Seorang gadis berjalan menyusuri jalan setapak yang sepi. Hal ini ditandai dengan tak ada seorang pun selain dirinya sendiri yang tengah menyusuri jalan tersebut. Tak berapa lama matanya melihat dua sosok pria yang nampak mencurigakan. Dua pria itu terus memperhatikannya. Gadis itu menghentikan langkahnya, dia semakin gelisah hingga mundur beberapa langkah. Saat dia melangkah mundur, kedua lelaki tersebut ikut melangkah maju.
"Benar gadis itu?" tanya salah satu pria pada rekannya.
"Ya, itu dia."
Walau ucapan mereka pelan, perkataan mereka masih terdengar jelas di telinganya. Dia dengan was-was berbalik ke arah sebelumnya. Benar saja dugaannya bahwa kedua pria itu sedang mengincarnya. Agatha berlari sekencang yang dia bisa. Dia merasa hari ini benar-benar sial karena tidak berjumpa seorang pun di jalan. Apalagi staminanya tidak terlalu bagus sehingga dia merasa sudah tidak sanggup berlari. Karena kelelahan, dia tidak menyadari kedua lelaki itu sudah berada sangat dekat dengan dirinya. Dan ya, Agatha tertangkap sekarang. Dia masih mencoba melakukan perlawanan seperti menjerit dan menggigit lengan salah satu pria. Tetapi mereka membekap mulutnya hingga dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Tolong..."
Bisikan kecil keluar dari mulutnya sebelum pandangannya menjadi gelap.
***
Di sisi lain, Caroline yang baru bersiap pulang mendapatkan notifikasi di ponselnya. Matanya terbelalak kala melihat foto adiknya yang seperti sedang pingsan dengan tangan terikat. Jantungnya berdegup kencang membaca pesan dibawahnya.
Kalau kamu ingin dia selamat, serahkan flashdisk itu dan datanglah seorang diri.
Caroline tahu bahwa ini adalah jebakan. Bodoh jika dia benar-benar menuruti kemauan pihak lain. Namun dia tidak bisa membiarkan adiknya terluka. Setelah menimang-nimang, dia segera memajukan mobilnya ke lokasi yang tadi diberikan padanya. Dia juga menghubungi seseorang.
"Ada apa?" tanya seseorang di seberang sana.
"Agatha diculik," balas Caroline to the point.
"Apa? Bagaimana..."
"Mereka mengancamku dan ingin aku menyerahkan buktinya."
"Sekarang kamu dimana?" tanya orang itu lagi dengan khawatir.
"Aku sedang menuju ke tempat mereka. "
"Itu berbahaya! Berhenti, tunggu Aku!"
"Aku tidak bisa. Agatha dalam bahaya," ucap Caroline bergetar.
"Kalau kamu gegabah kamu juga bisa dalam bahaya," balas pria di seberang telepon dengan kesal.
"Aku bukannya melarangmu untuk membantu. Aku meneleponmu justru untuk meminta tolong. Aku akan mengirim lokasinya dan kamu bisa datang dengan bantuan."
"Terlalu beresiko!"
"Aku mohon, James."
"Hahh, oke. Kamu harus menjaga dirimu sampai Aku datang," jawab James mengalah.
"Terimakasih."
Mobil Caroline akhirnya sampai ke lokasi Agatha disekap. Itu adalah gedung tua yang telah lama ditinggalkan. Caroline tahu bahwa tindakannya terlalu terburu-buru, tetapi dia sangat khawatir apabila terlambat, mungkin adiknya akan berada dalam bahaya. Caroline mengambil cutter yang berada di laci mobil. Dia menghembuskan nafas pelan, lalu berjalan masuk.
Caroline menaiki tangga hingga ke lantai enam. Dia mengatur nafasnya sebelum benar-benar mencapai lantai paling atas itu. Saat berhasil naik ke atas, dia menyaksikan adiknya yang kini terikat di kursi dengan dua orang pria di depannya. Kedua pria itu menatapnya dengan intens. Caroline akhirnya membuka mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sereina
FantasiBELUM REVISI (18+ banyak adegan kekerasan dan manipulatif. Diharapkan untuk tidak meniru maupun melakukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata. Cerita ini hanya fiksi semata.) Seorang anak harus menyaksikan kematian tragis dari kedua orang tuanya. Da...