Kini Julia sering melakukan provokasi terhadap Ina. Awalnya beberapa orang masih mau berbicara pada Ina. Namun, lama kelamaan mereka mulai menjauh. Hal ini karena setiap orang yang tampak akrab dengan ina tiba-tiba esoknya didiskualifikasi dari audisi tanpa alasan yang jelas. Mereka pikir jika mereka terus berteman dengan Ina, maka untuk kedepannya akan semakin sulit bagi mereka. Julia sendiri merasa puas dengan keadaan ini. Hanya saja, satu hal yang menganggu untuknya adalah dia tidak bisa sembarangan memulai konflik dengan Lia karena latar belakang keluarga Lia. Dia tahu bahwa ayahnya berusaha memiliki koneksi yang baik dengan ayah Lia, tuan Heather. Karena itulah dia tidak bisa menyentuh Lia dan hanya Lia yang masih bertahan di sisi Ina.
Ina yang hendak berdiri tiba-tiba dicegah oleh Julia. Julia dengan tidak sopannya merebut kertas yang berada di tangan Ina. Kertas itu adalah naskah yang Ina tulis untuk mengerjakan tugas hari ini dan akan dia kumpulkan
"Hei!" pekik Lia melihat perbuatan Julia yang kasar.
"Wah wah wah, lihat ini teman-teman... " Julia memperlihatkan naskah Ina pada kedua temannya.
"Astaga, bagaimana bisa dia melakukan ini," ujar Kylie pura-pura terkejut.
"Memang apa yang Ina lakukan?" tanya Lia tak ramah.
"Dia pencuri! Dia meniru naskah yang sudah Julia buat!" Perkataan Medeline membuat semua siswa di kelas memandang mereka.
"Mencuri? Apa Aku tidak salah dengar? Yang seharusnya kalian pertanyakan itu dia!" Lia menunjuk muka Julia. "Semua orang juga tahu kalau kemampuannya dan Stela jauh berbeda!" lanjutnya lantang.
Julia meremas tanganya. Dia berhasil mengontrol emosinya dan kembali tersenyum. "Siapa saja bisa mencuri, kan?" ucapnya santai.
"Hah! Memangnya kamu punya bukti?" tukas Lia.
"Jelas-jelas naskah yang dia buat sama persis dengan milik Julia!" teriak Medeline.
"Bukti mana yang menjelaskan dia menulis lebih dulu dari Stela?!"
Lia dan Medeline sama-sama bertatapan dengan ekpresi marah. Mereka saling melotot satu sama lain.
"Lia, sudahlah," kata Ina menenangkan.
"Tapi, mereka... " balas Lia melunak pada Ina.
"Aku sudah menyiapkan naskah itu dari seminggu yang lalu. Tidak mungkin Aku memplagiat milikmu," ujar Ina dengan lembut.
"Bagaimana kami bisa yakin dengan omong kosongmu?!" dengus Kylie.
"Hey, kalian yang memfitnah duluan tanpa malu dan bukti yang jelas. Sekarang kalian menyalahkan ucapan Stela?" Amarah Lia kembali tersulut.
"Mau diliaht dari manapun gadis desa tetaplah gadis desa. Huh, dasar tidak berpendidikan," decak Medeline.
"Apa?!!"
"Cukup. Kami hanya mau memastikan kebenarannya. Kami tidak berniat untuk menyalahkanmu. Jika kamu jujur sekarang, Aku tidak akan mengangkat hal ini lagi," timpal Julia.
"Kamu datang padaku, mengatakan Aku meniru naskahmu tanpa alasan yang jelas, dan sekarang kamu berkata mau memaafkanku. Sebenarnya apa yang kamu inginkan?" tanya Ina lembut.
Nada Ina memang pelan, tetapi sindiran halus itu berhasil membuat beberapa orang menganggap perbuatan Julia sedikit berlebihan. Julia merasa situasi mulai berbalik ke arahnya. Dia memberikan kode pada Medeline. Medeline yang melihat dengan cepat bertindak.
"Memangnya ada pencuri yang mengaku pencuri?" Medeline mengambil naskah itu dan merobeknya. "Sampah harus berada di tempat sampah!"
"Apa yang kamu lakukan?!!" Lia tidak habis fikir dengan perbuatan Medeline.
"Medeline, cukup!" perintah Julia. "Maafkan dia, dia terlalu marah karenaku."
Julia berbicara seakan-akan dirinya yang paling terluka. Lia semakin merasa muak dengan mereka bertiga. Dia menggertakkan giginya kesal. Rasanya dia ingin mencakar mereka bertiga saat ini juga.
"Julia, apakah Aku sudah menyinggungmu?" tutur Ina.
"Apa maksudmu? Kita adalah teman sekelas. Tapi, bukannya kamu juga tahu jika ada yang memiliki jawaban yang sama tidak akan mendapatkan nilai... Aku hanya menasihatimu agar menyelesaikan tugas dengan jujur supaya kita berdua tidak terseret bersama," jawab Julia.
Ina buru-buru mencegat Lia dengan menggelengkan kepalanya. "Sudahlah."
***
Saat ini jam pelajaran sudah usai. Ina duduk sendirian di dalam kelas. Dia sedang menulis ulang tugas membuat naskah. Dia tidak bisa menulis naskah yang sama. Untuk itu dia harus memikirkan ide lain. Sebenarnya Lia menawarkan diri untuk membantu. Tentu saja ia langsung ditolak dan Ina menyuruhnya agar pulang terlebih dahulu. Walau sedih Lia tetap menuruti kemauan Ina. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Dia dengan cepat mengumpulkannya dan segera membawanya ke ruang guru. Karena dia mengumpulkan terakhir, maka dia yang harus menaruh naskah-naskah tersebut di ruang guru.
Sebelum pulang ke asrama, Ina pergi ke toilet terlebih dahulu. Dia membasuh wajahnya serta mencuci tangannya. Detik itu juga dia mendengar suara langkah kaki mendekat. Ina membalikkan badannya dan menemukan Julia serta kedua temannya berada di belakangnya sekarang.
"Cepat juga," decak Julia.
"Ada apa?" tanya Ina pelan.
Medeline tiba-tiba berjalan maju dengan ekpresi marah. Dia langsung menjambak Ina tanpa aba-aba.
"Akhh.." pekik Ina terkejut.
"Setelah apa yang terjadi, kamu bertanya 'ada apa?' " tukas Medeline kesal.
"M-memangnya apa yang sudah Aku lakukan?" tanya Ina kebingungan.
"Kamu sudah mengganggu Julia!" teriak Kylie.
"Aku tidak pernah menganggunya."
"Jalang ini!"
"Tahan," Julia menahan Kylie. "Jangan wajahnya, akan jadi masalah jika Mrs. Adela melihatnya."
Kylie yang berniat menampar Ina segera berhenti. Dia memutuskan untuk menendang paha Ina. Di sisi lain Ina merintis kesakitan saat Kylie menendangnya.
Julia menaikkan sebelah alisnya puas. "Berapa harga supaya kamu pergi dari sini?" katanya sombong.
Ina yang sedang terduduk menatap mereka bertiga dengan muka memelas. "Aku tidak pernah berpikir menyinggung kalian. Aku hanya ingin menjalani kehidupan sekolah yang normal di Harrlich seperti orang lain."
"Mimpi! Orang kampungan sepertimu tidak layak ada disini!" Medeline meremas rambut Ina dengan keras.
"20, 30, 50? Aku akan membayarmu sebanyak yang kamu mau," tawar Julia.
"Hahaha, pasti kamu tidak pernah memegang uang sebanyak itu bukan?" ejek Kylie.
"Apa kamu merasa terancam dengan kehadiranku?" Ina menatap manik mata Julia.
Julia menggigit bibir bawahnya. "Aku? merasa terancam denganmu? Seharusnya kamu sadar diri! Level kita jauh... berbeda!" balas Julia seraya menyilangkan kedua lengannya.
"Itu sebabnya kamu mengeluarkan namaku dalam daftar?"
"Aku tidak melakukan apa-apa. Mungkin saja pihak sekolah menyadari siapa saja yang pantas mendapatkannya. Dan kamu bukan orang yang pantas," elak Julia tak tahu malu.
Julia yang melihat Ina hanya diam memberi kode pada Medeline agar berhenti menjambak. Julia berbalik berniat pergi. Langkahnya terhenti kala mendengar ucapan Ina.
"Jika memang kamu berpikir begitu, maka Aku akan melakukannya." Ina terseyum tipis. "Aku akan mengalahkanmu dalam segala hal yang berhubungan denganmu."
Yuhuuu gimana kabarnya hari ini?😆
Yakk, kembali lagi dengan author yang cantik ini!😋
Walaupun agak molor tapi author akhirnya up lagi, yippie😍
Buat kalian yang mau thor update teratur ayok dong semangatin author dengan pencet like dan komen. Karena tanpa kalian author jadi ga bersemangat, nih😢
Segitu duluuu
Sampai jumpa di chapter selanjutnya!!❤️🔥🥰🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Sereina
FantasyBELUM REVISI (18+ banyak adegan kekerasan dan manipulatif. Diharapkan untuk tidak meniru maupun melakukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata. Cerita ini hanya fiksi semata.) Seorang anak harus menyaksikan kematian tragis dari kedua orang tuanya. Da...