Sereina sedang duduk di bangku menunggu kedatangan Noah. Namun yang ia tunggu tak kunjung datang. Setelah hampir dua puluh menit, Ina berdiri dari duduknya. Dia berniat meninggalkan Noah.
Tuk Tuk Tuk
Sepatu Ina bergesekan dengan jalanan yang penuh kerikil. Ketika dirinya melewati jalan yang berdekatan dengan sebuah kandang rusak, dia berhenti. Dia melihat sosok Noah yang kini sedang digebuki oleh Theo serta antek-anteknya.
Buk Buk Buk
Beberapa remaja memukuli Noah. Mereka tampak tertawa menikmati aksi mereka. Di sisi lain Noah hanya diam seperti boneka yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ina diam di tempat. Ia tidak melihat Noah akan membalas. Ina terus menunggu sampai tubuh Noah mulai lemas. Hampir saja Noah pingsan jika Ina tidak menahan tangan Theo.
"Apa yang kamu lakukan?" ujar Theo menahan marah.
"Entahlah," balas Ina.
"Jangan ikut campur!" Theo menghempaskan tangan Ina.
"Memangnya kenapa?"
"Biasanya kamu juga tidak peduli jika kami memukulinya. Lakukan saja seperti itu."
"Peduli dan tidak peduli apa urusannya denganmu." ujar Ina.
"Kamu!" Theo berteriak marah.
"Hey, kamu belum pernah mendengar rumornya?" tanya salah satu teman Theo.
"Bagaimana mungkin, kami bersekolah di sekolah dasar yang sama," timpal teman yang lain.
"Rumor hanya rumor," decak Theo.
"Rumor apa?" Ina memiringkan kepalanya.
"Kamu pura-pura tidak tahu?"
Ina diam tidak menanggapi kata-kata Theo. Dia malah melihat teman Theo yang dari tadi menatapnya takut.
"R-rumornya kamu sebenarnya jelmaan iblis yang membunuh siapa saja yang membuatmu marah," ujar teman Theo gemetaran.
"Aku?" tanya Ina seolah-oleh kebingungan.
"Omong kosong, buktinya tidak ada yang pernah terjadi sampai sekarang."
"HAHAHAHA" Ina tertawa terbahak-bahak. "Rupanya kalian semua sudah tahu," kata Ina menakuti.
"Apa?" tukas semua orang berbarengan. Bahkan Noah menganga tak percaya.
"Kamu pasti membual," ucap Theo yakin.
"Lalu bagaimana rumor itu bisa ada?" tanya Ina.
"Rumor itu terbentuk karena ada orang yang takut padamu. Dia membesar-besarkan ucapannya!" jelas Theo.
Ina menyeringai. "Apa kalian mau membuktikan rumor itu benar atau salah?" tawar Ina.
"Kami tidak takut!" Ucapan Theo membuat beberapa temannya menelan ludah kasar.
"Kalian tahu apa ini?" Ina memperlihatkan sebuah boneka yang selalu ia bawa.
"Boneka," balas Theo polos.
"Ini bukanlah sekedar boneka biasa." Ina berjalan maju. "Ini adalah boneka yang bisa membunuh siapa saja yang mengusikku," bisik Ina terlihat mengerikan.
Theo menelan salivanya. "Bohong! boneka itu tidak bisa berbuat apa-apa!"
"Bukan tidak bisa, tapi belum bisa. Kalian tahu kenapa?"
Beberapa remaja menggelengkan kepalanya.
"Karena kalian tidak berani datang mengangguku."
"Kami juga tidak menganggumu hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sereina
FantasyBELUM REVISI (18+ banyak adegan kekerasan dan manipulatif. Diharapkan untuk tidak meniru maupun melakukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata. Cerita ini hanya fiksi semata.) Seorang anak harus menyaksikan kematian tragis dari kedua orang tuanya. Da...