Walaupun Vera terus menguntitnya, Ina memiliki banyak cara agar bisa lepas dari pengawasan Vera. Dia begitu mudah mengecoh Vera sehingga aktivitasnya kembali berjalan lancar. Salah satu hal yang selalu Ina lakukan adalah berusaha mendekati Chamomile. Gadis berkacamata yang pernah dia pergoki jadi korban bullying. Ina bahkan membuat nama panggilan sendiri untuknya tanpa persetujuan Chamomile. Di sisi lain, Chamomile tidak begitu peduli dengan upaya Ina. Dia hanya menanggapinya dengan sederhana.
"Millie," panggil Ina saat melihat Chamomile.
Ina menduga bahwa Chamomile akan pergi ke perpustakaan. Jadi, dia dengan sengaja melewati koridor yang langsung menuju ke perpustakaan sekolah.
"Namaku bukan Millie," balas gadis itu pelan.
"Tapi, bukannya itu imut?" Ina tersenyum ramah saat membalas ucapan Chamomile.
Chamomile hanya bisa mendesah pelan. Dia kembali ke niat awalnya untuk meminjam buku. Sesampainya di perpustakaan, Chamomile segera mengambil sebuah buku. Dia duduk di meja yang terletak di sudut ruangan. Ina pun ikut duduk di sampingnya.
"Kenapa kamu mendekatiku?" tanya Chamomile masih bingung dengan sikap Ina.
"Hanya... penasaran?" Ina terkikik tipis.
"Kamu... tidak sepertiku, kamu beruntung."
"Kenapa?" Baru kali ini dia mendengar Chamomile berbicara lebih dulu.
"Kamu dari kelas S, berbakat, cantik, banyak disukai orang-orang," jelas Chamomile.
"Haha, tapi untuk mendapatkannya bukan hal mudah. Bisa saja besok semua orang akan membenciku," timpal Ina.
Benar. Semakin tinggi popularitas, semakin banyak orang yang iri dan benci. Chamomile juga sudah mendengar apa yang terjadi pada Ina akhir-akhir ini.
"Lalu, kenapa kamu bersekolah disini? Aku rasa kamu bukan tipe yang tertarik pada akting."
"Hanya saja, jika Aku bisa tampil di layar kaca mungkin... mungkin akan dapat menghibur orang lain," jawab Chamomile.
Mata Ina melirik ke arah lengan Chamomile. Dia tersenyum dengan dalam.
"Kalau tidak menjadi aktris, pekerjaan apa yang mau kamu lakukan?"
"Aku tidak pernah memikirkannya." Tatapan Chamomile seketika menjadi kosong.
"Kalau begitu, hal apa yang paling ingin kamu miliki?"
Chamomile memandang Ina yang masih menyunggingkan senyumnya. "Sebuah keajaiban."
***
Selama lima hari, Ina tidak dapat menemukan bayangan Chamomile dimana pun. Saat dia bertanya kepada teman sekelas Chamomile, tampaknya Chamomile membolos dan tidak mengikuti kelas. Hari ini, akhirnya dia bisa melihat Chamomile yang sedang duduk di tangga taman sekolah.
"Millie! Aku sudah mencarimu dari kemarin. Kenapa kamu tidak masuk sekolah?" tanya Ina ramah.
Pandangan Chamomile sangat kosong. Kantung matanya juga lebih menghitam dari sebelumnya.
"Kamu tidak ke perpustakaan seperti biasanya?" Ina menepuk bahunya pelan.
Chamomile memutar kepalanya ke kiri agar bisa bertatapan dengan Ina. "Apa gunanya?"
"Kamu baik-baik saja?" tanya Ina khawatir.
Melihat Chamomile yang hanya diam saja membuat Ina ikut merenung. "Aku rasa kamu butuh waktu sendiri. Kalau ada apa-apa, bilang saja padaku."
***
Dua hari kemudian
Ina makin penasaran dengan apa yang terjadi pada Chamomile. Walau sekarang terlihat jauh lebih baik, tetapi sikap Chamomile sangat berbeda dengan sebelumnya. Akhirnya Ina memutuskan untuk mengikutinya dan mencari tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sereina
FantasyBELUM REVISI (18+ banyak adegan kekerasan dan manipulatif. Diharapkan untuk tidak meniru maupun melakukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata. Cerita ini hanya fiksi semata.) Seorang anak harus menyaksikan kematian tragis dari kedua orang tuanya. Da...