. Kamu belum mengerti apapun. Ibu berdoa semoga mereka melepaskanmu. Jangan menimbulkan suara walau kamu sangat ketakutan. Teruslah bersikap baik." Belle menutupi putrinya dengan kain-kain baju. "Ingat pesan Ibu. Jangan terlalu percaya pada orang lain. Percayalah pada dirimu sendiri." Belle mengecup dahi Ina. Lalu memberikan kunci lemari pada Ina dan menguncinya dari luar menggunakan kunci cadangan. Bella melempar kunci itu ke jendela. Walau sedih, dia tetap berjalan ke arah pintu dengan tegas.

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang