TIGA BELAS⚔

1K 67 0
                                    

Sereina duduk di atas pohon menikmati suara daun yang bergesekan dengan angin sepoi-sepoi. Dia memandangi perkebunan milik paman James tanpa bosan.

"Kamu akan terus di atas sana?"

Noah berdecak menanti Ina yang tak kunjung turun selama hampir tiga puluh menit. Dia hanya bisa meremas buku yang ada di tanganya mencoba bersabar. Awalnya dirinya berniat meminta Ina untuk mengajarkan pelajaran sekolah yang ia terima hari ini. Namun Ina bahkan tidak pernah meliriknya sama sekali.

"Apa kamu tidak ada pekerjaan lain? Kamu setiap hari selalu saja duduk di pohon ini. Ku kira waktumu tidak terlalu senggang." Noah membenarkan kacamatanya.

"Aku sangat sibuk," kata Ina memetik ranting pohon.

"Hah, sibuk menghitung semut maksudmu?"

"Iya."

"Kamu benar-benar datang kemari hanya untuk menghitung semut disitu?"

"Benar. Kamu orang idiot kedua yang pernah ku temui."

"Siapa yang pertama?" tanya Noah penasaran mengindahkan ucapan menghina yang ditunjukkan padanya.

"Dia adalah seekor kucing. Kucing yang sangat nakal," kata Ina seraya memegang selembar daun.

"Tadi kamu bilang orang. Kenapa tiba-tiba menjadi kucing?" tanya Noah tak mengerti.

"Kamu mau tau?"

Reflek Noah menganggukkan kepalanya.

"Ayahku memberikan makanan yang enak pada seekor kucing. Aku cukup menyayanginya. Tapi apa kamu tahu apa yang dilakukan kucing itu?"

"Tidak." Noah memasang telinganya penuh minat.

"Kucing itu menggigit pergelangan tangan ayahku. Dia juga mencakar kakiku. Dia membuat kamarku berantakan."

"Lalu?"

"Lalu, kucing itu pergi. Dia tidak mau melepaskan lonceng yang ingin ayahku lepaskan."

"Kenapa? bukannya kebanyakan kucing tidak suka dipasangi lonceng di lehernya?"

"Karena kucingku menyukai suara lonceng yang nyaring."

"Apa dia kembali?"

"Tidak. Dia tidak pernah kembali."

"Mungkin dia sudah mati."

"Belum. Dia belum mati."

"Bagaimana kamu tahu?"

"Karena Aku masih mendengar bunyi loncengnya."

"Jadi, kamu akan menangkapnya?"

"Tentu akan ku tangkap."

"Setelah itu akan kamu pelihara lagi?"

Sereina terdiam mendengar pertanyaan Noah. Dia menyunggingkan senyumnya. "Tidak. Aku akan memberikannya pada ayahku."

"Ayahmu?" Noah masih tidak paham. Setaunya ayah Ina sudah meninggal. Namun dia tidak berfikir terlalu banyak. "Kamu aneh."

"Memang," ujar Ina tak menyangkal.

Ina menutup kedua matanya. Beberapa menit berlalu. Telinganya masih mendengar suara Noah yang mengomel. Tiba-tiba matanya terbuka. Kemudian senyum samar terbirit di bibirnya. Ina segera turun dari atas pohon.

"Akhirnya," decak Noah. "Nah, sekarang ayo kita belajar!"

"Sayangnya sulit hari ini."

"Kamu sibuk?"

"Ya, kami sibuk."

"Kami?"

Noah bertanya-tanya maksud ucapan Ina. Namun segera matanya menangkap dua sosok yang mendekati mereka. Mereka ternyata adalah Xaria dan Xavier.

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang