Sereina menyapa beberapa orang yang dia lewati. Hari ini adalah jadwal syuting pertamanya. Ina melebarkan senyumnya menggambarkan bagaimana seorang pemula yang sangat bersemangat. Ina bergegas ke sebuah ruangan tempat biasanya pemain mempersiapkan diri. Saat membuka pintu, dirinya menemukan Julia sedang berada di dalam. Ina berusaha tidak mempedulikannya hanya saja Julia nampaknya tidak ingin membiarkan suasana di antara mereka damai begitu saja.
"Orang-orang pasti buta," cibir Julia sambil menyilangkan tangannya.
Ina berjalan begitu saja menghiraukan ucapan Julia. Dia dengan sopan berbicara kepada penata rias untuk mendandaninya.
"Apakah hari ini sudah jadwalnya untuk ikut syuting?" tanya Ina menatap wajah Julia dari pantulan kaca.
Seketika ekspresi Julia semakin memburuk. Dia mengepalkan tanganya, namun Julia berhasil menahan amarahnya.
"Tidak ada yang bisa melarangku untuk datang kesini," dengus Julia.
"Itu benar, disini kamu dapat mempelajari banyak hal."
Jawaban Ina semakin memprovokasi Julia. Dia merasa bahwa arti dari kalimat Ina adalah dia akan mendapatkan pembelajaran yang bagus. Sekilas memang kata yang cukup baik, namun itu berarti Julia akan mendapatkannya dari semua orang yang berakting hari ini tak terkecuali Ina. Dia merasa Ina meremehkannya.
"Terserah, kamu bisa bilang apa saja tapi... Aku sarankan kamu jangan senang dulu karena apapun bisa saja terjadi nanti," kata Julia dengan nada mengancam.
Ina mengucapkan terimakasih kepada penata rias. Dia membalikkan kursinya menatap Julia lekat. Tindakan dan ekpresi Ina sangat santai tapi terlihat elegan.
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Ina sedikit bermain-main.
"Kamu itu bukan apa-apa dan hanya beruntung kali ini," balas Julia sengit.
"Seberuntung-beruntungnya Aku, nyatanya kamu juga belum tentu mendapatkan posisiku ini."
Ucapan Ina tidak salah. Kalaupun Ina tidak memperoleh perannya saat ini, Julia kemungkinan besar juga tidak bisa mengisinya. Dengan sifat Mathew yang seperti itu, Julia akan kesulitan walaupun dia bisa menyuap staff yang ada.
Julia terdiam sejenak. "Aku mungkin memang belum bisa mendapatkan peran itu, tapi jangan lupa... Aku bisa saja membuatmu kehilangannya," Julia menyeringai tanda menantang.
"Begitukah?" Ina menyentuh dagunya pelan.
Sebelum Julia kembali membalas terdengar suara keras dari arah pintu.
"Stela, kamu sudah datang?"
Tak lama muncul seorang perempuan cantik yang tidak lain adalah Pamela sang pemeran utama drama ini. Pamela melirik Ina kemudian Julia dan kembali menatap Ina.
"Apakah perlu waktu yang lama untuk berdandan?" tanya Pamela.
"Tidak. Aku sudah selesai." Ina berjalan ke arah Pamela dengan langkah ringan.
"Baiklah, ayo kita pergi."
"Tunggu," Julia menghentikan keduanya.
"Siapa kamu?" tanya Pamela dengan rasa tidak sabar.
"Halo, Aku Julia Floretta Bailey." Julia menyodorkan tangannya ingin mengajak Pamela bersalaman.
"Terus?" Pamela tidak tertarik untuk menjabat tangan Julia.
Senyum Julia seketika menjadi kaku. Dia sedikit kesal karena Pamela sama sekali tidak bereaksi walaupun dia sudah menyebutkan namanya. Dia pikir dia akan mudah menjadi temannya karena saat ini dia adalah satu-satunya putri keluarga Bailey. Julia menurunkan tangannya seraya berusaha tetap tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sereina
FantasíaBELUM REVISI (18+ banyak adegan kekerasan dan manipulatif. Diharapkan untuk tidak meniru maupun melakukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata. Cerita ini hanya fiksi semata.) Seorang anak harus menyaksikan kematian tragis dari kedua orang tuanya. Da...