Mrs. Adela menatap orang di depannya dengan raut muka tegasnya. Dia tak melepaskan pandangannya satu detik pun. Laki-laki yang berada di hadapan Mrs. Adela menghela nafas jengah. Tidak ia sangka Adela yang dia kenal meminta sesuatu seperti itu padanya.
"Jangan keras kepala Adela, Aku sudah bilang tidak bisa," ujar laki-laki itu geram.
"Ayolah Matt, Aku akan menjamin tidak akan ada masalah nantinya," balas Mrs. Adela kekeh.
"Aku kira kamu mengajakku minum kopi untuk saling bercengerama setelah sekian lama kita tidak bertemu. Tapi ternyata kamu hanya mengatakan omong kosong," kata Mathew geram.
Mrs. Adela memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa membantu Ina. Dia berpikir untuk membantu Ina agar bisa melakukan casting kembali. Tapi ternyata peran tersebut sudah jelas akan dilakoni seseorang, yaitu Julia. Entah apa yang dia pikirkan, tiba-tiba terlintas di benaknya untuk membantu Ina mengambil peran yang lain. Dia tanpa pikir panjang menghubungi Mathew, sutradara sekaligus kenalan baik Mrs. Adela. Dia pernah bermain drama dengan Mathew sebagai sutradaranya ketika masih muda. Dan dia tahu betul karakter Mathew bagaimana. Tentu saja ini bukanlah hal yang mudah. Tetapi dia tidak menyerah.
"Aku sudah memberikan muridmu kesempatan bukan, kali ini tidak ada peran lagi yang kosong," ujar Mathew.
"Aku tahu kamu berbohong, Matt."
Mathew semakin kesal. "Ayolah, Adel... Aku tidak ingin dramaku berantakan. Jangan memaksaku," tukas Mathew.
Saat Mrs. Adela melihat Mathew yang hendak bangkit dari duduknya dia kembali menahannya. "Berikan Aku kesempatan satu kali saja. Aku hanya ingin kamu memperbolehkannya mengikuti casting. Dan jika memang kamu merasa tidak cocok, ya sudah. Aku tidak memaksamu untuk menerimanya," tawar Mrs. Adela.
Mathew tampak menimbang-nimbang. Dirinya dikenal sebagai sutradara yang pemarah dan tegas, apalagi jika menyangkut pemain. Jika ada kesalahan sedikit saja dia tidak ragu untuk mengganti orang dan memulai dari awal. Dia sangat ingin semuanya terlihat sempurna. Bahkan saat Mrs. Adela bekerja bersamanya dulu, dia juga cukup takut padanya.
"Baiklah, bawa dia padaku minggu depan."
"Tentu." Mrs. Adela tersenyum lebar.
"Peran itu cukup sulit untuk orang baru," kata Mathew seraya menyeruput kopinya.
"Aku yakin dia tidak akan membuatmu kecewa," balas Mrs. Adela. Dia yakin bahwa Ina pasti bisa memenuhi ekspektasi Mathew.
Mathew mengerutkan dahinya. "Aku tidak menyangka kamu melakukan ini demi seorang murid saja."
Mrs. Adela hanya tersenyum menanggapi.
"Apa yang sangat spesial dari anak itu?"
"Entahlah, Aku hanya..."
Ketika memikirkan Stela Aku selalu teringat dengan putriku dan entah kenapa Aku merasa ingin sekali membantunya.
"Aku hanya?" beo Mathew.
"Dia adalah anak yang sangat berbakat, Matt. Kamu akan mengerti jika sudah melihatnya."
"Kalau saja kamu bukan temanku, Aku pasti sudah pergi dari sini. Yah, kita lihat saja nanti," decak Mathew. "Aku tidak mau mengambil resiko yang dapat merusak dramaku," lanjutnya.
"Aku tahu," timpal Mrs. Adela.
***
Dengan segera Mrs. Adela menghubungi Ina. Mereka bertemu di restoran yang pernah mereka dikunjungi bersama. Ina datang lima belas menit lebih awal. Dia hanya memesan secangkir kopi seraya menatap ke luar jendela. Tak lama ia mendengar seseorang menegurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sereina
FantasyBELUM REVISI (18+ banyak adegan kekerasan dan manipulatif. Diharapkan untuk tidak meniru maupun melakukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata. Cerita ini hanya fiksi semata.) Seorang anak harus menyaksikan kematian tragis dari kedua orang tuanya. Da...