DUA SATU⚔

869 49 2
                                    

Noah terus menghindari Ina setelah kejadian hari itu. Ketika tak sengaja berpapasan ia membuang muka. Dia bahkan tidak bisa tidur karena selalu memikirkannya. Sejauh ini sebenarnya dia tidak mengerti mengapa Ina ingin dia mengikutinya. Satu hal yang ia tahu bahwa jika dia mengikuti Ina hidupnya akan benar-benar berubah.

"Hidup, memang selama ini hidupku seperti apa?" katanya seraya tertawa hambar.

"Noah," panggil Ina yang entah bagaimana sudah berada di depannya.

Noah tersentak tidak tahu harus melakukan apa. "A-ada apa?"

Ina menghela nafas pelan membuat Noah merasa bingung. "Kamu memiliki bakat."

"Bakat apa?" Noah semakin bingung dan tidak mengerti.

"Aku yakin keputusanmu tidak akan mengecewakan," ujar Ina.

"Apa sih yang sebenarnya mau kamu katakan?" balas Noah meninggikan nada bicaranya.

"Aku masih menunggu jawabanmu. Ku harap kamu dapat memikirkannya matang-matang." Ina meninggalkan Noah yang masih termenung.

Dia itu kenapa, sih?

***

Noah lagi, lagi, dan lagi mengobati luka-lukanya yang bahkan dia tak begitu tahu yang mana luka akibat dibullly dan mana luka akibat dipukul ayahnya. Dia memejamkan mata bukan karena rasa sakit melainkan karena dia sudah mulai muak dengan keadaannya saat ini.

"Aku sudah menyiapkan makanan," ujar Ibu Noah yang datang tanpa mengetuk pintu.

Noah terdiam melihat ibunya yang mengatakan itu tanpa ekspresi. Dia berkata dengan terkekeh lesu. "Begitukah cara memberikan makanan pada manusia?"

Ibu Noah mengernyitkan dahinya agak heran mendengar ucapan tajam Noah yang biasanya selalu diam menurut. "Berhenti bicara omong kosong."

"Aku bertanya apakah begitu cara memberikan makan pada manusia?!"

Prankk

Noah melempar piring berisi lauk pauk yang berada di atas meja.

"Sekarang kamu berani membentakku?!" Ibu Noah menjadi kesal dengan kelakuan putranya.

"Memangnya kenapa?" Noah benar-benar sudah tidak bisa mengotrol emosinya. "Selama ini kamu juga tidak memperlakukanku seperti manusia!"

"Aku ini ibumu!!"

"Hah ..." Noah terkekeh geli. "Ibu? Kalau kamu memang ibuku kenapa kamu membiarkannya memukulku semenjak aku bahkan tidak tahu apa itu makan?!"

"Jaga bicaramu! Kalau bukan karenaku kamu tidak akan hidup dengan baik!"

"Hidup dengan baik? Kamu membiarkanku hidup karena kamu membutuhkanku sebagai sesak dari orang itu," kata Noah mengacu pada ayahnya. "Kenapa kamu tidak membiarkanku mati? Lebih baik bunuh saja Aku!!"

Plakkkkk

Noah mendapat tampaknya keras pada pipinya. Akibat terlalu banyak luka yang dia terima membuatnya tampak tidak kesakitan.

"Setidaknya bersikaplah layaknya seorang ibu. Bahkan singa pun tidak akan memakan anaknya sendiri. Jika kamu membuangku sekarang pun Aku tidak akan terkejut," Noah berjalan meninggalkan ibunya yang kini berdiri mematung.

Menyedihkan

***

Di saat yang persamaan, Grace sedang kebingungan mencari Ina yang dari tadi tidak terlihat keberadaannya. Sebelumnya dia meminta kepada Ina untuk mengambil jamur di hutan. Namun sudah berjam-jam Ina belum kembali. Dia khawatir Ina masuk terlalu jauh ke dalam hutan. Dia takut Ina tersesat dan tidak tahu jalan pulang.

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang