Perjalanan mereka cukup panjang karena berulang kali turun dan naik kendaraan umum. Kini mereka sedang menunggu bus terakhir untuk sampai ke tujuan mereka. Xaria maupun Xavier terlelap di bangku halte bus. Sedangkan Noah masih terjaga di samping Ina.
Kruyukkk
Noah memegang perutnya karena lapar. Ina mengambil sebuah roti yang sudah kering juga agak keras pada Noah.
"Aku tidak lapar," kata Noah tak enak hati.
"Makanlah atau ku buang," ujar Ina.
Noah segera merebut roti itu dari Ina. Memang sudah tidak enak tapi setidaknya dapat mengganjal rasa laparnya.
"Jadi, kamu akan melanjutkan dimana?" tanya Noah pada Ina.
"Herrlich," balas Ina singkat.
Noah terkejut mendengar nama sekolah yang mau Ina tuju. "Bukannya Herrlich itu sekolah aktris?"
"Ya..."
"Kamu berniat sekolah disana?" Noah sekali lagi tak mengerti jalan pikiran Ina. "Kenapa tidak melanjutkan di sekolah umum saja?" lanjutnya.
"Ada beberapa hal yang harus ku lakukan."
"Lalu, bagaimana dengan kami?" tanya Noah.
"Kamu harus memutuskan sendiri."
"Aku mengikutimu sampai kesini dan kita harus berpisah?" Noah menatap tak percaya pada temannya itu.
"Noah, kamu cukup menuruti kemauanku."
"Kita akan berpisah?" tanya Xavier seraya mengusap matanya.
"Kakak..." Xaria menangis mendengar penuturan Xavier.
"Kalian sekarang sudah besar. Kalian harus bisa hidup mandiri."
"Tapi.." Xaria masih merengek sambil memeluk Ina.
"Sekarang kamu mau kemana, Xavier?" tanya Ina.
Xavier tampak berpikir sejenak. "Aku rasa Aku ingin bekerja di bengkel."
Dari dulu Xavier sudah tertarik ketika melihat gambar motor dan mobil di salah satu buku milik Ina. Di lain sisi Ina mengangguk tanda mengerti.
"Aku akan mencarikan tempat tinggal untukmu."
"Aku mau ikut Kakak saja," Xaria kembali menangis.
"Kita berpisah bukan berarti tidak akan bertemu lagi. Kamu mau membantuku, kan?" Ina mengusap kepala Xaria pelan.
"Mau ... Kakak harus berjanji untuk datang menemuiku," tukas Xaria.
"Tentu saja."
Ina melihat bus sudah dekat dengan halte. Mereka akhirnya kembali melanjutkan perjalanan. Ina mengantar Xavier terlebih dahulu. Mencarikan tempat tinggal yang layak untuknya. Kemudian dia juga mengantar Xaria ke tujuannya walau awalnya enggan, Xaria akhirnya menurut setelah kembali dirujuk. Dan yang terakhir dia berpisah dengan Noah.
"Noah," panggil Ina.
"Hemm?"
Ina memberikan sebuah tas padanya. Noah membuka isinya yang ternyata berisi banyak sekali uang. Dia terkejut lalu buru-buru mengembalikannya.
"Aku pasti bisa dapat beasiswa. Tidak perlu repot-repot."
Ina kembali memberikan tas itu. "Pakai saja. Fokuslah pada pendidikanmu."
"Aku masih..."
"Dengar," potong Ina. "Kamu bisa mengembalikannya nanti. Dan ingatlah apa tujuanmu datang kesini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sereina
FantasyBELUM REVISI (18+ banyak adegan kekerasan dan manipulatif. Diharapkan untuk tidak meniru maupun melakukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata. Cerita ini hanya fiksi semata.) Seorang anak harus menyaksikan kematian tragis dari kedua orang tuanya. Da...