PERINGATAN!
Cerita ini mengandung unsur kekerasan. Cerita ini juga hanya imajinasi semata. Apabila ada adegan yang kurang baik, harap jangan ditiru. Dan mohon jangan disamakan dengan kehidupan di dunia nyata. Bayangkan saja anda sedang membaca cerita Ironman.🐔Di tempat lain, tepatnya di mansion keluarga Bailey. Tampak seorang laki-laki paruh baya sedang duduk di ruang kerjanya. Matanya terus menatap rentetan tulisan di atas kertas sambil sesekali membolak-balikkannya. Pria itu adalah Jeremy yang tidak lain adalah paman Sereina. Dahinya terlihat sedikit berkerut.
Brukkk
Jeremy membanting tumpukan kertas akibat kesal. Tangannya mulai memijat dahinya pelan merasa frustasi. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Tok Tok Tok
"Siapa?"
"Saya, tuan." Terdengar suara dibalik pintu.
"Masuk," ujar Jeremy seraya menghembuskan nafas pelan.
Pintu perlahan terbuka lebar memperlihatkan seorang laki-laki yang mengenakan jas berwarna abu-abu. Laki-laki itu lantas menunduk kala melihat sosok Jeremy.
"Ada laporan apa?" tanya Jeremy kembali mengambil dokumen.
"Ini mengenai nona Sereina," ucap Richard yang merupakan orang kepercayaan Jeremy.
Kalimat Richard berhasil membuat gerakan Jeremy terhenti sesaat. "Katakan."
"Sejauh ini, nona Sereina tampaknya menjalani hidup seperti gadis biasa. Ia dikenal sebagai cucu perempuan Emma. Dia juga tidak menonjol di sekolah. Apalagi banyak anak-anak yang menjauhinya karena ia sangat tertutup," ujar Richard.
"Apa ada hal yang mencurigakan?" tanya Jeremy memastikan.
"Belum lama ini ada sekelompok orang yang ingin menculiknya, namun tidak berhasil setelah seorang pengemis datang dan memukuli orang-orang tersebut."
"Cih, dia sangat beruntung," decak Jeremy tak suka. "Bagaimana dengan pengemis itu? Dia terdengar cukup hebat."
"Awalnya saya merasa sedikit aneh. Setelah ditelusuri, pengemis tersebut datang ke kota itu beberapa tahun yang lalu. Dia dikenal pemarah, bahkan tidak segan memukul orang yang berpapasan dengannya. Banyak warga yang menilai dia gila. Jadi, setelah dirinya berkelahi pun tidak ada yang mengganggap serius." Kata-kata itu berhasil membuat Jeremy sedikit tenang.
"Tuan, apa kita harus kembali mengawasi nona Sereina?" tanya Ricard.
"Tidak perlu. Perintah orang-orangmu yang masih di sekitar sana untuk kembali. Aku akan meminta kalian mengawasinya lain kali jika Aku ingat," jawab Jeremy tak peduli.
"Baik." Richard menundukkan kepalanya kemudian berbalik ke arah pintu.
Jeremy tidak tahu kalau tindakannya akan berakibat fatal di masa depan. Dia dan para bawahannya tidak menyadari sandiwara kecil Sereina. Dan ketika saatnya tiba, semua itu sudah sangat terlambat.
***
Seperti yang dijanjikan, Sereina datang esok hari sepulang sekolah. Dirinya sedikit bersemangat mengingat ia akan mulai belajar seni beladiri.
Tok Tok Tok
Ina mengetuk pintu dengan lembut takut pintu di depannya mungkin roboh.
Krieeettt
Pintu perlahan terbuka menimbulkan suara deret yang berasal dari engsel pintu.
"Selamat siang, Guru," ujar Sereina menyapa sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sereina
FantasyBELUM REVISI (18+ banyak adegan kekerasan dan manipulatif. Diharapkan untuk tidak meniru maupun melakukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata. Cerita ini hanya fiksi semata.) Seorang anak harus menyaksikan kematian tragis dari kedua orang tuanya. Da...