DUA PULUH⚔

661 37 1
                                    

Sereina, Noah, Xavier, dan Xaria seperti biasanya sedang berkumpul bersama. Mereka sedang asik duduk di tempat mereka biasa berlatih. Mereka cukup menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa mereka. Tiba-tiba mata Ina tertuju pada suatu tempat.

"Ada apa?" tanya Xaria merasakan pergerakan Ina.

Ina tak menjawab. Kemudian semua orang mulai mengikuti arah pandang Ina. Beberapa saat kemudian terlihat sesosok manusia.

"Sial," umpatnya yang masih didengar mereka.

"Siapa dia?" tanya Noah ketika melihat raut wajah Xavier yang berubah.

"Dia tinggal bersama kami di panti asuhan," ujar Xaria menggantikan Xavier.

Orang itu tampak mulai menyadari adanya manusia selain dirinya. Sebenarnya dia sedang dalam masa percobaan karena ketahuan mencuri uang milik pengurus panti. Dia dihukum mencari kayu bakar. Sayangnya ketika memasuki hutan, dia tersesat. Ketika ia melihat beberapa orang dia menampilkan ekspresi gembira. Namun ekspresi itu tidak bertahan lama ketika melihat Xaria dan Xavier.

"Ternyata itu kamu," katanya dengan senyum ceroboh.

"Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Xaria tidak senang.

"Kenapa? Seharusnya Aku yang bertanya. Kalian tiba-tiba menghilang dan berada disini. Ah... ternyata kalian bergaul dengan orang-orang aneh," ejeknya.

"Pergi dari sini," ucap Xavier tiba-tiba membuat orang itu sedikit terkejut.

"Kau menyuruhku untuk pergi? Lucu sekali."

"Pergi sebelum kesabaranku hilang," tukas Xaria.

"Hahaha, memang apa yang bisa kamu lakukan?"

"Aku akan memukulmu." Xaria mengepalkan kedua tangannya.

"Kalian jadi semakin menyebalkan. Pasti karena kalian bergaul dengan orang-orang itu." Dia melirik Ina dan Noah.

Ina menatapnya datar seolah-oleh tidak mendengar apapun. Sebaliknya, Xaria yang mendengar menjadi kesal.

Buukkk

Xaria meninju orang itu di bagian perut bawahnya.

"Argghh, kamu!!" teriaknya. Dia lantas mengambil batu berukuran telapak tangan dan melemparnya ke kepala Xaria.

"Xaria!" pekik Xavier melihat darah keluar dari dahi Xaria.

"Sialan, berani-beraninya memukulku."

"Aku akan membunuhmu!" ucap Xavier reflek sambil menopang tubuh Xaria.

"Oh ya? Kalau begitu buktikan," kata orang bernama Chris mencemooh.

"Hyaaaaa."

Akibat emosi yang tak terkontrol membuat gerakan Xavier menjadi tidak beraturan. Chris tentu saja demgan mudah mengelak. Dia bahkan memukul Xavier beberapa kali.

"Dasar bodoh, apa yang sedang kamu lakukan," umpat Xaria marah seraya memegang lukanya.

"Ughhh," rintih Xavier tak tertahankan.

"Lebih baik kalian kembali. Pengasuh mencari kalian."

Bohong. Tidak ada yang peduli kami hidup atau mati. Kamu hanya ingin kami kembali supaya bisa melakukan apa saja yang kamu mau.

"Aku lebih baik mati daripada kembali ke tempat itu," desis Xavier.

"Dasar tidak tahu diuntung."

Chris kembali menendang Xavier. Dia merasa kemenangan ada di tangannya. Dia kemudian melihat Ina yang masih tidak bergeming saat temannya sudah babak belur.

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang