EMPAT PULUH⚔

714 52 5
                                    

Rumor tentang Ina semakin memanas di media sosial. Walaupun masih banyak yang membela, namun disisi lain yang tidak suka padanya juga semakin meningkat. Hari ini dia kembali untuk syuting. Tak seperti biasanya, beberapa kru tampak membisu. Mereka tidak seramah sebelumnya. Ina juga menjadi pendiam hari ini. Hanya beberapa orang yang masih menyambutnya dengan baik, contohnya Pamela.

Setelah menyelesaikan adegannya. Ina duduk di sebuah ruangan untuk istirahat. Matanya tak fokus seraya memegang handphone-nya. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Ina masih menundukkan kepalanya hingga orang yang tadi masuk menyapanya.

"Hai, apa pekerjaanmu sudah selesai?"

Ina mengangkat kepalanya. Ketika dia melihat orang yang kini duduk di sampingan seketika binar muncul di matanya. "Mrs. Adela.."

"Sudah lama ya, bagaimana kabarmu?" tanya Mrs. Adela sambil tersenyum.

"Saya baik-baik saja."

Walaupun bilang begitu, tampaknya Mrs. Adela memahami bagaimana keadaan Ina yang sesungguhnya.

"Tidak apa-apa. Jangan khawatir semuanya akan berlalu."

"Saya hanya..." Ina terdiam ragu melanjutkan ucapannya.

Mrs. Adela segera mengerti perasaan Ina. Dia menggenggam tangan ina dengan lembut. Di sisi lain, Ina tampak terkejut dengan tindakan Mrs. Adela.

"Jangan dipendam seperti itu. Jika kamu merasa sedih, keluarkan saja."

"Saya... saya takut bahwa saya tidak dapat mewujudkan mimpi saya. Ini memang baru permulaan. Tapi, jika saya tidak berhasil dan image saya rusak, maka tidak akan ada yang mau menerima saya lagi." Mata Ina mulai berkaca-kaca.

"Stela, seperti yang tadi kamu bilang ini hanya permulaan. Tidak lama lagi pasti rumornya akan mereda," balas Mrs. Adela yakin.

"Apa yang harus saya lakukan jika yang dikatakan anda tidak terjadi?" raut muka Ina semakin kebingungan.

"Dengarkan Aku." Mrs Adela menangkup wajah Ina. "Kamu hanya perlu melakukan tugasmu dengan baik. Buktikan kalau kamu itu berbakat. Buat semua orang bungkam, hemm..."

Ina terdiam sejenak kemudian mengangguk pelan.

"Aku akan memperbaiki riasanmu. Aduh, bagaimana wajah cantik ini bisa jadi begini," kata-kata Mrs. Adela berhasil membuat Ina tertawa kecil.

***

Mrs. Adela keluar ruangan bersama Ina. Dia membiarkan Ina pergi lebih dulu setelah melihat sosok Mathew. Dia kemudian menghampiri Mathew yang kini sedang berbicara pada krunya.

"Kamu kelihatan sibuk, Matt."

Mathew membalikkan badannya dan menjawab singkat. "Kamu disini, Adel?"

"Aku ingin mengecek apakah syuting kali ini berjalan lancar."

"Aku tidak tahu bahwa kepedulianmu pada anak itu sangat tinggi," ujar Mathew seraya menghisap rokoknya.

Mrs. Adela diam sejenak. "Sudah Aku bilang itu karena dia adalah muridku yang sangat berbakat."

Mathew tak ingin memperpanjangnya dan hanya berkata. "Apa yang kamu inginkan?"

"Bisakah kamu membantunya?" tanya Mrs. Adela.

"Untuk apa?"

Mathew kembali menghisap rokoknya. Dia cukup dingin jika menyangkut orang lain.

"Kamu tidak khawatir dramamu akan sepi peminat?"

Ucapan Mrs. Adela berhasil membuat Mathew terguncang. Tanganya bahkan meremas kertas naskah hingga sangat kusut.

"Kamu sudah berjanji bahwa dia tidak akan merusak dramaku."

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang